28.6 C
Jakarta

Menyelamatkan Ibadah Haji dari Propaganda Khilafah Tahririyah

Artikel Trending

EditorialMenyelamatkan Ibadah Haji dari Propaganda Khilafah Tahririyah
image_pdfDownload PDF

Saat ini, berbagai kerusakan terjadi dalam berbagai sektor kehidupan akibat kerusakan sistem kapitalisme dan keserakahan para oligarki yang menguasai sektor strategis di negeri ini. Sebagaimana dahulu, dengan semangat ketaatan, semestinya para haji mampu memobilisasi kekuatan untuk menentang kolonialisme modern hari ini yang berwujud dalam penjajahan politik dan ekonomi.”

Harakatuna.com – Seperti itulah kalimat penutup dari artikel propagandis salah satu aktivis HTI, Yuana Ryan Tresna, dengan judul “Haji Mabrur dalam Dimensi Individu dan Sosial-Politik”. Artikel tersebut tayang pada Jum’at (14/6) kemarin, atau menjelang hari Arafah. Sebagaimana umumnya tulisan dedengkot HTI, arah narasinya adalah menuntut umat Muslim yang tengah berhaji agar pulang ke tanah air dengan spirit ‘khilafah’.

Ryan memang tidak secara blak-blakan meminta umat Islam jadi agen khilafah dalam tulisan tersebut. Namun, dari sedikit kutipan di atas, Ryan jelas hendak mengkritik NKRI sebagai negara yang bobrok dengan sistem non-islami. Karenanya, dia meminta umat Islam setelah pulang dari Haramain menjadi pejuang khilafah, yang dianggapnya sebagai sistem islami paling ideal untuk kemaslahatan Islam dan Muslim.

Pertama-tama, Ryan mengulas apa definisi haji mabrur dan bagaimana predikat tersebut bisa dilekatkan kepada jemaah haji. Menurut Ryan, haji mabrur memiliki beberapa ciri, yaitu semakin taat kepada Allah-Rasul dan hukum-hukum Islam, bertambah akhlak, semakin cinta majelis ilmu, semakin amanah, semakin dermawan, semakin suka silaturahmi, serta semakin semangat dalam berdakwah—berdakwah tentang khilafah.

Sebagai bukti, ini pernyataan gamblang Ryan yang menginstruksikan jemaah haji menjadi pejuang khilafah setelah pulang ke tanah air,

Kemabruran dalam haji mampu memberikan dampak pada individu sehingga menjadi lebih taat, juga berdampak secara sosial-politik dalam perubahan sosial dan politik untuk kebaikan negeri ini… Para haji sudah selayaknya berkontribusi dalam usaha transformasi kepemimpinan Indonesia menuju penerapan syariat Islam secara kaffah.”

Kaffah apa yang dimaksud? Tidak lain adalah khilafah. Artinya, menurut Ryan, ibadah haji adalah momentum transformasi diri secara politik: yang awalnya anti-khilafah menjadi agen khilafah. Khilafah yang dimaksud tentu saja khilafah ala HTI, yaitu Khilafah Tahririyah, yang diyakini HTI akan menyatukan kekuatan Islam. Jika perubahan diri secara sosial-politik itu tidak ada, seseorang bagi Ryan belum layak disebut “haji mabrur”.

BACA JUGA  Sterilisasi Waisak dari Ancaman Terorisme

Mempolitisasi ibadah haji untuk agenda indoktrinasi khilafah merupakan sesuatu yang tidak semestinya dilakukan. Tetapi simpatisan HTI dan para dedengkotnya selalu memanfaatkan apa pun untuk mempromosikan khilafah. Setelah kemarin aksi Palestina ditunggangi untuk menyebarkan propaganda khilafah, hari ini ibadah haji juga dimanfaatkan untuk mempropagandakan Khilafah Tahririyah.

Menyikapi hal tersebut, umat Islam mesti bertindak tegas untuk melawan propaganda Khilafah Tahririyah, yakni ideologi khilafah ala Hizbut Tahrir—yang notabene merupakan agenda transnasionalisme global. Bagaimanapun, haji mabrur merupakan predikat yang disematkan kepada jemaah haji atas hak prerogatif Allah Swt., dan untuk memperolehnya sama sekali tidak berkaitan dengan penegakan khilafah.

Haji adalah ibadah yang murni untuk Allah Swt., bukan untuk memajukan agenda politik atau ideologi tertentu. Setiap Muslim yang menunaikan haji melakukannya dengan niat ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon pengampunan, dan meraih predikat mabrur. Menggunakan ibadah haji sebagai alat untuk menyebarkan ideologi Khilafah Tahririyah adalah bentuk penyalahgunaan yang mencederai kesucian dan tujuan spiritual haji itu sendiri.

Selain itu, Indonesia adalah negara majemuk yang berlandaskan Pancasila. Propaganda Khilafah Tahririyah berupaya menghapus semua itu dan menggantinya dengan pemerintahan berdasarkan tafsir ideologis mereka tentang syariat. Menyusupkan propaganda HTI ke dalam ibadah haji adalah upaya berbahaya untuk meradikalisasi umat Islam dan memecah-belah masyarakat yang seharusnya bersatu dalam kesucian ibadah. Ini tidak bisa dibiarkan.

Umat Islam di Indonesia—juga di seluruh dunia—harus menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh propaganda tersebut. Dengan menggunakan ibadah haji untuk mempropagandakan khilafah, HTI telah mengkhianati tujuan suci dari rukun Islam kelima tersebut. Maka, umat Muslim harus bersatu untuk melawan mereka, dan menjaga agar haji tetap menjadi simbol kesucian dan perdamaian, bukan agenda menegakkan khilafah.

Sebagaimana semestinya, Indonesia dengan segala kebhinekaannya harus berdiri teguh mempertahankan Pancasila dan menolak setiap upaya untuk merusak integritas nasional, termasuk melalui agenda Khilafah Tahririyah. Mari berkomitmen untuk melindungi ibadah haji dari pengaruh negatif, memastikan bahwa setiap Muslim dapat menunaikannya dengan niat yang lurus, tidak untuk kepentingan ideologis sebagaimana dipropagandakan HTI.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru