30 C
Jakarta

Quraish Shihab Sebut, Radikalisme itu Tanda Kebodohan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanQuraish Shihab Sebut, Radikalisme itu Tanda Kebodohan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Banyak orang yang melakukan tindakan-tindakan radikal dengan dalih jihad. Pertanyaannya, Benarkah jihad itu identik dengan tindakan radikal atau kekerasan? Apakah jihad itu dalam Al-Qur’an hanya sebatas perang atau mengangkat senjata, seperti yang dilakukan orang-orang Palestina untuk melawan musuh? Ataukah jihad itu juga bisa diartikan memerangi hawa nafsu? Terus, seberapa pentingkah jihad dalam hidup manusia?

Melihat soal jihad dan radikalisme, menarik jika kita mencari tahu atau belajar kepada sumber yang terpercaya. Tentunya, sumber ini adalah dari pesan Al-Qur’an. Untuk memahami pesan Al-Qur’an yang jelas butuh pakar tafsir yang dapat memberikan pemahaman yang benar. Saya pikir, mufasir di Indonesia yang sampai sekarang masih tetap eksis dan menjadi sumber rujukan banyak orang adalah Quraish Shihab. Sekilas tentang beliau, Quraish Shihab adalah ulama tafsir yang fokus studinya di bidang tafsir, mulai Strata Satu sampai Statra Tiga. Masterpiece-nya adalah Tafsir Al-Mishbah yang telah dibaca dan diteliti oleh akademisi dan masyarakat.

Quraish Shihab melihat jihad membela negara bagi penduduk Palestina itu wajib. Karena, mereka yang punya negara dan berhak membela negaranya yang direbut oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka berkewajiban membela negaranya sampai batas, kalau perlu, mengorbankan nyawanya. Lalu, pada sebuah talkshow itu Najwa Shihab, putri kedua Quraish Shihab, bertanya: Konteksnya kalau kita di Indonesia mau membantu, berarti kita ke sana berperang juga mengorbankan nyawa itu juga jihad bagi kita?

Pertanyaan Najwa Shihab sederhana, tapi mendalam. Quraish Shihab juga memberikan jawaban yang sederhana dan mendalam pula. Bagi Quraish Shihab, untuk membantu negara Palestina kita harus lihat terlebih dahulu, apakah orang Palestina juga memerlukan orang lain untuk mengorbankan nyawanya? Ataukah ada hal-hal lain yang dapat kita bantu buat mereka? Semisal, membangun rumah sakit atau mengirim dana. Tidak harus dalam bentuk mengirim orang-orang ke sana berperang. Quraish Shihab pernah baca sebuah informasi. Orang Palestina berkata, “Kami tidak perlu manusia yang datang. Kami cukup untuk itu. Kami perlu senjata. Kami perlu dana.” Begitulah cara untuk membantu mereka.

Melihat kesalahpahaman banyak orang dalam memahami jihad, Quraish Shihab menganalisis kata jihad dalam Al-Qur’an. Jihad mempunyai banyak makna. Salah satu kata jihad yang paling dini disebut dalam Al-Qur’an adalah berjihad dengan Al-Qur’an. Sebagaimana disebutkan dalam surah al-Furqan ayat 52: Wa jahidhum bihi jihadan kabiran. Maksudnya, gunakanlah Al-Qur’an atau argumentasinya untuk meluruskan kesalahan orang-orang.

Jadi, sebut Quraish Shihab, tidak melulu jihad dalam Al-Qur’an berarti perang atau mengangkat senjata. Namun, kita tidak bisa mengingkari bahwa ada kata-kata jihad dalam Al-Qur’an yang mengarah pada peperangan. Satu hal lagi yang perlu kita garis bawahi bahwa peperangan atau mengorbankan nyawa itu adalah jalan terakhir. Karena, Islam ini menghendaki perdamaian, sebelum berperang malah diajak untuk berdamai, dan siapapun yang menunjukkan tanda-tanda ingin berdamai harus disambut.

Lalu, benarkah jihad itu sebatas memerangi non-muslim. Pertanyaan sensitif ini dijawab oleh Quraish Shihab dengan bijak, bahwa sebenarnya tidak ada istilah memerangi non-muslim. Yang diistilahkan oleh Al-Qur’an itu adalah memerangi orang-orang yang memerangi kita. Tidak harus non-muslim yang memerangi, bisa saja sesama muslim. Persoalan ini diistilahkan dalam Al-Qur’an dengan kata iqtatalu. Maksudnya, apabila ada dua kelompok dari orang-orang muslim yang bertengkar bagaikan berperang, maka perbaikilah hubungan antara mereka, damaikan mereka. Kalau tidak ada yang mau damai, maka boleh memerangi mereka. Memerangi di sini tidak harus mengangkat senjata. Kita boleh menindak mereka sampai mereka kembali kepada ketetapan Tuhan.

BACA JUGA  Dua Hal Penting Biar Kita Layak Jadi Warga Indonesia

Jihad memiliki banyak versi. Quraish Shihab menguraikan versi jihad ini dengan mengutip hadis Nabi Saw. yang pernah disampaikan beliau ketika kembali dari pertempuran: Kita baru saja kembali dari jihad kecil ke jihad yang besar. Jihad kecil itu mengangkat senjata. Jihad yang besar itu melawan hawa nafsu, melawan setan yang ada di luar. Melawan hawa nafsu jauh lebih sulit daripada mengangkat senjata.

Quraish Shihab mengingatkan, bahwa dalam kita hidup ini mengalami sekian banyak keburukan. Bisa jadi bersumber dari diri kita sendiri. Bisa jadi bersumber dari orang lain. Kita harus menggunakan daya kita sekuat kemampuan kita untuk membendung keburukan itu. Karena, keburukan selalu ada dalam kehidupan ini. Dia selalu berdampingan dengan kebaikan. Keburukan dan kebaikan selalu berdampingan selama hayat masih dikandung badan, selama dunia ini masih ada. Dia bergandengan, berdampingan. Keburukan berkata, “Aku lebih tinggi kepalaku darimu.” Kebaikan menjawab, “Tapi, kakiku lebih mantap dari kakimu.” Keburukan berkata, “Orang kuat bersamaku.” Kebaikan berkata, “Yang bijak itu bersamaku.” Keburukan berkata, “Wujudku lebih lama dari wujudmu.” Kebaikan berkata, “Wujudku berlanjut hingga setelah dunia ini Kiamat.” Keburukan berkata, “Kubunuh engkau.” Kebaikan berkata, “Aku mempunyai seribu nyawa. Jika engkau membunuhku, anak cucuku akan membunuhmu.”

Selain itu, Quraish Shihab meluruskan paham radikal yang sering mengatasnamakan dengan jihad. Bahwasanya paham-paham radikal itu salah satu penyebab utamanya adalah kebodohan. Jadi, kita harus banyak mempelajari agama kita. Kita harus mempelajari situasi yang kita hadapi, sehingga paham-paham tersebut tidak mempengaruhi kita. Yang dipengaruhi itu orang bodoh. Yang dipengaruhi itu orang yang tidak mengenal agama ini. Agama ini adalah agama yang penuh dengan kedamaian. Tidak mungkin agama mengajak kepada keburukan. Nabi bersabda: Tidak ada sesuatu yang disertai dengan kelemahlembutan kecuali baik. Tidak ada sesuatu yang disertai dengan kekerasan dan kekejaman kecuali buruk.

Sebuah penutup, Quraish Shihab melanjutkan nasihatnya, agama ini menghendaki perdamaian. Sehingga, kita kita harus paham agama itu sendiri. Jangan lantas berkata, “Ucapkan kebenaran, walau sakit.” Kita harus melihat situasi. Kita harus melihat tempat. Kita harus melihat konteks. Baru kita melakukan tindakan. Bukan langsung buru-buru melakukan tindakan radikal. Jadi, kalau mau menghindar dari paham radikal sehingga dapat berjihad di jalan yang benar, pelajari agama ini dengan baik. Tentunya, mempelajari agama ini dari sumber yang paham, agar tidak tersesat di jalan yang salah.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini secara keseluruhan disadur dari talkshow Shihab dan Shihab antara Najwa Shihab dan M. Quraish Shihab di channel YouTube “Najwa Shihab” dengan tajuk “Jihad Dalam Islam: Radikalisme Tanda Kebodohan”

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru