33.2 C
Jakarta

Merevisi Politik dan Islam Marah-Intolerannya Rizieq Shihab

Artikel Trending

Milenial IslamMerevisi Politik dan Islam Marah-Intolerannya Rizieq Shihab
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagai orang yang disebut sebagai Imam Besar, Rizieq Shihab selalu mendakwahkan ajaran Islam yang bernuansa marah bahkan intoleran. Ini terlihat ketika diceramahnya, yang sering menyebut orang “lonte”, goblok, dan tidak sedap lainnya.

Bahkan, bila amati hingga keseluruhan ceramah-ceramah agamanya di Youtube, baik yang kontroversial dan viral, Rizieq Shihab tampak enggan manaruh walas asih kepada kelompok, agama, dan ormas lian. Bahkan dalam jalan politik agamanya, meski bersama HTI ia dekat secara “ideologis”, terlihat begitu rentan untuk sama-sama menggelar rasa “penghormatan”.

Apalagi kepada Pengadilan Negeri, yang berlangsung beberapa hari lalu. Sebagai suatu bawaan dari ideologis Islam marah-intolenasinya, Rizieq Shihab berontak untuk tidak melakukan sidang secara online yang sudah disiapkan rapi. Hingga, ruang sidang terwarnai “pemberontakan” (detikNews/21/03/2021).

Rizieq Shihab Kecanduan Islam Marah

Ajaran Islam sebagai laku hidup. Tetapi bila Islam marah dan intoleran menjadi pandu, pasti akibatnya menampakkan sikap-sikap sosial agamanya menjadi marah, berlanjut radikal dan teroris. Kendati, menjadi radikal dan teroris, berawal dari sifat/sikap marah dan intoleran.

Bukti akibat dari sikap di atas, banyak simpatisan eks-FPI menjadi teroris. Di sini tak bisa terpungkiri bahwa bila imam besarnya, Rizieq Shihab kecanduan Islam marah dan intoleran, maka simpatisannya lebih darinya. Seperti jika guru kencing berdiri, maka muridnya kencing berlari. Jika Rizieq Shihab beragama dengan radikalis(me), maka pengikutnya bakal beragama dengan terorisme.

Sikap kecanduan Islam ala Rizieq Shihab perlu direvisi. Sebab, bila itu berlanjut, Islam akan tampak menjadi agama yang jahat. Bila Islam marah dan intoleran ala Rizieq Shihab dan Rijikers terus mengeras, maka Islam yang menjadi agama pilihan orang Indonesia, terkesan bringas, kejam, dan ganas. Hingga orang beranggapan bahwa Islam, memanglah agama seperti Rizieq Shihab. Orang tidak melihat Islamnya, tetapi melihat perilaku pemeluk dan oknumnya.

Merevisi Politik dan Islam ala Rizieq Shihab

Merivisi Islam Rizieq Shihab harus kita kembalikan kepada yang asal: ramah, moderat, dan toleran. Sebab, Islam sebagai agama samawi yang Tuhan tutunkan kepada umat manusia, pada prinsipnya mengandung perintah toleransi. Perintah toleransi ini dalam Islam sudah ada terpraktikkan sejak dari abad XV lalu.

Pada masa itu, Tuhan menurukan Nabi dan Rasul yang terakhir, Muhammad Ibn ‘Abdillah. Metode berdakwahnya melalui panduan ayat-ayat kitabullahnya juga terberlakukan dengan cara yang toleran, sebagaimana Allah. Ini menjadi contoh nyata bahwa Islam perajut toleransi. Toleran bukan hanya kepada umat Islam saja, tetapi kepada non Islam (bidang muamalah). Artinya, Nabi mengajarkan cara-cara bijak dan toleran.

BACA JUGA  Indonesia Tidak Butuh (Generasi) Khilafah

Di Indonesia, dalam sejarahnya, Islam juga disebarkan dengan cara-cara toleran. Ia di pupuk dengan kewelasasihan. Islam bangun dengan harmonisasi, kedamaian, sehingga orang-orang mengikutinya, sebab ajarannya sudah menampakkan kebaikan dan ketentraman. Serta menjadi ladang pencari kegembiraan dan keadilan.

Oleh karena itu, untuk membendung Islam marah dan intoleran ala Rizieq Shihab dan aliran radikalisme, liberalisme, konservatisme atau ekstremisme. Maka, diperlukan kerja revisi serta upaya penyadaran dan memahami kembali tentang ajaran-ajaran agama itu sendiri. Karena, semua agama tidak mengajarkan kekerasan dan bahkan mengutuknya. Menurut Karen Asmstrong, semua agama mengajarkan cinta dan kedamaian.

Di dalam surah al-Imran 156 dan 159, telah terjelaskan bahwa umat Muslim disuruh bersikap toleran terhadap orang lain. Dan, kalau dilihat dari konteks ayatnya, juga terlarang menyerupai orang-orang kafir (dari sikapnya yang arogan). Bahkan dalam ayat tersebut, Allah seakan-akan menyanjung-nyanjung orang-orang Muslim.

Esensi Islam dan Utamanya Pada Kehidupan

Esensi dari ajaran atau gagasan yang terberlakukan oleh Islam adalah ajaran yang penuh kasih sayang, terbuka, toleran, atau memberi kesempatan kepada orang lain yang berbeda. Oleh sebab itu, apa yang suguhkan oleh ajaran konservatif-intoleran kiranya perlu terbenahi.

Al-Qur’an menyebut umat Islam sebagai umat terbaik yang akan menegakkan kebenaran dan menghalau sikap intoleran. Itu terperoleh karena sifat moderat adalah ummatan wasathan. Sebagaiamana kata Quraish Shihab dalam Wasathiyyah: Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama (2019) Islam itu sendiri adalah moderat dan moderat itu adalah Islam.

Al-Qur’an mengajarkan bahwa tidak menghendaki kekerasan dan jika terpaksa hanya untuk kepentingan bela diri, hal itu haruslah berakhir dengan segera. Tujuan bela diri hanya untuk melakukan rekonsiliasi, bukan untuk menajamkan kekerasan dan permusuhan. Idealnya, tak perlu berperang untuk hal-hal yang sepele dan tak pantas atau hanya ingin mencari pembenaran.

Perjanjian damai Hudaibiyyah (628) contohnya. Bahwa Muslim telah memberikan contoh toleran kepada musuh secara damai. Mengutip dari Yudi Latif (2018) kemenangan  dan kedamaian bisa terperoleh kalau memakai dengan cara-cara toleran. Bahkan, kemenangan dan kedamaian bisa terayakan bersamaan.

Kendati demikian, kemenangan dan kedamaian bukanlah lahir dari ruang hampa. Tetapi kemenangan dan kedamaian bisa dapat dari toleransi yang tertegakkan. Kemenangan dan kedamaian dalam Islam (kemenangan peradaban Indonesia) bisa kita dapatkan kalau bisa merevisi Islam marah-intolerannya Rizieq Shihab.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru