26.7 C
Jakarta

Pemerintah adalah Orangtua Kita, Maka Hormatilah!

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPemerintah adalah Orangtua Kita, Maka Hormatilah!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pemerintah sering menjadi bulan-bulanan atau objek yang selalu dicari kesalahannya di mata kelompok radikalis. Salah satunya, pemerintah disebut orang zalim karena kurang maksimal dalam memanage negara. Pertanyaannya, benarkah pemerintah zalim seperti yang dituduhkan kelompok radikalis? Ataukah justru kelompok radikalis sendiri yang terjebak dalam kezaliman?

Tudingan kelompok radikalis terhadap pemerintah dengan orang yang zalim adalah sesuatu yang perlu diuji kebenarannya. Tanpa bermaksud menjilat pemerintah, saya akan bersikap objektif dalam kasus tudingan ini. Karena, pemerintah dan kelompok radikalis masih sesaudara. Bukankah semua manusia sama-sama bersaudara?

Pemerintah di benak saya tak ubahnya orangtua yang diberi amanah untuk mengayomi anaknya yang berupa rakyat. Sebagai orangtua pemerintah harus menjadi teladan dalam segala hal. Seperti, Nabi Muhammad disebutkan dalam surah al-Ahzab ayat 21sebagai pemimpin yang uswatun hasanah atau suri teladan yang baik bagi umatnya. Sederhananya, sesuatu yang patut dijaga dengan baik oleh pemerintah adalah sifat jujur, amanah, terpercaya, dan cerdas.

Perintah menjadi teladan bagi pemerintah bukan lantas dipahami bahwa pemerintah tidak boleh salah. Pemerintah, meski orangtua, adalah manusia biasa yang bisa jadi lupa dan keliru. Sehingga, segala kekeliruan jika suatu waktu terjadi hendaknya dimaklumi. Lihatlah Nabi Ibrahim yang tetap menghormati orangtuanya, kendati mereka menolak dakwahnya. Bahkan, Nabi Ibrahim mendoakannya. Sungguh sangat mulia pribadi Nabi Ibrahim. Kelompok radikalis bisa meneladani sikap Nabi yang agung ini.

Sebagai orangtua pemerintah tidak mungkin melakukan perbuatan yang zalim. Jika ditemukan narasi yang menyebutkan pemerintah zalim, itu hanyalah tuduhan sepihak yang tidak dibenarkan. Karena dalam pribahasa yang cukup populer disebutkan: “Cinta anak sepanjang galah, cinta orangtua sepanjang masa.” Maksudnya, tidak mungkin orangtua (pemerintah) melakukan perbuatan yang aniaya terhadap anaknya (rakyat).

Pentingnya menghormati pemerintah disebutkan dalam surah an-Nisa’ ayat 59: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan ulil amri di antara kamu.” Pada ayat ini Tuhan memerintahkan kepada semua manusia untuk mentaati pemerintah, baik pemerintah yang muslim maupun yang non-muslim, baik yang cerdas maupun yang kurang cerdas. Menghormati pemerintah dibatasi persis seperti berbakti kepada orangtua: selama pemerintah tidak menyuruh kepada sesuatu yang negatif (bila enggan berkata “yang berdosa”).

BACA JUGA  Dua Hal Penting Biar Kita Layak Jadi Warga Indonesia

Perintah Tuhan ini sangat baik untuk dijadikan dasar menghormati dan mentaati pemerintah. Perintah ini hanya didengar dan diindahkan oleh orang yang beriman (orang yang di dalam hatinya bersemayam sifat-sifat Tuhan, termasuk sifat kasih sayang). Kelompok radikalis yang tertutup hatinya lebih memilih membangkang perintah ini. Sungguh sangat keterlaluan kelompok radikalis ini!

Tanpa bermaksud kafir-mengkafirkan, saya pikir bahwa orang yang tertutup hatinya menerima kebenaran yang disampaikan Tuhan biasanya dalam Al-Qur’an disebut dengan orang kafir (al-kafirun). Bisa jadi (tanpa bermaksud menuduh) kelompok radikal yang terjebak dalam kekafiran. Karena, kelompok ini sungguh tertutup mata hatinya melihat kebenaran. Di dalam hatinya tidak ada Nur Tuhan yang menerangi menggapai hidayah.

Orang yang terbuka mata hatinya akan selalu terpancar dalam semua panca-inderanya segala sifat yang baik. Sebut saja, sifat kasih sayang dan cinta. Orang ini akan selalu mencintai orang lain, apalagi pemerintah yang jelas-jelas orangtua ideologisnya sendiri. Dalam pandangan Prof. Quraish Shihab, orang ini senang melihat kebenaran dalam kesalahan dan tidak mencari kesalahan dalam kebenaran.

Sebagai penutup, tidak dibenarkan mencaci pemerintah. Karena, pemerintah bagaimana pun adalah orangtua kita. Mencaci pemerintah secara tidak langsung menunjukkan kita sebagai anak yang durhaka yang tidak tahu berterima kasih atas jasa orangtua. Kelompok radikalis yang gemar mencaci pemerintah termasuk salah satu contoh anak yang durhaka. Karena itu, hindari orang yang durhaka ini.[] Shallallah ala Muhammad

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru