32.1 C
Jakarta

Perang Rusia-Ukraina Adalah Perang Politik, Bukan Perang Agama, Kok Bisa?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPerang Rusia-Ukraina Adalah Perang Politik, Bukan Perang Agama, Kok Bisa?
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sudah menjadi isu global perang dunia antara Rusia dan Ukraina. Di tengah lemahnya pertahanan, Ukraina membuka bantuan kepada negara lain untuk bergabung bersamanya.

Relawan yang setia bergabung dengan Ukraina jelas sudah disediakan fasilitas yang memadai tampil di laga perang dunia itu. Tersedia mulai alat perang hingga bimbingan perang.

Melihat kenyataan ini, menjadi penting diketengahkan terkait motif yang melatarbelakangi perang Rusia dan Ukraina terjadi. Bahwasanya motif perang dunia ini hanyalah politik, bukan motif agama.

Meluruskan motif perang tersebut menjadi penting disebabkan untuk mencegah “framing” yang tidak benar dari kelompok radikal. Apalagi di Indonesia, sangat mungkin dikatakan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina adalah perang untuk membela agama, jika meminjam istilah kelompok radikal, “jihad fi sabilillah”.

Perang karena agama sesungguhnya tidak pernah ada, bahkan tidak bakal ada. Karena, agama tidak menghendaki perselisihan, apalagi pertumpahan darah. Agama mencita-citakan terjadinya perdamaian.

Disebutkan dalam Al-Qur’an terkait pentingnya membangun perdamaian antara dua kubu yang berselisih:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
Artinya: Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! (QS. Al-Hujurat: 9).

Pentingnya mendahulukan perdamaian antara dua kubu yang berselisih mengisyaratkan bahwa Islam tidak suka dengan peperangan. Lantas, kenapa sebagian orang gemar menyuarakan perang? Jelas, itu hanyalah politik untuk meraih kekuasaan yang bersifat sementara.

Menegakkan perdamaian beriringan dengan spirit menjaga persatuan. Sudah jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Islam memerintahkan pemeluknya menjaga persatuan dan menghindari perpecahan.

Perhatikan ajakan menjaga persatuan dalam Al-Qur’an:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.

Kemudian, muncul sebuah pertanyaan, jika perang itu hanya motif politik, lantas mengapa Nabi Muhammad Saw. berperang dulu? Begini, Nabi sesungguhnya tidak suka dengan peperangan. Nabi lebih menyukai perdamaian di tengah-tengah umatnya. Buktinya, Nabi berucap dalam Al-Qur’an selepas diajak bersekongkol dalam kemusyrikan dengan kata-kata yang lemah lembut bukan dengan perang:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. Al-Kafirun: 6).

BACA JUGA  Ayo Jihad: Uji Validitas Jihad Wahabi dan Kelompok Radikal yang Lain

Kemudian, Nabi berperang, baik di Perang Badar di mana Nabi meraih kemenangan maupun di Perang Uhud di mana Nabi mendapat kekalahan, semuanya untuk mencegah dari serangan musuh. Maksudnya, jika Nabi tidak diserang, beliau tidak akan berperang, karena Nabi tidak suka dengan pertumpahan darah. Nabi lebih senang melakukan perdamaian.

Perhatikan firman Allah terkait motif perang Nabi berupa menyelamatkan diri dari serangan musuh:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Baqarah: 190).

Maka dari itu, tidak dapat dibenarkan “framing” yang dilakukan kelompok radikal bahwa perang dunia antara Rusia dan Ukraina disebut sebagai perang agama. Perang dunia hanya bermotif politik semata.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru