27.2 C
Jakarta

Nussa-Rara, Taliban dan Nilai Pendidikan Karakter Bagi Anak-Anak

Artikel Trending

KhazanahTelaahNussa-Rara, Taliban dan Nilai Pendidikan Karakter Bagi Anak-Anak
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

“Menyedihkan”, kiranya kata tersebut yang bisa mewakili kekecewaan atas komentar Eko Kunthadi atas penampilan Nussa-Rara dalam serial kartun Islami tersebut.

“Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan. Pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afganistan. Tapi film Nusa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira, Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban. Promosi yg merusak!” Tweet Eko Kunthadi pada 19 Januari, pukul 12.34

Tweet tersebut menuai banyak respon, hingga berbagai tulisan di media massa juga semakin massif. Bahkan, trending Nussa pada laman twitter juga menggema dan kritik yang sangat pedas dari netizen.

Siapa yang tidak kenal Eko Kunthadi? Cuitannya di twitter selalu kontroversial, bahkan sebelum cuitan tentang Nussa-Rara, ia selalu menulis hal-hal yang membuat gaduh, seperti masalahnya dengan Roy Suryo, komentar uang Palestina kepada Adi Hidayat, bahkan ia juga disebut sebagai buzzer pemerintah.

Wajah Islam di media massa

Kalau kita menilik lebih jauh serial Islami di media massa, film-film yang menjadi serial Islami selalu tampil di publik dengan pakaian yang disebut Islami oleh banyak orang. Wajah islam tampil dengan simbol-simbol keislaman yang sesuai dengan perkembangan budaya Indonesia.

Wujud Berislam masyarakat Indonesia ditandai dengan berbagai simbol yang melekat, seperti menggunakan jilbab atau tidak, berkopyah atau tidak, berjenggot atau tidak. Belum selesai dengan itu, permasalahan jilbab penuh dengan perdebatan panjang, seperti jilbab syar’i, jilbab biasa bahkan jilbab yang tidak syar’i. Fenomena ini bermuara pada tingkat kesalehan, keshalihah-an seseorang diukur dari penampilan yang diusung oleh seseorang.

Barangkali kita bisa melihat sisi tersebut dari apa yang dikritik oleh Eko Kunthadi, apalagi kehadiran Felix Shiauw di belakang film tersebut menimbulkan berbagai kontroversi, disamping dengan banyaknya kepentingan politik yang digencarkan untuk oleh beberapa kelompok untuk memanfaatkan momentum demikian. Pakaian Nussa-Rara yang identik dengan dengan celana cingkrang milik kelompok khilafah menjadi catatan tebal bagi para kelompok yang bertujuan untuk menyerang, dan sejenisnya. Meskipun demikian, film yang tayang 2018 silam itu, nyatanya membawa dampak positif terhadap dunia kartun anak-anak.

BACA JUGA  Memburuknya Demokrasi dalam Pemilu: Potensi Khilafahisasi Semakin Besar

Tuduhan atas Taliban kepada penampilan kartun tersebut, rasanya sangat menyedihkan. Masukan kepada Eko Kunthadi, tentu agar perlu direm ketika berkomentar terhadap sesuatu. Rasanya memang kita harus adil pada kehadiran film Nussa-Rara yang menjadi salah satu serial anak yang cukup bermanfaat, jika dibandingkan film-film yang tidak cocok untuk dikonsumsi anak dengan rentang usia 1-8 tahun.

Menuduh Taliban kepada film Nussa-Rara tidak lebih dari narasi elite politik yang sudah melebur berbagai kepentingannya untuk menyuarakan berbagai ragam komentar dan kepanasan netizen. Barangkali kita tidak perlu menghakimi dan mengklaim demikian. sebab menikmati film tersebut, rasanya amat lucu dan menggemaskan.

Pendidikan karakter pada anak

Tidak bisa dipungkiri bahwa, serial Nussa-Rara memberikan dampak positif terhadap tontonan anak-anak pada golden age yang dialami oleh anak-anak. Sempat dikritik karena kontennya yang menampilkan Islam kaku, dan konteks keberagaman yang dimiliki Indonesia, serial ini juga turut memberikan warna baru bagi dunia perfilm-an anak-anak.

Airani:2019, menjelaskan bahwa film Nussa-Rara memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan anak. Pakaiannya yang sopan, dengan mayoritas anak-anak muslim di Indonesia sangat cocok ditampilkan, ditambah dengan tingkahnya menggemaskan sangat childrenable untuk ditonton.

Tidak hanya itu, Murni Hidayah: 2021 melalui tesisnya, menjelaskan bahwa serial Nussa-Rara memberikan makna hidup yang begitu mendalam dan bisa ditonton oleh anak-ank. Berbagai nilai yang bisa diambil adalah bersyukur, ikhlas, saling tolon menolong, kasih sayang, tauhid yang direpresentasikan dalam episode “Teman baru Rara” serta berbagai nilai positif lainnya yang bisa diambil oleh anak-anak.

Dalam masa pertumbuhannya, anak-anak akan mempelajari seluruh hal yang ada di sekitarnya, mulai dari kebiasaan di rumah, sikap dan perilaku yang diajarkan oleh orang tua sebagai sekolah pertama, hingga kebiasaan menonton yang tidak luput dari memori sang anak.

Tontonan film Nussa-Rara tentu memberikan dampak positif terhadap tumbuh kembangnya, serta bisa menjadikan anak sebagai orang yang mengenal Islam. Meski demikian, orang tua harus memberikan waktunya secara penuh untuk mendampingi segala bentuk kegiatan sang anak dalam masa pertumbuhannya. Wallahu a’lam

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru