29.1 C
Jakarta

Pesan Habib Luthfi pada Perayaan Kemerdekaan Indonesia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPesan Habib Luthfi pada Perayaan Kemerdekaan Indonesia
image_pdfDownload PDF

Hari ini seluruh masyarakat Indonesia sedang memperingati sebuah pencapaian besar: kemerdekaan dari penjajahan. Tepat tanggal 17 Agustus perayaan kemerdekaan Indonesia ini menjadi rutinitas tahunan yang tidak pernah terlupakan. Sebuah pertanyaan tiba-tiba terbersit dalam benak saya: Sudahkah Indonesia merdeka?

Pertanyaan tersebut seakan lucu disampaikan. Secara sekilas, pertanyaan itu tidak pantas dipertanyakan lagi. Sebab, Indonesia sudah merdeka beberapa tahun silam. Indonesia sudah merdeka, terbebas dari penjajahan Jepang dan Belanda. Namun, di tengah kemerdekaan Indonesia, ternyata masih banyak, terlebih orang Indonesia sendiri, yang ambisius menjajah Indonesia dari dalam. Siapakah gerangan?

Orang yang sedang menjajah Indonesia dari dalam adalah kelompok separatis yang mengampanyekan khilafah untuk menggoyahkan, bahkan meruntuhkan Indonesia. Kelompok ini dibintangi oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sedang tokoh fenomenalnya adalah Felix Siaw. Kelompok ini menggunakan instrumen Islam dan status ustaz untuk mendapat simpati dan support dari masyarakat.

Memosisikan HTI di Moment Kemerdekaan Indonesia

Masyarakat hendaknya lebih berhati-hati mempelajari Islam terhadap orang-orang HTI. Karena, Islam yang diajarkan bukan mempersatukan, malah memecah belah. Sikap memecah belah ini jelas berseberangan dengan kebhinekaan yang merangkul segala bentuk perbedaan, terlebih perbedaan agama dan budaya. Perlu masyarakat belajar Islam kepada seorang guru yang keilmuannya dapat dipertanggungjawabkan. Seorang guru yang direkomendasikan, salah satunya, adalah Habib Luthfi.

Habib Luthfi adalah tokoh fenomenal yang berasal dari kota Pekalongan dan ceramah-ceramahnya berpotensi mempersatukan Indonesia. Secara tidak langsung, pesan-pesan beliau membentengi Indonesia dari serangan penjajah baru, seperti HTI. Pesan-pesan Habib Luthfi yang penting untuk direfleksikan, antara lain, menjaga lisan atau perkataan. Lisan itu lebih tajam dibandingkan pedang. Pedang hanya dapat melukai satu atau dua orang. Tapi, lisan dapat melukai banyak orang.

Akibat lisan yang kurang terkontrol, tidak sedikit antar para habaib dan antar para ustaz tidak akur. Satu habib menuding habib lain sesat. Satu satu ustaz mengkafirkan ustaz yang lain. Tuduhan dan tudingan semacam itu memberikan contoh yang kurang baik bagi generasi berikutnya. Habib dan ustaz adalah guru segala umat. Sebuah pepatah lama yang lumayan populer menyebutkan, “Guru itu adalah digugu dan ditiru.” Segala ucapan dan perbuatan guru akan dijadikan cerminan bagi banyak orang. Sungguh akan berpotensi meruntuhkan kemerdekaan Indonesia bila banyak guru sudah tidak dapat dijadikan suri tauladan.

BACA JUGA  Shalat Tarawih dan Hikmah yang Tersirat di Dalamnya

Hal yang Harus Dikerjakan Para Guru Maknai Kemerdekaan Indonesia

Seharusnya, para guru sekarang yang kurang memberikan contoh yang baik merasa malu terhadap para ulama terdahulu yang menjaga lisan dan sikapnya hanya untuk menjaga generasi berikutnya menjadi bangsa yang lebih baik. Berkat perjuangan ulama terdahulu perpecahan sedikit terlihat dibandingkan akhir-akhir ini. Bagi ulama terdahulu, perbedaan bukan dianggap sebagai ancaman, tetapi dipahami sebagai rahmat. Tidak pernah kritik disampaikan dengan bahasa yang kurang sopan. Kritik disampaikan dengan kalimat yang edukatif.

Kemerdekaan Indonesia adalah bentuk dari perjuangan para pahlawan yang telah gugur jauh sebelum kita. Kita ini adalah generasi yang diberi amanah untuk menjaga kemerdekaan Indonesia dari penjajahan yang setiap waktu bisa jadi masuk ke Indonesia. Sikap pembelaan terhadap Indonesia merupakan bentuk dari ekspresi syukur kita kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat berupa kemenangan atas para penjajah dan ungkapan terima kasih kita kepada pahlawan yang telah bersusah payah membebaskan Indonesia dari jerat penjajahan. Tugas kita sekarang, selain menjaga kemerdekaan, adalah memerangi kelompok separatis seperti HTI dan lain-lain agar tidak menguasai Indonesia.

Pada akhir tulisan ini Habib Luthfi berpesan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk membuktikan bahwa kita ini adalah bangsa yang setia terhadap Indonesia. Kita bukan bangsa yang mudah dibenturkan, mudah diadu domba, bahkan mudah dipengaruhi oleh paham-paham yang keliru yang berpotensi merusak keutuhan Negara Indonesia. Bersatulah tanpa memandang perbedaan. Negara Indonesia merdeka karena bersatu di tengah perbedaan. Merdeka![] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari ceramah Habib Luthfi yang dimuat di Social Media Facebook “Dasuki As”

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru