31.2 C
Jakarta

Rabb Tidak Hanya di Bulan Ramadhan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahUlasan Timur TengahRabb Tidak Hanya di Bulan Ramadhan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Selama satu Bulan Ramadhan kita berlomba dalam beribadah. Sebagaimana kita ketahui Ramadhan itu di kenal juga juga sebagai syahrul at tarbiyah atau bulan pendidikan. Proses tarbiyah di bulan Ramadhan itu berjalan selama sebulan penuh,berbagai macam riayadhah (latihan) dan amaliah di madrasah ini di terpa dan dididik dengan harapan lahirnya alumni yang handal dan istimewa. Seseorang yang sedang berpuasa tidak diperbolehkan untuk makan, munum, dan mengerjakan hubungan seksual dengan isteri di siang hari serta banyak hal lain yang membatalkan ibadah puasanya.

Pemandangan ini berbeda dengan hari biasanya,  seseorang secara bebas dibolehkan melakukan hal itu semua, maka pada saat berpuasa dilarang. Jasad atau raga seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk membatasi hal demikian walaupun termasuk yang halal sekalipun. Dalam hal ini baginda Rasulullah SAW menegaskan, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).

Di samping itu, mendidik jiwa di bulan Ramadhan ini agar kaum muslimin agar bisa mengendalikan hawa nafsu dan amarah. Kita di tuntut harus mampu menerpa jiwa dan qalbu kita dengan sifat yang terpuji dan mengaplikasikannya dalam keseharian termasuk ibadah sosial seperti kepedulian terhadap orang yang tidak mampu, yatim piatu dan lainnya. tarbiyah an-nafsi jiwa kita juga untuk dapat merasakan penderitaan dan kesulitan orang lain. Kita dapat merasakan penderitaan lapar dan dahaga untuk waktu tertentu pada siang Ramadhan. Ia merasa lapar dan menderita seperti yang sering dirasakan fakir miskin atau seperti yang dikatakan ”Puasa dapat mengingatkan bagaimana rasanya perut keroncongan dan dahaga yang membakar dan sering dirasakan para fakir miskin”. Sehingga, di saat kita melihat orang lain serba kekurangan, maka tersentuhlah hatinya untuk saling berbagi kepada mereka. Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ”Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Karena, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Maka, apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, bersuara tidak pantas, dan tidak mau tahu. Lantas jika ada seseorang yang menghinanya atau memeranginya (mengajaknya berkelahi), maka hendaklah ia mengatakan, ’Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari Muslim). Lantas fenomena bersemangat dan berlomba beribadah (istiqamah) hanya bulan Ramadhan?

 

Kita dapati sebagian orang ada yang sangat bersemangat beribadah ketika Ramadha, namun ketika Ramadha usai mereka berhenti dari ibadahnya atau mereka bermalas-malasan. Mereka tinggalkan pintu-pintu kebaikan seolah-olah ibadah itu hanya dituntut di bulan Ramadhan saja. Para ulama pernah ditanya tentang orang-orang yang keadaannya demikian, mereka menjawab,

بِئْسَ القَوْمُ لَا يَعْرِفُوْنَ اللهَ إِلَّا فِي رَمَضَانَ

“Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan.”

Sesungguhnya Rabb dari seluruh bulan adalah Rabb yang satu. Rabb nya bulan Syawal adalah Rabb nya bulan-bulan selainnya. Sebagaimana seseorang diwajibkan menaati Allah dan beribadah kepada-Nya di bulan Ramadhan, mereka juga diwajibkan untuk menjaga ketaatan kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya di setiap waktu selain Ramadhan. Di setiap bulan, setiap tahun, hingga Allah Swt mewafatkannya dalam keadaan Dia ridha kepada hamba tersebut. istiqamah itu adalah ketaatan dan ibadah kepada Allah, mereka terus berada dalam ruang-ruang kebaikan hingga Allah mewafatkan mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keuntungan, kebahagian, dan keberhasilan di dunia dan akhirat.  Mereka sebagai orang-orang yang mendapatkan perbendaharaan yang agung dan besar di dunia dan di akhirat.

Rasulullah dalam banyak hadist menganjurkan untuk beristiqamah, diantara hadist tersebut bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit” (HR. Muslim). NabiSaw mencontohkan dalam amalan shalat malam. Pada amalan yang satu ini, beliauSaw menganjurkan agar mencoba untuk merutinkannya. NabiSaw bersabda, “Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan” (HR. Muslim).

Mengomentari hadist di atas, Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, ”Yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan dan berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan”. Ingatlah, apabila seorang hamba berhenti dari amalan rutinnya, malaikat pun akan berhenti membangunkan baginya bangunan di surga disebabkan amalan yang cuma sesaat.  Selanjutnya Imam Al-Hasan Al-Bashri pernah  mengatakan, ”Sesungguhnya bangunan di surga dibangun oleh para Malaikat disebabkan amalan dzikir yang terus dilakukan. Apabila seorang hamba mengalami rasa jenuh untuk berdzikir, maka malaikat pun akan berhenti dari pekerjaannya tadi. Lantas malaikat pun mengatakan, ”Apa yang terjadi padamu, wahai fulan?” Sebab malaikat bisa menghentikan pekerjaan mereka karena orang yang berdzikir tadi mengalami kefuturan (kemalasan) dalam beramal.

Pasca sebulan penuh kita bersungguh-sungguh dalam ibadah di bulan Ramadhan, kita ikuti dan kita jaga ibadah kita dibulan-bulan selanjutnya. Hendaknya kita berusaha istiqamah dalam ibadah. Amalan yang sedikit tetapi istiqamah itu lebih baik dari pada banyak tetapi hanya sesaat. Rasulullah Saw bersabda, “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim). Mari kita isi seluruh hidup kita dengan ibadah kepada Allah, beristiqamah dan terus berkontribusi dari satu kebaikan kepada kebaikan yang lain.  Kita bertaqwa kepada Allah kapan pun dan dimana pun kita berada. Jangan sampai kalau di bulan Ramadhan kita menjadi seorang yang begitu dekat dengan ketaqwaan, tetapi di luar Ramadhan malah semakin jauh darinya. Rasulullah bersabda, ”Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa ‎dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq ‎yang baik”. (HR. Tirmidzi).

Beranjak dari itu, Inilah esensi  istiqamah setelah bulan Ramadhan, inilah tanda diterimanya amal-amal kebaikan kita di bulan yang berkah itu, maka silahkan menilai diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang-orang yang beruntung dan diterima amal kebaikannya atau malah sebaliknya? Wallahu ‘Alam

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Tgk. Helmi Abu Bakar El-langkawi, M. Pd, Dewan Guru di Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Ketua  PC Ansor Pijay

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru