27.3 C
Jakarta

Merayakan Kerinduan dan Cinta dalam Maulid Nabi

Artikel Trending

Asas-asas IslamMerayakan Kerinduan dan Cinta dalam Maulid Nabi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Masih lekat dengan nuansa perayaan maulid Nabi Saw, Bulan Rabiul Awwal menjadi salah satu bulan yang istimewa dan dinantikan sebagian umat muslim. Bulan ini menjadi teramat istimewa karena kelahiran Sang tokoh agung Nabi Muhammad Saw. Saking lekatnya Bulan Rabiul Awwal dengan kelahiran Nabi Saw. umat muslim Jawa menyebut bulan ini dengan bulan Mulud yang berakar kata pada bahasa Arab Maulid atau Maulud yang berarti bulan kelahiran. Bulan Maulid bagi sebagian besar masyarakat muslim Jawa adalah bulan yang penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Tidak lain karena bulan ini merupakan bulan kelahiran sang tokoh panutan Nabi Muhammad Saw.

Acara-acara dan euforia umat muslim begitu semarak diselenggarakan di bulan ini. Berbagai acara seperti pengajian yang bertemakan maulid Nabi Saw hingga pembacaan shalawat Nabi Saw dari kitab-kitab ulama seperti, mauled al-Barjanji, burdah, simtuddurror, dan lainnya. Bahkan di beberapa tempat di Jawa menyelenggarakan acara yang khusus hanya diselenggarakan pada bulan maulid ini. Kita tentu tidak asing dengan acara-acara seperti, Sekaten di keraton Jogjakarta, Grebeg maulud di Jawa Timur, dan sebagainya. Semarak dan kebahagiaan umat muslim begitu terasa dalam menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Semua itu atas rasa cinta, kerinduan, dan penghormatan yang agung kepada Nabi Saw sebagai manusia yang perjalanan hidupnya menjadi uswah khasanah seluruh manusia. Firman Allah SWT:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab : 21).

Maulid Nabi: Momentum Tepat Peringati Sirah Nabawiyah

Salah satu hal penting dari bulan Maulid ini adalah mengingat kembali sirah dan perjalanan hidup Nabi Saw yang penuh dengan teladan yang indah. Nabi Saw adalah seorang revolusioner atas adat istiadat arab jahiliyah yang diskriminatif dan tidak berperi kemanusiaan. Sejarah menunjukkan bahwa adat istiadat Arab pra-Islam adalah kebudayaan patriarki yang sangat mendominasi, mereka dapat melakukan hal-hal diluar kemanusiaan terhadap perempuan sesukanya. Orang-orang Arab pra-Islam tidak segan untuk mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka hanya karena malu.

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ o يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Artinya:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS an-Nahl 58-59)

BACA JUGA  Amalan Rasulullah Agar Sembuh dari Segala Penyakit

Rabiul Awal, Maulid Nabi dan Awal Peradaban Islam

Kedatangan Islam melalui dakwah Nabi Saw mengubah drastis adat istiadat Arab jahiliyah. Islam melalui ajaran Nabi Muhammad Saw mengangkat hak dan kehormatan perempuan. Tidak hanya sebatas ajaran, tetapi Nabi Saw adalah teladan paling utama dalam menghargai dan memuliakan perempuan serta istri-istrinya. Bahkan berbagai ketentuan mengenai perempuan menjadi hukum-hukum dalam syariat Islam. Ketentuan dan hak-hak perempuan dalam faraid, kewajiban wali dalam pernikahan, kewajiban menutup aurat, dan sebagainya adalah bentuk penghormatan Islam kepada kaum perempuan. Tradisi dan sistem kasta sosial jahiliyah yang berdasar hukum rimba dirombak oleh Nabi Saw menjadi masyarakat yang eksklusif dan tidak deskriminatif. Nabi Saw mengajarkan persatuan universal, tidak ada alasan dalam Islam untuk menindas dan berlaku tidak adil atas dasar apapun. Piagam Madinah adalah bukti pengakuan hak-hak kemanusiaan pertama dalam sejarah. Nabi Saw yang mempelopori Piagam Madinah membuktikan bahwa agama Islam adalah agama yang mengayomi perbedaan dan pengakuan hak-hak hidup manusia. Semua manusia dihadapan Allah Swt adalah sama, hanya kadar ketaqwaanlah yang menjadi indikator kemuliaan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Firman Allah

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَىٰ وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Artinya :

“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Fath : 26).

Memaknai Maulid Nabi dengan Memetik Uswah

Bulan Rabiul Awwal mengingatkan kembali umat Islam tentang sirah dan kemuliaan Nabi Saw. Nabi yang seluruh perilakunya dan gerak-geriknya menjadi uswah yang tidak pernah kering untuk diteladani. Kelahiran Nabi Saw telah membawa kebahagiaan bagi kehidupan manusia yang harmonis dan penuh kebaikan bagi seluruh umat manusia akhir zaman. Sudah sepantutnya umat muslim berbahagia dengan bulan maulid ini dengan peringatan maulid Nabi Saw melalui shalawat-shalawat yang kita lantunkan, serta berusaha meneladani uswah yang penuh kebaikan Nabi Saw yang dicontohkan selama perjalanan hidupnya.

Mad Yahya, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru