Dengarkan artikel ini
Harakatuna.com. Baghdad – Presiden Irak Barham Salih mengutuk serangan AS terhadap Kataeb Hizbullah yang merupakan bagian dari Unit Mobilisasi Rakyat (PMU) Irak. Kutukan ini disampaikan karena jumlah korban tewas akibat serangan itu mencapai lebih dari dua lusin.
Menurut rilis yang disampaikan kantor Berita Irak (INA) yang dilaporkan pada pada Jumat (27/12), Presiden Salih menyebut gerakan ini sebagai langkah pengrusakan. Oleh karena itu, pihaknya mengutuk serangan itu sebagai tindakan yang tidak dapat diterima dan merusak bagi negara.
Menurut laporan Press TV pada Ahad (29/12) serangan itu bertentangan dengan perjanjian antara Baghdad dan Washington. Kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak terciderai denga usaha pengrusakan dan serangan yang salih berganti.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Mayor Jenderal Abdul Karim Khalaf, Jurubicara Panglima Angkatan Bersenjata Irak. Pihaknya mengatakan bahwa perdana menteri sementara Irak Adel Abdul-Mahdi juga menyuarakan penentangan. Serangan Kataeb Hizbullah terhadap Menteri Pertahanan AS Mark Esper, atau serangan AS terhadap Kataeb Hizbullah sama sama tak dapat dibenarkan.
“Mengebom markas PMU adalah pemburukan berbahaya yang membahayakan keamanan Irak dan kawasan itu,” kata sumber media Irak mengutip pernyataan Abdul-Mahdi.
Perdana menteri itu juga dilaporkan memerintahkan Komando Operasi Gabungan Irak (JOC) untuk menghentikan segala razia. Operasi udara atau darat yang terjadi di negara itu harus distop tanpa persetujuan pemerintah.
Sebelumnya pada hari Jumat, pasukan AS melakukan serangan udara di sejumlah pangkalan Kataeb Hizbullah di provinsi barat Anbar, Irak. Serangan AS ini menewaskan sedikitnya 25 orang dan menyebabkan 51 lainnya luka-luka, menurut PMU.
 Irak){kind=link}