29.5 C
Jakarta

PALESTINA: Israel Pengkhianat Perdamaian dan Pentingnya Simpati Terhadap Palestina

Artikel Trending

Milenial IslamPALESTINA: Israel Pengkhianat Perdamaian dan Pentingnya Simpati Terhadap Palestina
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Belum genap satu bulan perjanjian gencatan senjata disepakati, Pasukan Pertahanan Israel kembali menyerang Jalur Gaza, Palestina, Rabu 16 Juni 2021 malam waktu setempat. Seperti tak peduli dengan kesepakatan itu, Israel menegaskan siap untuk kembali berperang melawan pejuang Hamas Palestina (Viva.co.id 16/6/2021).

Angkatan Udara Israel melancarkan serangan udara dan membombardir pemukiman Palestina. Dilansir AFP, pihak keamanan dan saksi mengatakan serangan itu sebagai pembalasan setelah militan Palestina mengirim balon pembakar ke bagian selatan Israel (Kumparan 16/6/2021).

Mengutip Kumparan, angkatan Pertahanan Israel mengatakan bahwa jet tempurnya menyerang kompleks militer milik organisasi teror Hamas. Selain itu juga menyasar fasilitas dan tempat pertemuan untuk operasi teror di Khan Younes. Setelah menyerang komplek pemukiman warga sipil Palestina, militer Israel menegaskan siap untuk menghadapi konfrontasi bersenjata dengan milisi Palestina.

Israel Berkhianat, Palestina Luluh Lantak

Dalam hal ini, meski banyak pihak seperti AS dan PBB yang mengingatkan untuk menahan diri, tetap saja Israel membombardir target-terget yang telah ditentukan di wilayah Palestina. Bahkan Israel begitu tega menyerang kompleks pemukiman warga sipil dalih itu adalah gudang senjata milik pejuang Hamas.

Sudah pasti banyak korban yang berguguran. Meski sampai saat ini data belum menunjukkan berapa kerusakan dan korban jiwa yang diakibatkan dari serangan keji Israel, tetap saja Israel telah kelewatan batas dan melakukan pengkhianatan atas apa yang telah disepakati: genjatan senjata.

Bahkan bila ditinjau dari serangan kali ini, Israel senyatanya telah melakukan tindakan yang sangat tidak bermartabat. Kenapa? Karena Israel melanggar tata aturan peperangan internasional, yakni menyerang warga sipil yang tidak punya dosa politik dan perang.

Atas kekejian dan kejahatan yang selalu datang dari tangan berdarah dan dada merah Israel, apa yang pantas diberikan kepadanya? Tidak cukup dengan peringatan dan sikap kutukan yang sejak lama disampaikan oleh PBB dan AS dan negara lain. Kutukan dan peringatan yang tersampaikan di meja internasional tampak hanyalah pemanis semata.

Jika kita melihat keganasan Israel dan melihat keluluhlantakan Palestina, harga diri dan nurani negara lain layak dipasang. Memang tak menimpa pada keluarga/negara kita, tapi senyatanya peristiwa berdarah itu telah menampar semua politisi dan negara yang mengaku berwibawa, beradab, dan demokrasi.

BACA JUGA  Ustaz Felix: Simbol Murtad Massal Aktivis Khilafah Menjelang Pemilu 2024

Jalan Terjal Keadaban dan Khianat Pengasong Khilafah

Apalah gunanya keadaban bila peperangan terjadi di sampingnya. Apalah gunanya kewibawaan bila masyarakat Palestina terlunta lunta menunggu tangan tangan negara/orang tetapi mereka tidak menunjukkan taringnya dan membentur meja dan sesobek kertas hitam politisnya. Apalah gunanya demokrasi jika penjajahan di atas negara yang sah dan berdaulat nista di depan bundar matanya. Semuanya raib bagiakan bangkai yang ditimang babi jalanan.

Jalan dimplomasi menemui kebuntuan. Si Fatah mau asal semuanya aman. Tapi di pihak Hamas, tak mau sebab banyak hal yang dia ragukan. Begitulah politik, pompaan di baliknya mulut bisa menjadi politisi berkata “iya” dan “tidak”.

Tapi akibatnya, banyak warga Palestina sudah tak menemui kedamaiannya malah nenemui ajalnya. Anak kecil tak mendapatkan masa kecilnya. Sekadar bermain bersama balon lucunya tidak bisa. Sekadar tersenyum manis memandangi tumbuhan, cicak yang memanjat di dinding, kucing yang memakan sisa nasi, dan segala apa yang menjadi teman karibnya mereka tak dapat dan hilang. Perempuan bunting takut melahirkan sebab takut bom meledak di atas atap perutnya.

Apa yang menjadi warna pada kehidupan mereka? Tidak ada selain kekejaman di atas kekejaman. Darah dan cerita kematian menjadi kabar yang tak pernah selesai. Kebiadaban dan kecemasan menjadi gejolak yang selalu tiba tiba datang menerjang dada orang Palestina. Seribu umat terluka, dadanya tak kuat menyimpan lara.

Maka, di atas keluarga dan negara Palestina, yang kini kembali diserang oleh Israel, kiranya kita tak menambah beban mereka dengan kepuraan menyuarakan bela Palestina padahal hanya mengasongkan khilafah.

Granat kejut dan peluru berujung busa bisa saja keluar dari polisi untuk membungkam warga Palestina. Tapi aksi palsu untuk sekadar menjual khilafah adalah kekejaman yang sengit yang seharusnya tak timbul di negara Indonesia. Bila itu tercipta, kekejaman dan khianat di hatinya sungguhlah nyata.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru