31.1 C
Jakarta

Qassem Soleimani, ISIS dan Amerika Serikat (Bagian II-Habis)

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahUlasan Timur TengahQassem Soleimani, ISIS dan Amerika Serikat (Bagian II-Habis)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kota demi kota, desa demi desa di Irak dan Suriah jatuh ke tangan ISIS. Dalam sebuah film dokumenter disebutkan bahwa tentara AS di Irak awalnya sama sekali tidak memberikan bantuan kepada tentara nasional Irak untuk melawan ISIS. Puncaknya, kota Mosul jatuh ke tangan ISIS pada bulan Juni 2014. Kejatuhan Baghdad sudah di depan mata. Untuk pertama kalinya, pada 13 Juni 2014, ulama besar Irak yang bermazhab Syiah, Ayatulah Sistani, mengeluarkan fatwa jihad melawan ISIS. Fatwa ini berlaku untuk semua Muslim (demografi Irak: 64,5% Syiah, 31,5% Sunni, 2% Yazidi, 1,2% Kristen, 0,8 lain-lain).

Soleimani datang dan membantu pembentukan jaringan milisi The People’s Mobilization Forces (PMF) atau People’s Mobilization Forces (PMU) atau dalam bahasa Arab: al-Hashd al-Shaabi. Milisi yang dibentuk 15 Juni 2014 ini menggabungkan berbagai milisi dari berbagai faksi, Sunni, Syiah, maupun Kristen, yang bergerak bersama tentara nasional Irak. Pasukan Iran juga bergabung dalam perang ini, dan ini legal karena direstui oleh pemerintah Irak.

Akhir Langkah Sang Jenderal

Pada November 2017 secara resmi Jenderal Soleimani mengumumkan bahwa ISIS telah kalah, baik di Irak maupun Suriah. Anehnya, AS justru menyatakan PMU sebagai teroris. Padahal sejak 2016 parlemen Irak memutuskan PMU/PMF/ al-Hashd al-Shaabi secara resmi diintegrasikan dengan tentara nasional Irak.

Kemana saja tentara AS yang bercokol di Irak sejak 2003? Mengapa AS dengan segala kelengkapan militer canggihnya tidak bergerak melawan ISI/ISIS? Oya, tentu saja, ketika ISIS hampir dikalahkan PMU, AS segera mengerahkan tentaranya juga dan mengklaim berjasa melawan ISIS. Pada 29 Desember 2019, AS bahkan membombardir salah satu markas Brigade Hezbollah Irak, salah satu faksi PMU, yang juga sangat berjasa mengalahkan ISIS. 15 milisi relawan PMU gugur dalam serangan itu.

Pada tanggal 3 Januari 2020, Jenderal Soleimani tiba di Baghdad dengan menggunakan pesawat reguler dari Lebanon. Dia datang atas undangan resmi dari pemerintah Irak. Dia disambut di bandara oleh Wakil Komandan PMU/PMF/ al-Hashd al-Shaabi, Abu Mahdi Al Muhandis. Mobil yang dikendarai dua pejuang terdepan melawan ISIS itu diserang oleh tentara AS dan keduanya bersama sejumlah orang lainnya gugur. Pentagon menyatakan bahwa serangan udara itu dilakukan atas perintah resmi dari Trump.

Seharusnya dunia dengan kritis mempertanyakan keanehan situasi ini: mengapa tentara AS dibiarkan bercokol di sebuah negara berdaulat dan semaunya membombardir siapa saja, bahkan termasuk tamu resmi pemerintah Irak? Mengapa tokoh dan milisi yang berjasa mengalahkan ISIS justru disebut teroris dan dibunuh?

Apa Dampaknya Bagi Indonesia?

Siapa yang bersorak-sorai atas kematian Jend. Soleimani? Kalau melihat komentar di medsos dan grup WA di Indonesia, tak lain, mereka yang bergembira adalah para simpatisan pendukung Al Qaida dan ISIS. Artinya, kematian Jend. Soleimani, musuh terbesar Al Qaida dan ISIS ini, telah  memberikan kebangkitan semangat kepada para radikalis dan teroris di Indonesia. Sangat mungkin sel-sel tidur yang tiarap karena bos-bos mereka di Irak dan Suriah juga tiarap, kini akan bangun dan kembali berkonsolidasi. Tentu kita doakan bersama ini tidak terjadi. Kita serahkan keamanan negeri ini pada pemerintah dan aparat.

Apakah Respon yang Akan Diberikan Iran?

Seperti pernah saya tulis, kalau pakai istilah dalam HI, Iran adalah “aktor rasional”, artinya, segala tindakannya didasarkan pada perhitungan yang rasional, bukan emosional. Ini berbeda jauh dengan framing yang dilakukan media Barat, media nasional, dan media radikalis selama ini, yang menggambarkan Iran aktor jahat yang menebarkan perang dan pengaruh di berbagai negara Muslim. Sungguh aneh, bukankah yang bertahun-tahun bercokol di Irak dan membunuhi ratusan ribu warga sipil dengan menggunakan bom-bom kimia yang membuat cacat bayi-bayi di Irak, adalah AS?

Menurut lembaga think tank AS, Council of Foreign Relations, di tahun 2016 saja, rata-rata AS menjatuhkan 72 bom setiap hari atau 3 bom setiap jam, dan totalnya ada 26.171 bom yang dijatuhkan AS di Irak, Suriah, Afghanistan, Libya, Yaman, Somalia dan Pakistan. Sungguh aneh, mengapa dunia masih tidak bisa melihat siapa yang teroris dan agresor sebenarnya?[1]

Sebaliknya, selama ini, Iran justru selalu bertindak dalam koridor hukum internasional. Bantuan Iran pada Hezbollah, Suriah, Hamas dan Jihad Islam (Palestina), semua sesuai koridor hukum internasional. Di Lebanon, jelas Hezbollah berperang melawan agresor (Israel). Di Suriah, yang dilawan ISIS dan Al Qaida. Di Palestina, yang dilawan adalah penjajahan (Israel).

Secara rasional, memang yang harus dilakukan Iran adalah tetap dalam koridor hukum internasional. Bila saat ini Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak, justru Iran yang akan dianggap melakukan agresi dan AS dianggap ‘sah’ untuk menjatuhkan bom ke Teheran. Dan sebenarnya kesempatan inilah yang ditunggu-tunggu AS dengan segala provokasi jahat yang dilakukannya. Tak heran bila pengganti Soleimani di Qods Force IRGC, Jenderal Ghaani menyatakan: “Kami katakan pada semua orang, bersabarlah sebentar dan kalian akan melihat mayat orang-orang Amerika di seluruh Timur Tengah.”

Apa yang dimaksud “bersabar sebentar”? Prediksi saya, kalimat itu mengandung makna Iran tidak akan gegabah dan akan tetap di koridor tersebut. Mungkin yang akan bergerak membalas adalah milisi al-Hashd al-Shaabi. Atau, skenario lain, parlemen Irak memutuskan untuk mengusir tentara AS, dan artinya sama, perang juga, tapi atas nama rakyat Irak. Bila perang besar terjadi, ekonomi dunia bisa terganggu, dan tentunya akan berimbas pada Indonesia.

Yang penting dilakukan dunia internasional saat ini, termasuk PBB, adalah menyeru kepada AS untuk bertindak rasional demi kepentingan bangsa AS sendiri, yaitu segera menarik pasukannya dari Timteng dan berhenti membunuhi rakyat di Timteng.

*Dina Sulaiman, Analis Timur Tengah dan Islam

[1] https://www.nbcnews.com/news/world/u-s-bombed-iraq-syria-pakistan-afghanistan-libya-yemen-somalia-n704636

 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru