26.2 C
Jakarta

Perempuan Bercadar yang Memerangi Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifPerempuan Bercadar yang Memerangi Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada mulanya aku mengenal Islam sudah dari kecil. Tentunya, dari orangtuaku sendiri. Mereka mengajarkan aku banyak hal tentang Islam, termasuk pentingnya menutup aurat.

Orangtuaku, termasuk mama, memandang aurat adalah sesuatu yang aib. Makanya, Islam memerintahkan pemeluknya menutup aurat. Orangtuaku melihat aurat perempuan sederhana: pakai jilbab, baju, dan rok pada umumnya yang dipakai perempuan.

Aku mengikuti saja apa yang orangtuaku katakan. Aku yakin, semua itu adalah yang terbaik. Paling tidak, aku tidak membuat orangtua kecewa melihat anaknya buka aurat.

Begitu masuk kuliah di sebuah kampus Kalimantan Timur (Kaltim), aku senang sekali bertemu teman-teman yang pakai jilbab. Terlihat kecantikannya dan anggun dalam pandangan.

Tapi, entah kenapa aku mulai tertarik pakai cadar. Sepertinya pakai cadar punya sensasi yang berbeda dibanding hanya pakai jilbab. Aku coba pakai. Karena masih coba-coba, aku sering pakai-copot, pakai-copot. Seakan aku belum “pe-de” tampil berbeda di antara teman-temen, entah sebangku kuliah ataupun setetangga.

Aku khawatir dikucilkan karena pakai cadar. Konon, cadar itu identik dengan kelompok Islam garis keras. Sebut saja, ISIS, HTI, dan seterusnya.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVII): Aksi dan Dukungan terhadap Eks Napiter Salsa Bangkit dari Stigma Teroris

Jujur saja, aku muslim yang benci banget radikalisme. Aku nggak suka fanatisme beragama. Aku paling muak fudamentalisme. Aku jijik sistem khilafah. Bahkan, aku kecam kafir-mengkafirkan.

Kendati bercadar, aku memakainya sebatas passion. Sekali lagi sebatas passion. Nggak lebih dari itu. Aku suka Islam yang ramah. Islam yang mencintai. Islam yang merangkul perbedaan. Islam yang menyejahterakan. Islam yang rahmah bagi semesta alam.

Mungkin orang melihat aku sebatas di permukaan saja, belum menyentuh pada esensinya. Aku tidak membenci orang punya praduga dan persepsi semacam itu. Dengan caraku yang seperti ini, aku lebih nyaman saja menutup aurat.

Aku berjanji, dengan cadarku aku bakal memerangi pemikiran radikalisme yang masih mewabah di belahan dunia, termasuk di Indonesia sendiri. Aku berjuang membumikan nilai-nilai Islam yang ramah.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini diolah dari beberapa sumber terkait spirit mahasiswi IAIN Samarinda Nandha yang pakai cadar

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru