31.2 C
Jakarta

Tanpa Spiritualitas Menegakkan Khilafah Ibarat Menegakkan Benang Basah

Artikel Trending

KhazanahTelaahTanpa Spiritualitas Menegakkan Khilafah Ibarat Menegakkan Benang Basah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tanpa Spiritualitas Menegakkan Khilafah Ibarat Menegakkan Benang Basah

 Ayik Heriansyah*

Kita menyaksikan anomali antara perilaku pejuang syariah dan khilafah dengan ajaran Islam itu sendiri. Mereka mengucapkan sebaik-baiknya perkataan tetapi berperilaku seburuk-buruknya perilaku. Mereka mengajak menerapkan syariah tetapi memfitnah, menyebarkan hoaks, nge-bully, membunuh karakter, playing victim, menafsir ayat sesukanya, mensyarah hadits seenaknya, memalsukan makna kitab-kitab ulama dan menyerang orang-orang yang tidak sepaham.

Pada tingkat yang ekstrim, mereka yang ingin menegakkan Khilafah selalu melakukan teror, baik secara verbal, psikis maupun dengan kekerasan fisik. Alih-alih memberi solusi bagi problematika umat, mereka membawa masalah baru. Menjadi firnah bagi kaum muslimin. Menjatuhkan makna syariah dan khilafah dari tempatnya yang agung. Citra agama Islam menjadi buruk di mata umat agama lain.

Ada masalah di dalam diri mereka. Masalah yang terdeteksi oleh orang-orang yang mata hatinya sehat, terbuka dan penuh cahaya. Syaikh Said Hawwa tokoh Ikhwanul Muslimin Suriah yang kemudian bertaubat menjadi seorang sufi, telah mengkritik pola pembinaan kader gerakan Islam yang kering dari aspek ruhani, jauh sebelum Syaikh Mahmud Abdul Latif Uwaidhah (Abu Iyas) mengkritik Hizbut Tahrir. Bahwa, terjadi krisis spiritual di kalangan kelompok radikal.

Pembinaan kader disesuaikan dengan karakteristik dan tujuan kelompok. Konsep “insan kamil” merujuk kepada hal tersebut. Misalnya di Hizbut Tahrir. Secara teoritis, seseorang dibina agar memiliki kepribadian Islam (syakhsiyyah islamiyah) yang berwujud seorang yang mufakkirun-siyasiyun, siyasiyun-mufakkirun (pemikir yang politisi, politisi yang pemikir). Dari 12 judul kitab pembinaan Hizbut Tahrir, 1 judul yang berhubungan langsung dengan aspek nafsiyah (kejiwaan). Kitab Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyah. Selebihnya kitab-kitab pemikiran dan politik.

Di tangan kelompok radikal, agama Islam menjadi serba formal dan harus formal. Islamisasi menjadi formalisasi. Di luar itu, tidak ada Islam. Akibatnya agama islam ala kelompok radikal, hanya sekedar formalitas. Termasuk dalam pembinaan kader di kalangan mereka. Kitab Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyah berisi hadits-hadits tentang adab, akhlak dan fadilah amal. Mirip kitab Riyadhus Shalihin. Isi kitab ini tidak perlu banyak penjelasan. Kitab ini kitab siap amal.

BACA JUGA  Belajar dari Keberhasilan Fatayat NU Jawa Barat dalam Penanggulangan Radikalisme

Pengkajian kitab Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyah hanya formalitas untuk memenuhi syarat administrasi menjadi anggota Hizbut Tahrir. Tidak ada sanksi bagi yang melanggar isi kitab tersebut. Dibiarkan begitu saja. Selama tidak merugikan kepentingan politik Hizbut Tahrir atau tidak merusak citra Hizbut Tahrir di masyarakat. Faktanya bisa dilihat dari kasus Alimuddin Baharsyah, Nasrudin Joha, dan akun-akun media sosial dari anggota-anggota Hizbut Tahrir.

Menegakkan Khilafah Hanyalah Nafsuh

Kesenjangan antara ucapan dan perilaku kelompok radikal membuat umat menilai perjuangan mereka bukan karena dorongan iman dan taqwa kepada Allah swt. Mereka bukan memperjuangkan hukum-hukum Allah swt. Karena realitasnya hukum-hukum Allah swt saja tidak tegak di dalam diri mereka, bagaimana mungkin mereka bisa menegakkannya pada diri orang lain. Umat pun menyimpulkan, perjuangan mereka murni karena dorongan hawa nafsu.

Dorongan hawa nafsu adalah kecenderungan untuk meraih tujuan-tujuan yang diinginkan oleh hawa nafsu. Mengikutinya berarti melakukan berbagai hal yang dikehendaki hawa nafsu. Mengikuti dorongan hawa nafsu berarti menghadap dan berpaling tanpa memperdulikan syariat Allah swt.

Perjuangan kelompok radikal yang demikian, angan-angan belaka. Syaikh Ibnu ‘Athaillah mengatakan: “Tidak ada sesuatu pun yang lebih kuat menuntunmu dibandingkan angan-angan.” Tanpa spiritualitas, perjuangan kelompok radikal akan sia-sia. Tanpa spiritualitas, menegakkan khilafah ibarat menegakkan benang basah. Tegakkan hukum-hukum Allah swt pada diri sendiri dulu, insya Allah syariah akan tegak dengan sendirinya di muka bumi.

*Ayik HeriansyahPengamat Sosial Keagamaan, dan Mantan Ketua DPD HTI Bangka Belitung

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru