28.2 C
Jakarta

Perjalanan Panjang Hegemoni Atas Palestina, Siapa yang Lebih Berhak Mengklaimnya?

Artikel Trending

KhazanahOpiniPerjalanan Panjang Hegemoni Atas Palestina, Siapa yang Lebih Berhak Mengklaimnya?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sebelumnya, saya sampaikan duka yang sangat mendalam bagi saudara kita, umat Islam Palestina, khususnya mereka yang mendiami daerah Gaza dan wilayah tepi bagian Barat negara tersebut. Gempuran Israel yang merupakan ‘upaya pertahanan’ tersebut telah menewaskan sedikitnya 145 jiwa masyakat Palestina. Sungguh sangat memprihatinkan.

Jujur, mulanya saya tidak berani mengatakan ‘upaya pertahanan’ atas tindakan brutal yang telah menghilangkan banyak nyawa tak berdosa tersebut. Sandaran saya satu-satunya untuk mengungkap frasa tersebut adalah Joe Biden, ya, perkataannya terhadap PM Israel dalam sambungan telepon, sebagaimana diberitakan oleh banyak media.

Namun dari perkataan ‘nakal’ Biden tersebut, saya jadi tergiring untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi sebenarnya, tentu di antara Palestina dengan Israel. Tetapi sebelumnya harus diutarakan bahwa konflik kedua kelompok tersebut tak ayalnya disebabkan perebutan wilayah geografis yang keduanya mempertahankan klaim serupa.

Untuk menimbang siapa yang lebih berhak atas wilayah tersebut, nampaknya kita harus menengok bagaimana sejarah berlangsung. Saya coba membuka sebuah buku yang belum terlalu lama yang berjudul Tanah Palestina dan Rakyatnya karya Muhsin Muhammad Shaleh. Secara umum, buku tersebut menyuguhkan periodisasi pendudukan atas wilayah Palestina.

Sebagai awal, pada tahun 8000 SM, orang-orang Palestina mendirikan sebuah kota dengan nama Jericho. Tidak diungkapkan siapa orang-orang ini, asalnya dari mana pun tidak diketahui. Akan tetapi setidaknya dapat dipastikan bahwa mereka bukan beragama Yahudi, bukan pula beragama Islam. Karena kedua agama tersebut muncul belakangan.

Pada tahun 2000 SM, orang-orang Arab yang dikenal dengan sebutan orang Kan’an berbondong-bondong hijrah ke Palestina dan menetap di sana hingga sohorlah ia dengan titel negeri Kan’an. Sejarawan berpendapat bahwa masyakat yang tersebar di pedesaan Palestina saat ini merupakan keturunan orang Kan’an.

Selanjutnya beranjak tahun 1250 SM, Nabi Musa, yang kala itu menjadi penerus generasinya Nabi Ibrahim (yang dikenal dengan nama Israel), membawa misi menguasai wilayah Palestina. Setidaknya sampai 1000 SM, pasukan telah berhasil menduduki sebagian wilayah dataran tinggi sekitar Al Quds dan dataran utara Palestina.

Lalu pada tahun 1004-923 SM, Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman berkuasa di Palestina. Setelah meninggalnya Raja Sulaiman maka bangsa Yahudi Palestina terpecah kedalam dua kerajaan, yaitu kerajaan Israel yang menduduki wilayah utara Palestina dan kerajaan Yahuda yang beribukotakan Al Quds.

Selanjutnya, pada tahun 539-332 SM, sekitar 40.000 bangsa Yahudi yang sebelumnya ditawan dan dibawa ke Irak, kini mereka dikembalikan ke Palestina oleh penguasa Irak kala itu. Namun sebagian yang telah kesana, nyatanya tidak mampu mendirikan kembali kekuasaan. Sebagai dampak, Yunani menguasai Palestina pada tahun 332-63 SM.

BACA JUGA  Membuang Jauh-jauh Stigma Islamofobia di Indonesia

Meski bangsa Yahudi ini melakukan perlawanan terhadap agresi Yunani dengan mendirikan pemerintahan di Al Quds, namun hal tersebut tidak berbuah banyak. Nampaknya tidak mudah bagi mereka untuk mendapatkan kemerdekaan penuh secara politik.

Pada tahun 6 M, kaum Yahudi akhirnya dapat memerintah secara langsung dan terbuka wilayah Al Quds dan Palestina pada umumnya. Namun hal ini mendapat perlawanan dari Romawi, sehingga pada tahun 70-77 M, pihaknya berhasil memukul mundur bangsa Yahudi dan menghancurkan Al Quds. Mereka juga melarang Yahudi untuk mendiami Al Quds.

Lalu pada tahun 636-1917 M, Palestina berada di bawah kekuasaan umat Islam. Kekalahan Romawi oleh pasukan Umar ibn Khattab dalam perang Yarmuk dan perang lainnya mengharuskan mereka hengkang dari Palestina. Sejak saat itulah, warga Palestina berbondong-bondong memasuki agama Islam.

Meski pendudukan Islam atas Palestina berlangsung lama, tetapi pada tahun 1099-1187 M, khusus Al Quds berhasil diduduki orang-orang Salib dan mendirikan kerajaan besar Baitul Maqdis. Namun hal ini tidak berlangsung lama, Shalahuddin Al Ayyubi berhasil membebaskan Al Quds melalui perang Hittinnya. Dan Islam melanjutkan kekuasaannya hingga 1.200 tahun lamanya.

Baru, pada akhir tahun 1917, tepatnya mendekati pengahabisan tahun tersebut, Inggris yang memenangkan perang dunia I memberikan dukungan penuh terhadap bangsa Yahudi Israel untuk menjadikan Palestina sebagai ‘tempat tinggal nasionalnya’ lewat deklarasi Balfournya.

Deklarasi pemenang ini memiliki konsekuensi bagi pihak yang kalah untuk menerimanya. Di antara pihak-pihak ini adalah Jerman, Austria, Hungari dan Kesultanan Ottoman yang kala itu tengah menguasai Palestina. Namun di sisi lain, deklarasi ini ditentang oleh rakyat Palestina pada tahun 1919.

Sampai sini, semoga pembaca dapat menentukan siapa yang lebih berhak atas wilayah Palestina hari ini.

Bagian ini dan bagaian-bagian sebelumnya lah yang menjadi titik mula ternjadi konflik Palestina-Israel hingga hari ini. Sudah banyak masukan dan usaha untuk meredakan konflik tersebut, dari mulai two state solution hingga soft diplomacy. Perihal sampai kapan konflik ini akan berlangsung, saya juga masih menunggu jawaban dari obrolan warung kopi.

Terkait Hamas dan adu roketnya dengan pihak Israel, sengaja tidak saya sertakan di sini. Bagian tersebut memiliki sejarahnya sendiri. Semoga pada tulisan berikutnya akan diungkap.

Azis Arifin, M.A
Azis Arifin, M.A
Alumni SPs UIN Jakarta. Alumni Ponpes Asy-Syafe'iyah Purwakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru