30.1 C
Jakarta

#PalestinaMenang hingga Klaim Kemenangan: Genjatan Senjata, dan Bahayanya Euforia

Artikel Trending

Milenial Islam#PalestinaMenang hingga Klaim Kemenangan: Genjatan Senjata, dan Bahayanya Euforia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Tagar #PalestinaMenang bergaung kencang di Twitter (detikNET 21/5/21). Pantauan detikINET, Jumat (21/5/2021) #PalestinaMenang berada di trending topik Twitter di Indonesia. Ada 4.057 tweet terkait dengan hal ini dan jumlahnya terus bertambah. Mereka menyambut Palestina menang.

Tagar atau tweet itu hadir karena ada berita gencatan senjata antara Israel dan Palestina. Semua tweet di Twitter itu, berharap bahwa dari gejatan senjata tersebut pemenangnya adalah Palestina.

Tagar Kemenangan dan Bahayanya Euforia

Arti gencatan senjata ini bagi sebagian netizen Indonesia teranggap bahwa Israel menyerah kepada Palestina dan Gaza menang. Banyak yang membagikan foto dan video suasana subuh hari di Masjidil Aqsa begitu gencatan senjata ini diumumkan (detikNET 21/5/21).

Gencatan senjata adalah sebuah penghentian tembak-menembak (terkait perang) untuk sementara waktu. Di mana, kedua belah pihak sepakat menghentikan tindakan-tindakan agresif masing-masing.

Banyak pihak yang bersyukur atas kejadian ini. Ada juga yang mengingatkan agar ada khutbah Jumat soal Palestina, karena memang hari ini Salat Jumat. Ada pula yang menanyakan perkembangan kasus siswa penghina Palestina atau produk Israel yang masuk ke Indonesia.

Tapi ini semua terjadi dan oleh netizen Indonesia. Kita tak benar-benar tahu apa yang terjadi dan bagaimana di sana. Dan apa kemauan dan kehendap para petinggi Israel dan Palestina. Meski Hamas mengatakan, gencatan senjata akan berlaku mulai Jumat (21/5) pukul 02.00 waktu setempat.

Tetapi Israel sampai kini tidak mengumumkan kapan kesepakatan itu dimulai. Sampai hari ini pada Jumat (21/5), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hanya mengkonfirmasi gencatan senjata dengan Hamas yang menguasai Gaza. Netanyahu menerima usulan gencatan senjata yang ditawarkan Mesir.

“Dengan suara bulat menerima rekomendasi untuk menerima inisiatif Mesir untuk gencatan senjata … tanpa syarat,” ujar Netanyahu seperti lansiran dari AFP (detikNET 21/5/21). Sekali lagi, dia hanya menerima rekomendasi, bukan pemberhentain genjatan sejata itu sendiri. Tapi di lain pihak, bahwa Israel telah melakukan senjata sejak Jumat (21/05) pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Aneh, tapi nyatanya memang demikian.

Klaim Kemenangan dan Bagaimana Kita Menghadapinya

Apalagi, keanehan itu kembali terjadi dengan adanya saling klaim kemenangan. Palestina dan pendukungnya merayakan kemenangan, tetapi Israel dan Hamas saling klaim kemenangan.

BACA JUGA  Overdosis Ajaran Radikal Manipulatif di Media Sosial

Di Gaza, penduduknya merayakan gencatan senjata ini dengan tumpah ruah turun ke jalan sambil membunyikan klakson mobil dan mengibarkan bendera Palestina pada Jumat dini hari. Situasi serupa juga terjadi pada wilayah Palestina lainnya di Tepi Barat, seperti yang diungkapkan AFP.

Sedangkan di Israel, untuk kali pertama dalam beberapa hari terakhir tidak dibunyikan lagi sirene peringatan tembakan roket dari Hamas, pertanda gencatan senjata mulai berlaku (BBC news 21/5/21).

Sementara itu, baik Hamas maupun Israel saling mengklaim kemenangan dan keberhasilan atas pertempuran yang telah terjadi. Kedua belah pihak saling heboh dan adu kuat untuk mengatakan siapa yang paling tangguh dan tidak. “Ini adalah eforia kemenangan,” kata Khalil al-Hayya, seorang pejabat senior Hamas, di depan kerumunan ribuan warga Palestina di Gaza yang merayakan gencata senjata (BBC news 21/5/21).

Apakah dengan klaim-klaim seperti akan kembali berkobarnya konflik? Bisa saja jika kedua belah pihak duduk rukun dan tidak mengembangkan egoisme semata. Tapi di atas semua itu, mereka tidak saling nantang berapa banyaknya rudal dan bagaimana serangan yang sesungguhnya telah siapkan.

Untuk menurukan tensi konflik dan adu “gertak” tentang banyaknya rudal antara Hamas dan Israel, sesungguhnya ada di tangan PBB dan semua negera sebelahnya. Mesir dan Qatar seharusnya bukan hanya dia yang duduk dala perundingan. Melainkan beberapa negera kuat yang juga terlibat aktif daripadanya.

Gencatan senjata terjadi setelah aksi kekerasan dan bombardier antara Israel dan Palestina. Dan sudah memakan ratusan korban nyawa. Tapi sekali di sini kita pertanyakan, mungkinkah dengan genjatan senjata Palestina menang. Seperti yang eforiakan oleh kalangan termasuk netizen Indonesia. Dan masing-masing masing-masing dua negara tersebut aman dan damai?

Untuk memberhentikan perang mungkin solusinya dengan genjatan senjata. Tetapi bagaimana untuk kemerdekaan-kedamaian di antara kedua belah negara Palestina dan Israel? Apa solusinya? One state solution? Two states solution? Atau, no solution?

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru