32.9 C
Jakarta

Panggilan Jihad, Syahid, dan Marah dalam Psikologi Islam

Artikel Trending

KhazanahOpiniPanggilan Jihad, Syahid, dan Marah dalam Psikologi Islam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kata Jihad mengandung arti bersungguh-sungguh dan  berhubungan dengan  kata  ijtihad dan mujahadah. Berjihad bisa dilakukan dengan diri (anfusikum) dan harta (amwalikum), secara intelektual (ijtihad) dan secara spiritual (mujahadatun nafsi) Satu-satunya ayat Al-Qur’an yang  memerintahkan berjihad  dalam arti perang fisik justeru menggunakan  kata  qital (QS Al-Haj/22: 39), dan bukan jihad. Psikologi mujahid yang dalam posisi terdesak  selalu terobsesi  untuk  berjihad dalam arti qital dan melupakan panggilan jihad dalam pengertian    yang lebih luas (jihad   fi sabiilillah). Daya tarik psikologis jihad dalam arti qital antara  lain mati sebagai syahid. Konsep Syahid, Syahid-syahadah adalah konsep kematian sebagai bukti atas komitmen kepada Tuhan.  Nabi berkata: Hidup lah sebagai orang terhormat atau matilah  sebagai syahid‖  [Isy  kariiman  au mut  syahiidan]. Mati syahid menarik hati para mujahid karena Al-Qur’an menjanjikan kehidupan yang lebih baik, dan rizki yang lebih baik, bahkan hakikatnya tidak  mati  (QS.  Al-Imran. 3: 169). Bagi  mujahid yang kehidupan ekonominya  susah, mati syahid merupakan tawaran yang menarik secara psikologis.

BACA JUGA  Kebebasan Manusia dan Peradaban Anti-Radikal

Jihad dan Marah.  Dalam  perpektif psikosufistik, marah merupakan akses syetan ke dalam   hati manusia. Marah membuat orang berpikir tidak teliti, berbuat dan berkata tidak pada tempatnya (tidak adil). Oleh karena itu nabi selalu berpesan, Laa taghdhab, jangan marah. Marah akan nmengubah makna jihad menjadi sesat  dan kemudian menjadi kehinaan. Ali  bin Abi Thalib dalam suatu pertempuran, ketika tinggal memenggal leher musuhnya, secara tiba-tiba menyuruh pergi musuhnya, karena musuhnya itu meludahi  wajah Ali, dan Ali terpancing emosinya  hingga  marah. Ali sadar betul bahwa, bahwa jika ia membunuh lawan dalam keadaan dikuasi kemarahan, maka ia bukanlah berjihad di jalan Allah tetapi seorang pembunuh yang menuruti hawa nafsu. Maka Ali berpindah berjihad melawan dirinya untuk tidak membunuh, dan untuk menghindari perbuatan bodoh maka Ali menyuruh musuhnya menjauh darinya. Ini lah tantangan bagi para mujahid, bahwa jihadun nafs itu lebih berat, yang oleh   karena itu disebut perjuangan besar atau jihad akbar sementara qital (perang fisik)merupakan jihad asghar atau peperangan kecil.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru