28.2 C
Jakarta

Pembatalan Haji dan Permainan Narasi Jahat Ormas Radikal

Artikel Trending

Milenial IslamPembatalan Haji dan Permainan Narasi Jahat Ormas Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Pembatalan haji masih menjadi perdebatan yang berkobar. Pasalnya pembatalan tersebut akibat dari virus korona yang makin menggila di Indonesia dan dunia. Maka, Arab Saudi tidak memperbolehkan beberapa negara untuk masuk ke dalam negaranya meski dalam bentuk hajat berhaji sekalipun.

Apa yang salah jika tahun ini pemberangkatan haji dibatalkan atau ditunda? Tidak ada. Yang salah jika pemerintah tetap bersikukuh memberangkatkan masyarakat haji di mana keadaan Indonesia atau keadaan dunia tidak stabil karena sebaran korona yang terus menghajar.

Pembatalan haji demi kemaslahatan umat yang lebih luas pasti diterima. Meski banyak kekecewaan di dalam dada umat/masyarakat karena telah menunggu lama ingin menginjak tanah suci Mekkah dan Madinah tak terbayar tuntas. Tapi apa boleh buat, kenyataan harus terima.

Banyak jamaah yang menerima keputusan Menteri Agama menunda pemberangkatan haji kali ini. Tetapi banyak juga yang tidak berterima sebab alasan telah lama meraka menyiapkan semuanya tapi tercampak sia-sia begitu saja dan tak terealisasikan.

Pembatalan Haji dan Permainan Narasi

Dalam kasus pembatalan haji ini, yang mengerikan bukanlah persoalan menerima dan tidaknya. Melainkan ada kelompok/perorangan yang sengaja memainkan narasi tidak benar untuk keperluan pragmatisnya semata.

Ragawi mereka tergerak untuk berkomentar dengan sengaja memainkan sentimen masyarakat luas. Kata kunci dan permainan stigma sampai saat ini masih mereka propagandakan. Sebut saja kata kunci “kezaliman” perintah kepada Rizieq Shihab, “RCC,” “putus diplomasi,” dan “pengalihan dana haji”.

Jika demikian, apa yang sebenarnya menancap dalam hati mereka? Melihat dari bahasa yang terpakai, tampak bahwa mereka memiliki tujuan berbahaya yang fatal. Tujuan berbahaya fatal tersebut yakni mereka ingin menghancurkan integritas pemerintah dan melakukan “manajemen polarisasi”. Fungsi manajemen polarisasi adalah untuk mengelabuhi umat supaya membenci semua kebijakan pemerintah dan berhitung di baliknya.

Apa di baliknya? Jelas, mereka menghitung gerak jam, bulan, dan tahun politik. Mengapa bisa terkata demikian, karena narasi yang terkumpul dan tersebar luas, tercipta dari rongga mereka yang punya tujuan dan nafsu ke arah sana. Di sini, Haikal Hassan hanyalah segelintir atau potongan mereka yang memainkan narasi itu.

BACA JUGA  Jalan Licik HTI Harus Segera Dilenyapkan di Bumi Indonesia

Dalam dunia politik mungkin sudah jamaknya. Tapi dalam dunia masyarakat, yang benar-benar menginginkan kemurnian sebuah berita atau narasi untuk jadikan pandu dalam hidupnya, narasi-narasi politis di atas sungguh mengerikan.

Keterbelahan Berita Politisi Menjadi Keterbelahan Jiwa Umat

Sampai saat ini, masyarakat terbelah karena sebuah berita politisi yang terkocokkan pada perut mereka. Masyarakat basah di dalam keterbelahan jiwanya. Satu sisi mereka menerima apa yang menjadi pilihan kebijakan pemerintah, dalam hal ini pembatalan haji. Di sisi lain, mereka menuding pemerintah karena telah memutuskan kebijakan yang tidak benar. Karena tidak bertanggung jawab atas amanah yang telah berada di pundaknya.

Dalam pembatalan haji, sejujurnya, rasa kasihan tetap ada jika melihat kondisi masyarakat khususnya orang pedesaan yang menunggu lama dan tiba jalan hajinya sebelum nyawanya lepas dari kandung badannya. Tapi keselamat tetap menjadi kunci utamanya bagi kita yang masih menginginkan hidup lebih lama.

Haji bukan satu-satu untuk menapak dan mendaki keislaman, keimanan, keikhsanan. Puncak ketiga itu berada pada hati seseorang yang bisa menerima takdir setelah berusaha. Usai membayar tuntas dalam pelunasan berhaji, tinggal berserah secara ikhlas bagaimana usaha dan takdir kita dibalas dengan sebaiknya oleh Pemegang Takdir.

Yang lebih penting hari ini adalah mengambil pelajaran di balik penundaan berhaji. Ada banyak dimensi yang mesti kita ambil hari ini. Kita bisa berbuat baik kepada lian. Dan tidak mengeruhkan suasana dengan fitnah dan cela. Menjaga keselamatan adalah pilihan utama untuk menunggu tibanya zaman aman dari korona dan melakukan amal yang terbaik pada diri kita, saudara, tetangga, bangsa di dalam garis titah Tuhan. Karena sebaik-baiknya amal pekerjaan adalah yang bermanfaat kepada lian dan yang diperuntukkan kepada Tuhan.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru