27.4 C
Jakarta

Penyebaran Paham Radikal di Media Sosial Lebih Gencar daripada di Masjid

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPenyebaran Paham Radikal di Media Sosial Lebih Gencar daripada di Masjid
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Memasuki era digital, perubahan gaya hidup jelas bergerak menuju perubahan. Mulanya kita berinteraksi face to face (ketemu langsung), sekarang mereka beraktivitas cukup lewat genggaman gadget. Kita mulai sadar, pengaruh teknologi begitu terasa membantu aktivitas mereka. Kita mudah menyelesaikan aktivitasnya dengan bantuan teknologi.

Teknologi menyediakan media sosial dengan beragam flatform. Sebut saja, YouTube, Instagram, Twitter, Facebook, dan masih banyak yang lain. Kita dapat mengakses informasi lewat beberapa media tersebut tanpa harus keluar rumah. Bangun tidur pun kita dapat membaca miliaran informasi, bahkan yang ter-update sekalipun.

Kendati begitu mudahnya mengunduh informasi, kita harus waspada sekian informasi yang menyesatkan. Informasi yang dimaksud adalah narasi ekstremis yang menggiring seseorang berpikir tertutup (eksklusif) dan melakukan aksi-aksi radikal berwajah terorisme. Biasanya informasi menyesatkan ini disebarkan oleh kelompok radikalis.

Narasi ekstremis yang disebar secara digital lebih mudah mempengaruhi (jika enggan berkata “mencuci otak”) kita sebagai warga net atau yang biasanya dikenal dengan sebutan netizen. Banyak warga Indonesia sendiri yang terbius bujuk rayu ISIS bermulai mengakses informasi di internet. Mulanya orang tersebut tertarik karena janji-janji palsu ISIS yang bakal mendesain kehidupannya di Suriah persis kehidupan pada masa Nabi Muhammad. Tidak hanya itu, ISIS berjanji akan menjamin hidup para simpatisannya itu sejahtera.

Sayang, orang yang terlanjur hijrah ke Suriah tidak mendapat sesuatu yang dijanjikan oleh ISIS. Mereka hidup di sana dengan penuh kesengsaraan. Kesedihan dating silih berganti. Kehidupan yang diimpikan mencipta penjara yang menakutkan. Kondisi Suriah dihiasi dengan peperangan antar orang ISIS dan para rivalnya. Dentuman bom terdengar di mana-mana persis bunyi petasan yang meletus di atas rumah menjelang hari raya.

BACA JUGA  Benarkah Politik Sebatas Menang-Kalah, Bukan Benar-Salah?

Terkait besarnya pengaruh internet dalam mengubah hidup kita, ketua MPR Republik Indonesia Bambang Soesatyo menyebut: “Menurut BNPT, sebanyak 82,8 persen pengguna internet di Indonesia pernah menerima informasi keagamaan via internet. Jika tidak hati-hati, mereka bisa saja mendapatkan informasi yang sesat, sehingga malah melahirkan radikalisme dan ekstremisme.” Informasi keagamaan yang disampaikan di internet lebih banyak dibandingkan yang disampaikan di masjid.

Untuk mencegah informasi radikal yang menyesatkan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Pertama, terima informasi dari sumber yang terpercaya. Sumber yang terpercaya ini hendaknya dilihat dari penyampainya. Telusuri background penyampai informasi itu. Karena, latar belakang itu menggambarkan cara berpikir (mindset) seseorang. Penyampai informasi yang saya suka dan jelas cara berpikirnya moderat, di antaranya, Prof. Quraish Shihab, Buya Syafii Ma’arif, Gus Mus, dan beberapa tokoh yang lain.

Kedua, perhatikan apakah yang disampaikan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan atau tidak. Sebuah informasi yang mendukung tegaknya nilai-nilai kemanusiaan termasuk sesuatu yang patut diterima. Karena, informasi itu tidak bertentangan dengan misi Islam. Agama samawi ini hadir di muka bumi untuk membela hak-hak manusia dan menegakkan keadilan. Informasi radikalis yang menyesatkan jelas menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan tersebut.

Sebagai pentutup, kita hendaknya lebih berhati-hati dalam mengonsumsi infomasi yang bertebaran di media sosial. Informasi yang menyesatkan hendaknya dihindari. Karena, tidak semua informasi itu dapat dimintai pertangguangan jawab. Pesan kehati-hatian itu juga disampaikan oleh panglima TNI Hadi Tjahjanto: “Dunia maya telah menjadi domain untuk perekrutan generasi radikal dan teroris yang juga memanfaatkan media sosial untuk propaganda-propagandanya.”[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru