30.1 C
Jakarta
Array

Nasionalisme dan Peran Penting Wanita Menangkal Radikalisme

Artikel Trending

Nasionalisme dan Peran Penting Wanita Menangkal Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam konstruksi gender, perempuan harus mengikuti suaminya. Ini faktor yang sangat ideologis bagi mereka. Sehingga hal ini mendorong motivasi ideologis mereka mengikuti langkah suami. Pada zaman dahulu, perempuan terkenal sangat pasif, namun sekarang mereka agen aktif untuk bersama-sama memasuki ruang hijrah kemudian melakukan “jihad”.

Oleh karena itu, mereka berbondong-bondong mengikuti proses ini. Bahkan terdapat 52 keluarga yang dikembalikan dari daerah yang rawan penyebaran terorisme. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran terorisme tidak hanya ditujukan kepada perseorangan namun anggota keluarga juga dapat terlibat didalamnya.

Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa proses radikalisme bisa terjadi di lingkup yang paling kecil yaitu di dalam keluarga. Menangani tindak radikalisme tidak bisa dilakukan hanya di lingkup masyarakat dan negara, namun harus dilakukan di unsur yang paling dasar dahulu yaitu keluarga. Oleh karena itu, penanganan untuk masalah ini harus melakukan penguatan di lingkup keluarga. Penguatan karakter kebangsaan sangat penting dilakukan.

Penguatan karakter kebangsaan bisa dimulai dengan penerimaan keadaan Indonesia yang majemuk oleh berbagai macam budaya. Dengan meyakini hal ini, maka dengan sendirinya akan muncul rasa kebangsaan sehingga akan bersifat terbuka terhadap kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia dan menjunjung tinggi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penanaman karakter ini penting dilakukan pada usia dini, karena penanaman ideologi pada saat usia dini akan menancap di hati dan upaya untuk membongkar ideologi ini akan sulit dilakukan.

Dalam penanaman karakter ini, peran seorang ibu sangatlah penting dalam mendidik anaknya agar terhindar dari radikalisme. Membentuk anak berkarakter tidak hanya dilakukan melalui perintah dan kata-kata saja. Membentuk anak berkarakter sesuai harapan tentu harus diiringi dengan metode yang tepat.Metode Keteladanan Keteladanan merupakan metode yang paling berpengaruh bagi anak. Anak pertama kali melihat, mendengar, dan bersosialisasi dengan orang tuanya. Ini berarti bahwa ucapan dan perbuatan orang tua akan dicontoh oleh anaknya.

Dalam hal ini seorang ibu harus bisa mencontohkan bagaimana cara menghadapi pengaruh radikalisme. Misalnya ibu selalu bertingkah jujur dan mengajarkan anak akibat dari berbohong itu sendiri. Sehingga ketika anak mendapatkan pengaruh radikalisme, anak akan menceritakannya secara jujur dan ibu bisa meluruskannya dengan mudah.

Metode Pembiasaan Pembiasaan merupakan suatu keadaan di mana seseorang mengaplikasikan perilaku-perilaku yang belum pernah atau jarang dilakukan menjadi sering dilaksanakan hingga pada akhirnya menjadi kebiasaan. Dalam menjauhkan anak dari radikalisme, ibu bisa mengajarkan untuk beribadah dan mendekatkan diri dengan tuhannya. Misalnya ibu mengajak anak untuk membaca dan mempelajari cerita keagamaan lebih mendalam.

Selain itu, ibu bisa mengajak anak untuk melakukan kewajiban beribadah secara bersama-sama. Metode Motivasi Manusia memiliki semangat yang terkadang naik turun, sehingga pada saat manusia dalam kondisi semangatnya turun ia perlu dimotivasi. Manusia memiliki potensi yang apabila dimotivasi ia menunjukkan kinerja yang lebih.

Motivasi memberikan dampak yang sangat baik dan positif bagi perkembangan kejiwaan manusia terutama perkembangan pendidikan anak. Ibu sebagai seorang yang paling dekat dengan anak harus memberikan motivasi untuk menghindari radikalisme dan terorisme. Misalnya ibu bisa memotivasi anak dengan menceritakan tokoh penting dalam sejarah. Dalam agama Islam ibu bisa menceritakan kisah keteladanan dari Nabi Muhammad saw yang berhasil mempersatukan umat dengan akhlak mulia bukan dengan jalan kekerasan.

Mengingat posisi perempuan yang sangat penting dalam keluarga dan menjadi pondasi negara dan agama maka seorang perempuan harus cerdas dan berfikir kritis terhadap suatu permasalahan. Tentu saja hal ini tidak bisa dijalankan oleh sekelompok orang. Negara juga harus memfasilitasi perempuan Indonesia untuk berfikir kritis. Oleh karena itu reformasi di dunia pendidikan sangat penting dilakukan.

Apalagi saat ini kita sudah diuji dengan berbagai sikap intoleransi. Kemudian masyarakat juga dibentuk opininya untuk semakin mengeras identitas politiknya. Negara dan warga negara harus bergandengan tangan untuk mengalahkan intoleransi yang ada di Indonesia.

Kelompok perempuan harus melakukan gerakan yang progresif sampai tingkat keluarga sebagai pondasi di komunitas maupun negara. Jangan sampai di tahun politik ini, benih-benih intoleransi kembali ditebar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru