31.8 C
Jakarta

Pengamat Sebut Civitas Akademika Juga Berpotensi Terpapar Radikalisme

Artikel Trending

AkhbarNasionalPengamat Sebut Civitas Akademika Juga Berpotensi Terpapar Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta Semua golongan masyarakat bisa terpapar paham radikal dan ekstrem, tidak terkecuali kaum intelektual. Pengamat Terorisme, Arif Budi Setyawan menuturkan bahwa kalangan akademisi dan kaum intelektual juga berpotensi terpapar radikalisme.

Arif tidak mengidentikkan radikalisme ini dengan satu kalangan tertentu. Apa pun ormasnya, apa pun predikatnya memungkinkan terjangkit terorisme. Bukan hanya bagundal, preman dan kaum miskin, akan tetapi akademisi juga rentan terpapar radikalisme.

“Kalau soal peluang orang jadi radikal-ekstrem yang kemudian jadi teroris. Jangankan ormas, mantan preman dan intelektual saja bisa,” kata Arif Budi Setyawan kepada Mata Indonesia News, Senin 15 Februari 2021.

Terbukti pada 2015 seorang anggota Polres Batanghari, Brigadir Syahputra diketahui bergabung dengan ISIS di Suriah. Selanjutnya pada 2018, ASN serta guru di Jawa Timur terlibat dengan kelompok teroris yang melakukan pengeboman markas Polrestabes Surabaya. Semuanya itu adalah kalangan akademisi.

Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta juga pernah mengemukakan oknum yang telah terpapar radikalisme dan terorisme tidak lepas dari doktrin ideologi yang mereka terima. Akibatnya para pelaku teror bisa melalukan tindakan yang kejam seperti melakukan bom bunuh diri.

BACA JUGA  Cendekiawan Muda Muhammadiyah Sebut Kelompok Ekstremis Incar Anak Muda

Menurut Stanislaus, mereka merasa mendapatkan kemuliaan jika melakukan aksi bunuh diri, dan menganggap sebagai tuntutan ideologinya. Ideologi ini bisa juga menjangkit kalangan akademisi dan kaum intelektual.

Maka peran keluarga sebagai lapisan terdekat untuk melakukan deteksi dini sangat penting untuk mencegah ancaman radikalisme dan terorisme. Nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme juga sudah bisa dipupuk dari lingkup keluarga sebagai benteng pencegah masuknya ideologi radikal.

Kasubdit kontra Propaganda Direktorat Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Sujatmiko mengemukakan  bahwa terdapat empat hal yang merujuk pada radikalisme yaitu anti-Pancasila, anti-NKRI-anti Kebhinekaan dan menganut takfiri atau mengkafirkan orang lain.

Dalam hal ini semua lapisan masyarakat bisa saja terpapar pemahaman tersebut, terlepas individu atau kelompok yang membentuk sebuah organisasi.
Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru