30 C
Jakarta

Merebaknya Virus Corona dan Penguatan Nilai Agama

Artikel Trending

KhazanahResonansiMerebaknya Virus Corona dan Penguatan Nilai Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Agama terkait kompleksitas masalah yang dihadapi manusia. Agama lahir untuk merespon kepentingan sosial dan kemanusiaan. Beragama di era munculnya COVID-19 atau virus Corona bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama di pedasaan menjadi potret dan model penting dalam menumbuhkan semangat beragama.

Secara nasional, liburnya pendidikan termasuk pondok pesantren, kegiatan-kegiatan ibadah seperti salat Jum’at, kajian tahlil rutinan dan lainnya bagi masyarakat luas menjadi kegelisahan serius bagi para pemeluk agama terutama di pedesaan.

Kondisi demikian menggambarkan ketertekaitan kohesif antara agama dengan setiap peristiwa yang muncul. Lebih jauh dalam konteks virus Corona, agama dipertanyakan dan uji entitas kemurnian ajarannya yang direspons serius termasuk oleh pemerintah.

Terkait Corona tersebut, republika.com, pada 7 Maret 2020 memberitakan Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Ansyaad Mbai mengatakan radikalisme sebagai musuh bersama negara lebih berbahaya dari COVID-19 atau virus Corona.

Menurutnya, radikalisme yang menyebar di banyak negara termasuk Indonesia hingga saat ini masih sangat sulit terdeteksi. Sementara Corona dengan perkembangan ilmu medis sudah mampu dideteksi keberadaannya sejak dini dengan penguatan konsultasi medis. Namun respons pemerintah terhadap Corona sangat serius baik dari segi kebijakan maupun anggaran melebihi respons terhadap radikalisme.

Sementara kompas.com pada 26 Maret 2020 mengabarkan persebaran virus Corona tak terbendung dan telah menyebar di 198 negara. Negara China sebagai tempat awal sebaran virus tersebut, kasus infeksi sudah berhenti secara medis.

Kompas juga memberitakan di Eropa dan di Amerika Serikat justru mengalami tren kenaikan yang cukup mengkhawatirkan dengan jumlah kematian yang tidak sedikit. Perkembangan pandemi global ini semakin membuat kepanikan di setiap Negara termasuk di Indonesia. Tren kenaikan pasien COVID-19 mengalami peningkatan dengan kasus kematian.

Agama adalah bagian dari langkah medium yang dapat menjadi sandaran bagi setiap individu untuk mengeliminasi rasa kepanikan dan kekhawatiran yang berlebihan.

Cara Beragama Merespon Corona

Dalam beragama khususnya Islam, setiap cobaan kehidupan apapun bentuknya sesungguhnya merupakan bagaian dari langkah strategi dan cara Tuhan untuk menjadikan manusia lebih baik, surat al-Mulk ayat 1-2.

Beragama dalam merespons Corona merupakan implementasi dari keimanan yang dimiliki setiap manusia, transenden ilahiyyah. Beragama baik dalam konteks berbangsa maupun bernegara dalam mersepon cobaan termasuk Corona Islam menegaskan perlunya sikap yang tenang tidak perlu panik dengan berusaha maksimal menghadapi cobaan tersebut.

BACA JUGA  Bimtek PPIH 2024: Upaya Kementerian Agama Melahirkan Uwais Al-Qarni di Zaman Modern

Bagi sebagian Muslim yang dalam strata sosial tertentu, misalnya perkotaan, maka respon terhadap virus Corona bisa berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan atau yang mempunyai kesadaran agama dan strata berbeda dengan perkotaan.

Sebenarnya masyarakat sadar dengan himbauan negera dan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keagamaan dan kenegaraan. Variasi respons tersebut menjadi bukti yang menguatkan bahwa agama benar-benar ada dan hadir inti ajarannya untuk merespons sosial.

Virus Corona Menuju Penguatan Nilai Agama

Virus Corona bagi sebagian umat beragama mempunyai makna yang berbeda. Perbedaan tersebut dipengaruhi sosio kultur dan geografis serta serta cara berpikir yang berkembang ditempat tersebut.

Kontroversi menyikapi virus Corona tersebut tidak bisa diabaikan dengan sederhana. Karena menyangkut prinsip hidup dalam berbangsa dan bernegara, terkait studi pentingnya hubungan agama dan Negara. Merebaknya Corona tidak hanya menjadi beban Negara dan cobaan kemanusiaan secara umum yang dianggap negatif.

Karena al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa cobaan kehidupan apapun bentuknya adalah bertujuan untuk menjadikan kehidupan masa depan yang lebih baik. Di beberpa daerah Corona tidak menjadi beban berlebihan, bahkan terutama dari aspek keimanan keagamaan. Justru menjadi pemantik yang memperkuat keimamanan dan kesadaran dalam beragama. Menjadi lebih serius dan lebih lebih yakin dengan Tuhan.

Merebaknya virus Corona tidak bisa dipandang hanya sisi negatifnya saja karena banyak sisi positif yang muncul termasuk membantu pemerintah dalam mendeteksi munculnya benih radikalisme yang merupakan musuh bersama bangsa Indonesia.

Kompleksitas masalah virus Corona perlu disikapi semua pihak, baik masyarakat, negara, tokoh agama, politisi dan termasuk ekonomi. Supaya memahami Corona sebagai entitas utuh holistis dengan berbagai sisi dan pendekatan, berimbang antara positif dan negatifnya.

Fakta positif bahwa Corona memperkuat keimanan pelaksanaan nilai agama dalam masyarakat tertentu seperti di pedesaan dengan tetap menjalankan salat Jum’at, bersalaman dan lainnya.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

 

M. Shohibul Itmam, Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, Jawa Tengah.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru