29.1 C
Jakarta

Playing Victim Felix Siauw Adalah Bukti Kelicikannya

Artikel Trending

Milenial IslamPlaying Victim Felix Siauw Adalah Bukti Kelicikannya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Bagaimana cara membuat masyarakat publik membenci siapapun yang membenci Anda? Caranya adalah playing victim: melempar balik kebencian kepada orang lain, sekalipun yang keliru memang adalah si korban itu sendiri. Senjata ini ampuh sekali untuk membalikkan opini, tentang apapun. Senjata ini dipakai Felix Siauw agar publik membenci NU, Muhammadiyah, juga agar masyarakat membenci gagasan moderasi yang ditawarkannya.

Moderasi Islam. Nasionalisme. Itu kunci utamanya. Moderasi bukanlah sesuatu yang diupayakan, melainkan eksis inheren di dalam Islam itu sendiri. Al-Qur’an mengajarkan tawassuth, sehingga bodoh sekali jika ia dianggap sebagai proyek ormas tertentu. Begitu juga dengan nasionalisme. Seseorang dikatakan nasionalis, negarawan, jika sikap-sikap dia mencerminkan hal itu. Refleksi tersebut tidak dibuat-buat. Kalau Anda sering bikin ulah, apakah masuk kategori nasionalis?

Semua orang tahu siapa Felix Siauw: anak kesayangan Hizbut Tahrir, berideologi demikian sejak pertama kali masuk Islam. Semua pergerakannya mencerminkan keadaan asli: ia ngotot ingin khilafah ditegakkan, ia tidak setuju Pancasila diselaraskan dengan Islam. Ia memiliki gagasan tersendiri, yang bertentangan dengan konsensus NKRI. Ketika saya menganggap dirinya sebagai orang yang tidak nasionalis, dangkal paham agamanya, apakah salah? Tidak.

Faktanya memang demikian, tetapi Felix adalah penipu yang cerdik. Fakta yang diarahkan kepadanya, dia ubah menjadi tuduhan, seolah-olah dia berada di pihak yang benar. Penipuan ini buruk sekali, dan masyarakat mudah terpengaruh dengan intrik licik Felix. Mari kita lihat beberapa cuitannya di Twitter:

Narasi iblis: “Aku lebih baik darinya, aku dari api, dia dari tanah.” Narasi fanboy-nya iblis zaman now: “kami lebih baik dari mereka, yang bener cuma kami, selain kami nggak nasionalis, nggak Indonesia, nggak Pancasila, nggak Islami, nggak ngerti  Al-Qur’an.” Kalah si iblis. [Selasa, 14/7]

Adam pernah salah, iblis pernah bener. Adam mengaku salah, iblis nyalahin orang. Adam itu khalifah di bumi, iblis gasuka Adam jadi khalifah di muka bumi. Iblis benci khalifah, benci sama manusia, makanya dia bersumpah bakal gagalkan tugas manusia. [Rabu, 15/7]

Felix Itu HTI, Titik!

Apa maksud dari cuitan Felix? Siapa yang dia anggap iblis dan fanboy-nya iblis? Siapa yang di maksud khilafah, dan apakah yang dia maksud tugas manusia adalah mendirikan khilafah ala Hizbut Tahrir? Semua ini harus dianalisis satu persatu, sehingga kelicikan Felix terbongkar. Masyarakat perlu tahu yang sebenarnya bahwa Felix adalah agen HTI dan, sampai kapan pun, dia tidak akan pernah menerima Pancasila dan NKRI. Seberapa licik pun dia memengaruhi, harus dicatat, ia HTI. Titik!

Di-retweet lebih dari empat puluh ribu kali, artinya banyak yang sudah terpengaruh trik playing victim tersebut. Padahal, kita tahu, semetan anti-nasionalis kepada diri Felix tidak datang dari luar, atau tuduhan tidak berarti. Itu semua disematkan melalui kecenderungan dakwahnya yang bukan hanya menjelekkan pemerintah dan otoritas keagamaan, melainkan mengekspolitasi Islam itu sendiri.

BACA JUGA  New-Khilafah dan Pemerkosaan Demokrasi di Indonesia

Kenyataan bahwa Felix adalah seorang HTI tidak pernah digubris, sebagaimana tidak pernah didengar orang yang menjelaskan bahwa yang dia ajarakan kepada masyarakat adalah palsu, tidak berasal dari syariat, dan bodoh. Pada gilirannya kita hanya bisa gigit jari melihat dakwah radikal-ortodoks jingkrak-jingkrak atas kemenangannya. Felix akhirnya bebas dari tuduhan radikal, justru yang menuduhnya radikal dianggap “fanboy-nya iblis” yang sok nasionalis sendiri.

Tipuan Felix baiknya tidak dikaitkan dengan status dirinya sebagai ustaz, yang sejujurnya, sebagaimana ulasan yang telah lalu, dia adalah ustaz prematur. Tipuan tersebut menjadi lumrah ketika kita harus menerima fakta bahwa dia adalah satu dari iblis pemecah-belah negeri. Ia ingin menegakkan khilafah, tetapi yang disuguhkan adalah dalil khalifah, sebagaimana dalam cuitan kedua di atas. Ia memanipulasi masyarakat, seakan khilafah adalah tugas manusia sebagai khalifah. Semua itu palsu, licik, dan busuk.

Khalifah bukanlah khilafah. Khilafah ala Hizbut Tahrir yang dicekokkan Felix kepada masyarakat adalah murni produk manusia anti-nasionalisme yang memanfaatkan kejayaan Islam di masa lalu. Perihal Islam, lagipula kenapa harus merujuk pada dirinya dan komplotannya seperti Ismail Yusanto? Bukankah tokoh agama asli yang benar-benar memahami Islam?

Radikalisasi Umat, Hati-Hati!

Playing victim yang sering dilakukan Felix tidak hanya merupakan perisai pelindung kedok para dedengkot khilafah, melainkan juga bentuk konkret dari meradikalkan umat. Radikalisasi umat ini berlangsung secara masif dari Felix cs, sehingga kalau tidak cerdas memilah, kita akan terpengaruh segala tipu dayanya. Dari situ kemudian, kehati-hatian menjadi sesuatu yang niscaya.

Satu hal yang harus dicatat tentang radikalisasi ialah caranya yang halus, membuat korban indoktrinasi tidak sadar bahwa dirinya tengah dicekoki kepentingan politik kekuasaan berbalut agama. Tidak lagi perlu panjang lebar untuk mengulas apakah mereka benar-benar radikal atau tidak, atau apakah kita benar-benar nasionalis atau bukan. Felix adalah satu bukti, para radikalis bukanlah orang yang bodoh. Sayang, kecerdasannya dia pakai untuk menipu sesama saudara Muslimnya.

Felix tetaplah Felix, dan Hizbut Tahrir tidak akan menjadi nasionalis. Mereka hanya mampu memanipulasi apapun, demi kepentingannya sendiri. Kalau kita pahami secara seksama cuitan di atas, dan pasti di Twitter-nya akan banyak berisikan narasi yang sama, semua itu bertujuan memukul balik kalangan nasionalis yang mengkritiknya. Mari kita memahami, betapa telaknya pukulan Felix melalui cuitan tersebut. Orang pun akan mudah yakin, ikut Felix, bahwa nasionalisme itu palsu belaka.

Yang ada adalah khilafah ala Hizbut Tahrir, yang disodorkan sebagai ajaran syariat. Tipu-menipu ini berjalan menjadi intrik Hizbut Tahrir dalam merebut kekuasaan di manapun, yang harus umat ketahui agar selamat. Dan, yang terpenting, kritik atas paham radikal harus dilakukan semakin masif dan terus-menerus. Jika tidak, Felix akan bahagia sekali: tipuan-tipuannya berhasil dicekokkan ke hati umat Islam. Wa al-‘iyadzu billah.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru