Harakatuna.com. Jakarta – Beredarnya video pernyataan Panglima TNI terkait testimoni terhadap salah satu kandidat dalam pemilihan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) tidak perlu dipolitisir dan dibesar-besarkan. Demikian tanggapan pengamat intelijen, pertahanan dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro.
Pria yang akrab dipanggil Simon ini mengatakan bahwa video tersebut lebih ke arah testimoni atau kesaksian seorang yang saling mengenal. “Saya kira itu masih dalam batas kewajaran,” katanya.
Yang menjadi persoalan adalah ketika video tersebut diframing ulang untuk tujuan politik tertentu. Bahkan cenderung ada tendensi untuk menyerang figur Panglima TNI. Hal demikian tentu sangat disayangkan.
“Saya kira, Panglima TNI bukan orang yang tidak tahu batas-batas kewajaran dalam memberikan komentar. Testimoni atau kesaksian apapun di tengah situasi politik yang masih memanas ini,” kata Simon.
Panglima TNI saat ini dinilai masih memiliki komitmen yang kuat dan kinerja yang mumpuni dalam mengkonsolidasikan lini pertahanan dan keamanan negara. “Tidak mungkin lah seorang Panglima TNI mengurusi hal-hal teknis seperti itu. Apalagi sampai menggerakkan pasukan untuk mensukseskan seseorang menduduki jabatan organisasi swasta,” Kata Simon.
“Saya berharap pihak-pihak yang memiliki perhatian terhadap video ini dapat berpikir jernih dan melihat konteks kejadian. Tidak menghakimi secara sepihak, apalagi turut serta memperkeruh situasi politik dalam negeri yang belum kunjung selesai sebagai akibat dari beberapa elit yg masih suka mengumbar syahwat politiknya untuk menjadi pejabat publik atau menduduki jabatan tertentu di struktur pemerintahan Jokowi jilid 2 yang baru saja terbentuk.