24.9 C
Jakarta

NII dan Halusinasi yang Digemakan di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahTelaahNII dan Halusinasi yang Digemakan di Indonesia
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Nama NII (Negara Islam Indonesia) kembali menggema setelah viral video tiga laki-laki yang mengibarkan bendera NII di wilayah Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.  Video yang beredar tersebut tidak hanya menampilkan bendera NII, lebih dari itu justru ada kalimat ajakan yang termaktub sebagai berikut:

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya sampaikan kepada seluruh dunia nasional dengan atas nama PBB untuk segera memasuki Negara Islam Indonesia. Silakan welcome welcome welcome kepada yang terhormat PBB, gedung putih Amerika Serikat. Welcome welcome welcome , silakan masuk memasuki Negara Islam Indonesia, Madinah Indonesia madani. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. Kepada seluruh dunia Internasional welcome welcome welcome, silakan memasuki Negara Islam Indonesia. Imam SM Kartosoewirjo, khalifah dunia, bapak Drs Sensen Komara BM Esa, dan saya Panglima Jenderal DI/TII NII, tiga Jenderal DI/TII NII, welcome welcome welcome, silakan memasuki Negara Islam Indonesia”.(merdeka.com)

Jika ditelaah lebih jauh, akun yang mengunggah video tersebut tidak hanya satu atau dua kali menyebarkan video ajakan NII serupa. Bahkan, akun yang mulai aktif sejak 2019 silam, menyebakarn video eksistensi NII sudah lama. Massifnya pergerakan yang dilakukan oleh akun tersebut menjadi bukti bahwa strategi yang dilakukan cukup konsisten, dan membuat orang lain semakin penasaran dengan isi yang disampaikan melalui videonya.

Agama sumber narasi terbesar di dunia

(Neilpostman:2021, 230) melalui tulisannya menjelaskan bahwa narasi-narasi besar yang berkembang di dunia adalah agama. Lebih lanjut, ia menjelaskan agama merupakan alat yang digunakan oleh manusia dan menyebabkan segala kerusakan yang terjadi. Dalam konteks ini, apa yang dilakukan oleh para penggema, campaigner dan sejenisnya.

Apa yang disampaikan sebenarnya bukanlah hal baru. Sebab musuh kita bersama saat ini, adalah kelompok-kelompok radikal yang mengadu domba antara pemerintah dengan agama, khususnya agama Islam. Apalagi ketika kinerja dan komunikasi publik yang ditampilkan oleh pemerintah tidak berpihak kepada rakyat, bahkan cenderung abai terhadap suara dan jeritan rakyat, para campaigner ini mengambil ruang untuk mengisi kekosongan tersebut. Alhasil, citra dan eksistensi mereka semakin naik seiring berjalannya, ditambah dengan strategi ciamik yang terus digencarkan.

BACA JUGA  Muslimah di Bawah Naungan Khilafah: Diperkosa Ideologi Berkedok Islam

Ini yang dimaksud oleh Neilpostman bahwa narasi agama yang menjadi perusak. Sebenarnya, bukanlah agama yang menjadi perusak, melainkan individu yang menjadikan agama sebagai senjata untuk kepentingan diri dan kelompoknya yang sedang dijunjung tinggi.

Trend dakwah yang fleksibel banyak disukai

Mahbub Maafi selaku Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) menyampaikan bahwa maraknya perekrutan NII tidak lain salah satunya berasal dari trend dakwah yang kian berubah(Republika.co.id).

Para alim ulama yang menguasai kitab, masih menggunakan cara lama, yakni dengan tradisional. Metode semacam ini belum dijangkau oleh seluruh kalangan anak muda, khususnya para anak muda urban, yang tidak mengenyam pendidikan pesantren. Akhirnya, kelompok ini mengenyam pendidikan agama melalui kajian-kajian yang tersebar di internet, dan mengkaji agama dengan keterbatasan kemampuan dalam mencari referensi guru ngaji yang disarankan oleh youtube, akibat banyak penonton.

Bisa jadi, rekomendasi yang disarankan oleh youtube merupakan para ustaz-ustaz yang menggelorakan khilafah, menolak pancasila dan sederet pemerintah yang dianggap tidak sejalan dengan Islam. Ditambah lagi, berdasarkan video pria diatas, menganggap bahwa pemerintah toghut.

Maraknya pembahasan NII sebenarnya adalah warning, bahwa perjuangan dalam melawan kaum –kaum radikal, kini ditambah dengan kehadiran NII. Ini semata-mata agar kita tidak bersikap abai terhadap virus radikalisme. Dimana sebagian orang menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah biasa-biasa saja yang sangat tidak penting untuk dibahas.

Padahal, gerakan-gerakan kelompok radikal semakin nyata dan tidak terbendung. Meskipun demikian, obesitas semangat yang dimiliki oleh para campaigner negara Islam adalah bentuk halusinasi nyata tentang mimpinya kepada Indonesia.

Dengan kenyataan yang semakin rumit, disertai gerakan taktis dari berbagai penjuru dan semangat revoluisoner negara Islam. Kita tidak boleh lengah, apalagi merasa aman-aman saja dengan kondisi ini. Banyak yang bisa kita lakukan, termasuk hal sederhana dalam memberikan informasi bahwa kehadiran NII, dan kelompok sejenisnya adalah musuh kita bersama. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru