31.4 C
Jakarta

Menumbuhkan Nilai-Nilai Islam di Tengah Bulan Ramadhan

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenumbuhkan Nilai-Nilai Islam di Tengah Bulan Ramadhan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sekarang sudah memasuki bulan Ramadhan. Di mana pada bulan itu Al-Qur’an diturunkan. Al-Qur’an diturunkan tentunya sebagai pedoman hidup manusia. Pertanyaannya, kenapa manusia butuh pedoman hidup?

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang menerima amanah Allah setelah sekian alam semesta menolaknya. Di tengah sifat lupa dan keliru, manusia perlu memiliki pegangan, sehingga dengan segera manusia menyadari kekeliruannya dan kembali menjadi manusia yang bijaksana. Tentu, Al-Qur’an ini pegangannya.

Kenapa harus Al-Qur’an? Kenapa tidak kitab yang lain? Al-Qur’an satu-satunya kitab yang diakui oleh miliaran orang di penjuru dunia. Di dalamnya terdapat aneka nilai-nilai agama yang penting untuk diperhatikan. Sebut saja, nilai-nilai bersikap rahmat atau kasih sayang terhadap semesta alam.

Disebutkan dalam surah al-Anbiya’ ayat 107: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Nabi Muhammad Saw., yang dimaksud pada ayat ini, diutus oleh Allah untuk menebar kasih sayang di tengah semesta. Sehingga, kehadiran beliau diterima dengan lapang di tengah umatnya.

Sikap kasih sayang ini dapat melahirkan sikap-sikap positif yang lain. Salah satunya, toleransi. Toleransi sangat dibutuhkan untuk menghargai perbedaan yang terbentang luas di tengah manusia. Lebih dari itu, toleransi dapat mencegah sikap egois yang sering menguasai pribadi manusia.

Seseorang yang egois alias intoleran akan cenderung melihat orang lain yang tidak sepemikiran, apalagi tidak seiman dengan klaim kafir dan halal darahnya alias dibunuh. Sikap intoleran ini jelas bukan sikap yang baik. Padahal, para nabi, termasuk Nabi Muhammad Saw. melihat perbedaan dengan toleran. Buktinya, seperti disebutkan dalam surah al-Kafirun, saat Nabi Saw. didesak oleh kaum musyrikin mengikuti agamanya, beliau menjawab dengan bijak: Lakum nidukum wa liyadin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku.

BACA JUGA  Kenapa Kita Harus Pilih Anies Sebagai Presiden di Indonesia?

Penting kaum muslimin merefleksikan bulan Ramadhan ini bukan hanya momen menahan lapar dan haus. Ramadhan diharapkan dapat menjadi bulan pelatihan diri (training atau riyadhah) untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan Ramadhan sikap sosial semakin menyadarkan, bahwa masih banyak orang di luar sana yang hidup kelaparan seperti laparnya orang yang berpuasa.

Sebagai riyadhah Ramadhan dapat membentuk manusia menjadi pribadi yang moderat (wasathiyyah). Sikap moderat ini merupakan nilai-nilai Islam yang terekam dalam Al-Qur’an. Moderasi menolak sikap ekstrem atau radikal yang merugikan banyak pihak, termasuk diri sang pelaku.

Sikap ekstrem yang dilarang Islam, selain intoleran, adalah terorisme. Paham kekerasan ini sering mengatasnamakan Islam untuk meraih kepentingannya. Padahal, Islam tidak mengajarkan pemeluknya menjadi teroris atau melakukan aksi-aksi teror. Islam lebih menanamkan sikap kasih sayang, logowo menghadapi perbedaan, tidak kekeh dengan pemikirannya sendiri, dan melihat orang lain adalah saudaranya sendiri.

Sebagai penutup, penting menyegarkan nilai-nilai keislaman dalam diri manusia, sehingga mereka tidak mudah terjebak pada paham radikal yang menyesatkan. Mushthafa Bisri (atau lebih akrab disapa Gus Mus) berpesan: Moderat itu Islam. Kalau tidak moderat, tidak Islam.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru