26.1 C
Jakarta

Peran Penting Perempuan dalam Menegakkan Perdamaian Dunia

Artikel Trending

KhazanahOpiniPeran Penting Perempuan dalam Menegakkan Perdamaian Dunia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Berpuluh-puluh abad yang lalu bangsa indonesia mengalami penderitaan yang luar biasa. Terjadinya peperangan yang sangat dahsyat, perang dunia I dan II yang sudah mengorbankan banyak jiwa dan raga manusia. Ditengah-tengah konflik yang saling memperebutkan kekuasaan, namun disisi lain peranan perempuan sangat penting. Utamanya dalam memulihkan dan menegakkan perdamaian yang telah rusak. Berbicara tentang perempuan lebih identik dengan sosok seorang ibu. Secara alamiah perempuan terpandang sebagai seorang pemelihara dan juga pemulih perdamaian. Kaum perempuan telah mempelopori terbentuknya perdamaian dalam berbagai konflik diperang dunia kala itu.

Tidak hanya perang I dan II. DI Bosnia, Kroasia, Kosovo dan Serbia, kaum ibu-lah yang berinisiatif dalam menyambung kembali silaturahmi di antara tiga umat agama yang telah dirobek-robek dalam perang Yugoslavia. Pasca perang, mereka mengadopsi anak-anak yatim yang berbeda agama dan membesarkan mereka tanpa mengarahkan pendidikan agama mereka.  Bahkan, mereka  juga berinisiatif mengadakan pertukaran mahasiswa. Diharapkan mahasiswa Muslim mempelajari Kekristenan, dan mahasiswa Kristen mempelajari keIslaman. Tujuannya tak lain untuk saling mengenal dan menghormati keyakinan satu sama lain. Demikian juga di Irlandia. Para perempuan Katholik Roma dan Protestan berinisiatif untuk membangun kembali  ukhuwah di antara kedua mazhab Kristen tersebut. Presiden Irlandia, Mary MacAleese, seorang Katholik yang taat. Selama 14 tahun masa pemerintahannya (1998-2011) telah berperan penting dalam memelihara hubungan kedua umat tersebut.

Tak hanya itu, kejadian silam yang pernah terjadi di Palestina pun pernah terjadi di Maluku dan Libanon. Perempuan merupakan penggerak utama terwujudnya perdamaian ketika pecah konflik di Maluku dan Libanon. Alasanya sangat sederhana, karena perempuan adalah pihak pertama yang akan menjadi korban, baik sebagai ibu rumah tangga yang menyelenggarakan kebutuhan keluarga, maupun sebagai seorang perempuan yang menjadi objek seksual. karena dalam perang, perempuan selalu menjadi sasaran utama kekerasan seksual. Baik kekerasan seksual itu bertujuan untuk genosida atau pembantaian, maupun karena kebutuhan biologis para tentara, perempuan akan diperkosa maupun dijadikan pelayan seks untuk para tentara. Oleh sebab itu, perempuanlah yang harus mengumpulkan keberanian untuk mencegah dan mengurangi konflik serta mempelopori, membangun dan meningkatkan perdamaian.

Usaha Perempuan dalam Menegakkan Perdamaian

Dalam sejarah, ada dua cara perempuan terlibat dalam mewujudkan dan meningkatkan perdamaian. Pertama yaitu memilih mendahulukan negosiasi. Hal ini dilakukan dengan sesama perempuan yang sama-sama menjadi korban, maupun dengan menggunakan siasat politik di antara para pemimpin dengan cara tawar menawar untuk menyelesaikan suatu masalah yang bertentangan. Kedua yaitu perempuan memilih menggunakan kebijaksanaannya sebagai ibu untuk mengakhiri penguasa yang menimbulkan perang dan konflik.

BACA JUGA  Etika Politik Berbasis Religi sebagai Kontra-Polarisasi Pemilu 2024

Para perempuan pada umumnya tidak tertarik berkonfrontasi. Jika ia harus melakukannya, maka ia akan melakukannya dengan meminimalisasi  jatuhnya korban tidak berdosa.  Sebaliknya, lelaki secara alamiah dikaruniai kecenderungan untuk berkuasa, untuk menang dan untuk mengendalikan. Secara sosial, para lelaki tidak akrab dengan dunia keseharian rumah tangga yang membutuhkan  rasa aman, damai dan tenteram. Saat konflik bergelora, lelaki pergi ke medan pertempuran, dan para perempuan mesti menyaksikan ketakutan anak-anaknya, dan mengalami berbagai kengerian seperti tiada sumber daya makanan dan bahkan ancaman perkosaan yang akan terus-menerus mereka alami.

Memosisikan Perempuan Sesuia Peran dan Kemampuannya

Oleh karena itu, baik sebagai ibu rumah tangga, wanita karir, figur publik, maupun pemimpin politik, perempuan harus senantiasa terlibat dalam mewujudkan perdamaian di ladang-ladang konflik dan memelihara perdamaian di kebun-kebun damai yang berpotensi rawan konflik. Para perempuan diharapkan berani mempelopori gerakan-gerakan perdamaian, bukan hanya karena ia akan menjadi korban pertama konflik, tetapi juga karena hanya dengan cara itulah ia akan dapat menyelamatkan anak-anak dan generasi mendatang. Sebagaimana seorang ibu yang memiliki rahim untuk menumbuhkan seorang janin dan melahirkannya dengan penuh pengorbanan perempuan dikaruniai kecenderungan untuk mencurahkan kasih-sayang. Kedua hal inilah kekuatan yang dibutuhkan untuk menciptakan, memelihara dan memulihkan perdamaian di dunia.

Banyak dari warga Indonesia yang terkadang masih menyesalkan fakta sejarah bahwa mereka dijajah oleh bangsa Belanda bukan inngris, dan beranggapan negara yang dijajah Inggris jauh lebih maju dibanding negara yang dijajah belanda, maka dari sekarang buanglah pemikiran seperti itu, mulailah lembaran baru untuk menjadikan Indonesia aman dari permusuhan dan tinggi akan perdamaian, mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, negara bahkan hingga dunia. Berbekal modal itu sebenarnya perempuan memiliki potensi yang sangat berharga untuk berkontribusi lebih banyak lagi dalam menegakkan perdamaian dan keamanan dunia.

Aliatun Ifani, Aktivis HMI Komisariat Syariah Walisongo Semarang. Mahasiswi jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semrang

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru