30.9 C
Jakarta

Percayalah, Penegakan Khilafah di Indonesia Hanyalah Ilusi!

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPercayalah, Penegakan Khilafah di Indonesia Hanyalah Ilusi!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Beberapa hari yang lalu seorang teman mengupload di story WhatsApp terkait keperpihakannya dengan khilafah. Kalau ditanya, bagaimana psikis saya? Jelas saya kaget. Tidak habis pikir, seorang teman yang sangat akrab dengan buku-buku filsafat yang dapat mengantarkan pembacanya berpikir logis, ternyata diperbudak oleh paham khilafah.

Teman saya begitu sangat setuju atas berdirinya khilafah di Indonesia mengaku bahwa sistem demokratis yang berjalan di negara merah putih ini belum mampu mengatasi segala bentuk problem. Salah satunya, maraknya korupsi, nepotisme, dan lain sebagainya. Ia seakan sangat yakin kehadiran khilafah akan mampu mengatasi beragam problem tersebut.

Kegelisahan yang dialami teman saya tidak ada beda dengan kebanyak orang yang dipengaruhi propaganda khilafah. Saya pernah mewawancari seorang ibu (tanpa perlu saya sebut namanya) yang pernah bergabung dengan kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ibu ini menceritakan, bahwa doktrin khilafah di HTI merupakan sesuatu yang paling urgen. Maksudnya, segala pembahasan pasti selalu dikaitkan dengan khilafah.

Ibu yang saya temui hijrah dari HTI disebabkan ia mulai jenuh dengan doktrin khilafah yang dituntut harus selalu dikampanyekan dalam setiap dakwahnya. Seakan-akan dakwah ibu ini tidak afdlal atau tercela jika tidak dihubungkan dengan khilafah. Bahkan, ibu ini mengungkapkan, bahwa khilafah, meski sampai detik ini sebatas ilusi, diyakini oleh pengikut HTI akan tiba pada waktunya.

Kembali kepada teman saya tadi. Temen saya juga berasumsi, bahwa pentingnya ditegakkannya khilafah tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menentang sebuah sistem di Indonesia, yang ia sendiri sebut denga, “sistem demokratis kapitalis”. Saya tidak paham, dari mana term “kapitalis” disematkan sebagai sistem negara ibu pertiwi ini. Saya pikir, bisa jadi teman saya ini kekurangan informasi terkait sistem yang berlaku di Indonesia atau bisa jadi ia termakan isu khilafah.

Terkait sistem yang berjalan di Indonesia, Dr. TGB. Muhammad Zainul Majdi, MA. menyebutkan, bahwa Indonesia menggunakan sistem republik demokratis. Tentunya, sistem ini sangat merangkul terhadap seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, baik yang berbeda budaya, bahasa, maupun agama. Sistem ini dibentuk bukan bertujuan untuk menguntungkan sepihak, tetapi memuliakan semua.

Saya pikir, orang HTI, termasuk teman saya, yang masih bersikeras menegakkan khilafah tidak bakal mampu mengatasi segala persoalan tuntas seratus persen. Namanya hidup, pasti di situ ada masalah. Terus, masalah itu bukan sesuatu yang buruk, melainkan dapat mendewasakan jika disikapi dengan pikiran yang terbuka. Orang yang terbuka akan melihat masalah di Indonesia dengan sikap yang bijaksana, tanpa saling menyalahkan.

BACA JUGA  Hal Paling Penting Diperjuangkan daripada Ribut Soal Pilpres, Apa Itu?

Islam memerintahkan manusia untuk mencintai tanah airnya sendiri. Salah satu bentuk cinta itu adalah tidak merusaknya. Saya kira, penegakan khilafah dengan bermaksud menggantikan sistem yang sudah berjalan di Indonesia adalah bentuk tindakan yang merusak dan tentunya itu termasuk perbuatan yang tercela. Sistem khilafah bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan di suatu negara. Justru, dengan maraknya doktrin khilafah ini negara mulai “oleng” atau goyah.

Lebih dari itu, sistem khilafah juga menggiring seseorang membenci pemerintah yang dipilih dengan sah. Buktinya, tiada henti Presiden Jokowi selalu difitnah dengan berbagai cara agar tumbang di pertengahan periode. Penegak khilafah berpikir, jika Jokowi tumbang, kesempatan mereka merebut kekuasaan dan pada kesempatan itu pula mereka akan leluasa menegakkan khilafah. Tapi, Jokowi sangat cerdas melihat gaya politik penegak khilafah, sehingga Jokowi dapat mencegah serangan demi serangan yang mereka kerahkan.

Saya pikir juga, sistem khilafah masih lemah untuk mendorong Indonesia roboh. Buktinya, sistem ini sudah bertahun-tahun dikampanyekan oleh penegaknya dan sampai sekarang masih belum berhasil menggantikan sistem yang berjalan di Indonesia. Sistem khilafah ini berhasil tegak hanyalah di Raqqah Suriah di mana ISIS berkuasa. Bahkan, banyak orang Indonesia, apalagi orang NU dan Muhammadiyah, tidak percaya sistem khilafah ini akan berhasil tegak nanti, meski selalu disebut-sebut khilafah sesuai dengan hadis Al-Khilafah ala manhaj an-nubuwwah.

Orang NU dan Muhammadiyah sendiri sudah tahu bahwa hadis yang sering dijadikan dalil oleh penegak khilafah disalahpahami dan disalahgunakan. Hadis itu tidak bermasuk penegakan khilafah seperti yang diinginkan oleh kelompok HTI. Apalagi Nabi Muhammad Saw. sendiri tidak pernah menerapkan sistem khilafah di dalam memimpin sebuah negara. Nabi menggunakan sistem demokratis atau keterbukaan terhadap umatnya. Tentu, sistem Nabi ini bersesuaian dengan sistem yang berjalan di Indonesia sekarang.

Sebagai penutup, sistem khilafah tidak akan pernah berhasil ditegakkan di Indonesia. Sebab, sistem itu hanya sebatas ilusi yang dibesar-besarkan oleh kelompok tertentu. Saya berharap, teman saya suatu saat akan menyadari doktrin khilafah ini. Apalagi, ia termasuk pembaca yang tekun sehingga mampu memilih mana yang benar dan mana yang salah. Penting diingat, Indonesia tidak butuh khilafah, tapi butuh melawan khilafah.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru