29.1 C
Jakarta

Propaganda HTI dan FPI Menebar Fitnah dan Hoax di YouTube

Artikel Trending

Milenial IslamPropaganda HTI dan FPI Menebar Fitnah dan Hoax di YouTube
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam tulisan sebelumnya, saya sudah mengulas bahwa YouTube menjadi platform favorit hari ini, mengungguli Facebook dan media sosial lainnya. Namun demikian, popularitas YouTube justru digunakan tidak melulu terhadap hal positif. Banyak agenda negatif yang ditebarkan melaluinya. Sehingga, alih-alih bermanfaat, YouTube tak jarang malah menjadi platform fitnah dan hoax.

Saya sama sekali tidak ada niat untuk menebar hoax di atas hoax, menfitnah siapa pun yang telah berbuat provokasi tersebut. Apa yang akan saya uraikan dalam tulisan kali ini berdasarkan data analisis terhadap salah satu kanal YouTube yang istiqamah menebarkan konten narasi propaganda. Analisis deskriptif tersebut berdasarkan apa yang terdiseminasi di kanal ‘Official News Update’.

Dari namanya, konsep siluman digunakan. Artinya, nama kanal tersebut tidak jelas dari siapa. Juga tidak ada deskripsi yang jelas, untuk apa akun tersebut diciptakan. Sang admin memakai akun anonim. Ini berbeda dari kanal YouTube aktivis khilafah yang sudah saya ulas pada tulisan terdahulu, yang terang-terangan memakai nama ‘Khilafah Channel’, ‘Fokus Khilafah Channel’, dan sejenisnya.

Di kanal ‘Official News Update’, suara pembawa beritanya perempuan, mirip cara bicara Najwa Shihab, juga mirip gaya baca host-host gosip infotainment. Taktik tersebut dipakai demi menutup kecurigaan khalayak. Sebab, netizen akan mungkir untuk percaya bahwa sebenarnya akun tersebut akun para agen HTI dan FPI. Bukankah selama ini suara perempuan asing dan jarang tampil melalui mereka?

Sehingga, sekalipun data yang disampaikan faktanya hoax, fitnah, dan memelintir sesuatu yang sebenarnya, orang-orang akan bingung dan berkata, “Apa mungkin para aktivis PA 212, FPI, dan HTI akan menggunakan perempuan sebagai pembawa acara mereka? Rasa-rasanya mustahil.”

Padahal, itulah taktik propaganda, menyiasati berbagai cara untuk memfitnah pihak-pihak yang berseberangan dengannya. Kenapa saya yakin agenda tersebut berasal dari HTI, FPI, dkk, maka kembali kepada alasan bahwa analisis ini didasarkan kepada data empiris yang ada di kanal mereka. Konten, orientasi narasi, sangat menentukan siapa sebenarnya yang ada di balik layar.

YouTube Kaum Radikal

Salah satu intrik paling busuk untuk menebarkan fitnah di era digital ini adalah memelintir segala aa yang ada, terutama ucapan-ucapan yang keluar atau pernah dinyatakan. Misalnya, Kiai Ma’ruf Amin dikutip sepotong ucapannya, disambung dengan pernyataan Jokowi yang juga sepotong. Atau pernyataan Luhut Pandjaitan yang dipotong, dilepaskan dari konteks asli ucapan itu sendiri.

Apa yang terjadi? Fitnah dan hoax. Itu jelas. Sebagai contoh konkret, pada Minggu (5/4) lalu, kanal ‘Official News Update’ menaikkan konten berjudul “Biadaap!!! Luhut Ancaam Rakyat Jika Melawan, Bukti Indonesia Milik Luhut Panjaitan”. Sang pembawa berita memfitnah Luhut, mengutip pernyataan yang sejujurnya tak pernah keluar darinya. Tidak ada juga bukti kutipan langsung.

Pada Rabu (20/5), kanal tersebut kembali menebar pelintiran kebencian dengan judul “Ria Ricis dan Para Ulama Buka Suara Soal Habib Bahar”. Konten tersebut dibuat seminggu dari penangkapan kembali Habib Bahar setelah sebelumnya dibebaskan bersyarat dengan program asimilasi. Ustadz Abdul Somad menjadi prolog, meski sebenarnya ceramah UAS tak berkaitan dengan kasus Habib Bahar.

BACA JUGA  Nataru dan Spirit Perdamaian Indonesia

Ria Ricis juga dikutip, menjadi seakan ia merespons penahanan Habib Bahar. Padahal tidak. Video Ricis sudah ada sejak sebelum kasus tersebut, dan konteks aslinya sama sekali tidak tentang Habib Bahar. Konten lanjutan berjudul “Satpol PP Babbak Belluur, FPI Turuun Tangan SoalHabib Umar” diunggah pada Jum’at (22/5). Habaib dan ulama menjadi umpan mereka dalam menguras emosi umat dan para netizen.

Pada Sabtu (23/5), konten berjudul “Terungkaap!! Ini Tujuan Mereka Sebenarnya Kepada Ulama” mengutip Ismail Yusanto, dedengkot HTI, bahwa Indonesia tengah mengalami politisasi hukum. Negeri ini dianggapantipati dengan ulama, dengan suguhan data Habib Umar Assegaf dan Habib Bahar bin Smith yang dipukul dan dipenjara.

Semua konten yang ada dibuat memanas-manasi umat, bahwa ulama dan habaib tengah pengalami penganiayaan rezim. Padahal tidak demikian. Tuduhan tersebut adalah fitnah dan hoax tanpa dasar. Propaganda di YouTube tersebut adalah jualan para kaum radikal. Agenda politik mereka memang ingin NKRI hancur.

Aksi Muslim Fitnator

Melihat isi konten dan diseminasi terhadapnya, propaganda di YouTube tersebut mudah tebak dilakukan oleh siapa. Garis besar pelaku adalah oposisi petahana, yang menginginkan kabinet pemerintahan hancur, atau tidak lagi mendapat kepercayaan rakyat. Oposisi ini sudah ada sejak lama, dan mencapai klimaks saat Pilpres 2019 lalu.

Ketika Prabowo bergabung ke kabinet Jokowi, mereka para oposisi terkatung-katung bak budak ditinggal sang tuan. Intrik politik pun pecah, dan satu-satunya cara membredel petahana adalah membusukkan mereka dari dalam. Wiranto dicemooh karena abadi dalam pemerintahan. Sekarang Wiranto jarang tampil, Luhut jadi korban selanjutnya.

Tak hanya itu, fitnah menyasar kepada siapa pun, tak peduli siapa pun, yang bergabung atau berteman dengan pemerintah. Mereka para tukang fitnah tidak henti-hentinya menebarkan kebencian dengan mengatasnamakan agama, dan menjadikan ulama juga habaib sebagai tumbal. Para ulama diadu domba, disuguhi data pelintiran, sehingga terprovokasi olehnya.

Siapa dalang di balik aksi propaganda brutal ini adalah pemfitnah ulung. Mereka bergerak di bawah tanah. Di YouTube memakai kanal anonim, sehingga fitnah tersebut menjadi buram siapa pelakunya, dan seakan-akan faktual. Jika pelakunya beragama Islam, mereka wajib dijuluki Muslim fitnator—orang Islam yang lepas dari ajaran kebaikan agamanya sendiri.

Siapa oposisi abadi di negeri ini? Mereka adalah para dedengkot khilafah. Jejaknya sudah lama ingin mengambil posisi kepemerintahan, bahkan berlangsung sejak negeri ini hendak dirumuskan para founding fathers. Mereka menelungkup diri di bawah imej Islam, tetapi bermain politik yang jauh dari kata Islami; menebarkan fitnah, hoax, dan pelintiran kebencian antarsesama.

Para aktivis khilafah jelas adalah antek-antek HTI, dalam konteks aktor spesifiknya. Beberapa tokoh FPI-PA 212 juga ikut andil bermain di dalamnya. Khilafah atau pun NKRI Bersyariah adalah lelucon belaka. Faktanya intrik politik mereka sangat bertentangan dengan syariat. Apakah mereka merasa fitnah-fitnahnya sebagai sesuatu yang dilegalkan Islam?

Fitnah dan hoax bertebaran di YouTube, dan merekalah, yang ada di judul, para pelakunya. Apakah kita akan terperangkap propaganda mereka? Na‘udzubillah.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…
Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru