27.4 C
Jakarta

Pelajaran dari Kisah Warga Indonesia Eks-Suriah

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahUlasan Timur TengahPelajaran dari Kisah Warga Indonesia Eks-Suriah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kemarin saya ikut bergabung menjadi peserta Webinar yang diadakan oleh Bulungan untuk NKRI dan dimoderatori oleh Teh Eliza M Permatasari . Saya tertarik ikut acara ini karena ingin mendengarkan kisah-kisah Dwi Djoko Wiwoho, salah satu nara sumber yang sempat terhipnotis oleh propaganda ISIS dan akhirnya berangkat dan tinggal di Suriah (di area yang dikontrol oleh ISIS). Kini ia sudah berada di Indonesia lagi.

Kebetulan saya sedang merampungkan sebuah buku (dalam Bahasa Inggris dan akan diterbitkan oleh Palgrave Macmillan) tentang isu-isu terorisme dan kontraterorisme di Arab Saudi dan Indonesia. Oleh karena itu, saya berpikir informasi dari Pak Dwi bisa bermanfaat. Selain Pak Dwi Djoko, juga ada Pak Hamli yang pernah di Densus 88 dan BNPT yang juga saya kenal dan sering komunikasi.

Ada banyak kisah-kisah menarik nan suram yang Pak Dwi paparkan selama di Suriah. Ia mengaku “hijrah” ke Suriah bukan untuk berperang tetapi untuk mencari suaka baru yang diimajinasikan sangat Islami, aman, damai, makmur, sentosa dlsb seperti yang dipropagandakan ISIS. Ia tak kuasa menahan gairah untuk tinggal di “negeri idaman” yang diimpikan, apalagi sang anak juga sudah ngotot ingin hijrah setelah terpesona dengan aneka tulisan di media massa dan pengajian online yang bernuansa relijiyes.

Singkat cerita ia bulatkan tekad berangkat ke Suriah (lewat Turki) bersama keluarga setelah menjual rumah (dan mungkin harta benda lainnya). Tetapi setelah berhasil mencapai Suriah, bayangan dan harapan hidup indah bak di Surga pun sirna seketika.

Ia menjadi saksi berbagai kejahatan dan kekejaman yang dilakukan oleh kelompok ISIS dan jihadis lainnya. Ia menjadi saksi praktik-praktik tidak manusiawi dan tidak Islami: pengemplangan, penggarongan, pembunuhan, penculikan, penembakan dlsb yang dilakukan ISIS dan faksi-faksi Islam lainnya. Ia menjadi saksi berbagai tindakan kesadisan antar-kelompok Muslim yang berbeda politik dan kepentingan.

Janji Palsu ISIS bagi Warga Suriah

Singkat cerita, bukan surga yang ia peroleh tetapi neraka yang ia dapatkan. Bukan kehidupan “idealis Islami” yang penuh kedamaian dan kemakmuran yang ia dapatkan tetapi pemandangan suram penuh kekerasan dan kebiadaban yang ia saksikan.

Pak Dwi Djoko kini sudah di Indonesia dan ikut membantu menyadarkan publik dan kelompok-kelompok militan yang masih suka berkhayal tentang propaganda khilafah, daulah dan semacamnya yang dikampanyekan kelompok konservatif, radikal dan teroris seperti ISIS dan sejenisnya.

Saya sendiri sering mendengarkan kisah-kisah serupa dari murid-muridku warga Saudi yang sodaranya berangkat ke Suriah tetapi kemudian tobat dan kapok karena kendobosan ISIS dan kelompok radikal jihadis lain.

Kisah-kisah ini sebagai bukti untuk kesekian kalinya bahwa umat Islam itu gampang sekali termakan propaganda. Jangankan Muslim, non-Muslim yang menyebarkan propaganda pun dengan mudah disantap oleh mereka. Sebagian umat Islam itu kayak ikan lele atau ikan gabus yang mudah makan apa saja, tembelek dan telek pitik sekalipun.

Saya sudah beberapa kali menulis tentang gampangnya (sebagian) umat Islam termakan provokasi dan propaganda. Dulu umat Islam di Uni Soviet dimobilisasi oleh Stalin untuk melawan “rezim kapitalis”; umat Islam juga pernah dimobilisasi oleh Mussolini untuk melawan “kaum imperialis”; umat Islam juga pernah dimobilisir oleh Hitler untuk melawan Yahudi; umat Islam juga dimobilisir oleh pemerintah Mamrikah untuk melawan dan mengusir tentara Soviet dari Afganistan.

Di Indonesia, umat Islam pernah dimobilisir oleh “Jepun” untuk melawan Belanda; umat Islam dimobilir oleh Mbah Harto untuk melawan Komunis. Jadi kalau di Soviet umat Islam dimobilisir Stalin untuk melawan kapitalis, di Indonesia dimobilisir oleh kapitalis untuk melawan komunis. Umat Islam juga dimobilsir oleh rombongan ketek ogleng untuk melawan Ahok dan Jokowi.

Padahal, semua itu adalah dan hanyalah propaganda belaka. Tidak lebih, tidak kurang. Kenapa umat Islam gampang termakan propaganda? Kenapa umat Islam mudah terprovokasi? Kenapa umat Islam mudah didoboli? Kenapa umat Islam mudah tersepona dan terhipnotis? Kenapa umat Islam gampang dikadali? Silakan tanya jawabannya pada klepon yang bergoyang-goyang.

Sumanto Al Qurtuby, Antropolog King Fahd University

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru