30.9 C
Jakarta

Menulis Bukan Sekedar Penuangan Ide, Tetapi Eksistensi

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMenulis Bukan Sekedar Penuangan Ide, Tetapi Eksistensi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Boleh jadi siapapun yang memilih profesi penulis maka ia punya idealisme yaitu menghasilkan karya-karya bermutu dan banyak dibaca orang serta ada timbal balik dari apa yang telah dituliskannya. Logikanya, mana mungkin akan bisa dikatakan sebagai seorang penulis jika yang bersangkutan tak menghasilkan karya yang dibaca banyak orang. Tentu saja, seorang penulis lahir dari proses kreatif yang dijalaninya selama ini dan kematangan profesinyanyalah yang membuatnya mampu berkelana mengembara di khazanah inteletual yang dimilikinya.

Pramoedya Ananta Toer mengatakan, orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Menjadi seorang penulis jelas pilihan yang terhormat karena menjadi orang yang berilmu dan berani menuangkan ide-idenya di dalam membahas persoalan yang ditulisnya. Ada diantara mereka yang menekuni kepenulisannya secara sungguh-sungguh, artinya fokus pada bidang yang ditekuninya. Misalnya novelis, cerpenis atau yang lainnya.

Pekerjaannya dilakukan secara profesional. Sedangkan di satu sisi ada pula penulis yang memang bersifat pragmatis, yaitu menulis sekadar untuk mendapatkan uang. Namun keduanya tak ada yang bisa disalahkan karena kedua-duanya memiliki kepentingan yang dapat diterima oleh akal. Penulis pertama memiliki tujuan jangka panjang agar karya-karyanya bisa dikenang orang dan juga bernilai sejarah, sementara yang kedua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mendesak. Tak ada yang salah, kan ?

Terlepas apapun tujuan penulis karena itu haknya masing-masing. Ia butuh untuk kehidupannya. Siapapun tentunya berharap yang ideal dalam hidupnya. Oleh sebab itu jika kemudian ada pergeseran tujuan saat menulis, walaupun yang bersangkutan pada awalnya berbicara idealisme, tetapi hal itu perlu kita mafhum karena kondisi bisa mengubah cara pandang seseorang.

Eksistensi dalam Menulis

Tak ada yang salah dengan penulis jika berpikir seperti itu. Nanti yang menetukan adalah hasil akhirnya akan sesuai apa yang dipikirkan. Namun yang terpenting bagi seorang penulis adalah tetap eksis di jagat kepenulisan itu sendiri. Eksistensi seorang penulis akan terlihat dari karya-karyanya. Bukan bertumpu pada kuantitas semata atau melihat dari segi kualitas tetapi ia selalu konsisten menghasilkan karya-karyanya dan selalu ada kesempatan berbagi tulisannya sehingga bisa dibaca oleh banyak orang.

Jadi memang potensi kepenulisan yang dimiliki seorang penulis bisa dieksplorasi sedemikian rupa oleh yang bersangkutan dengan tidak lagi melihat tujuan yang hendak dicapai oleh yang bersangkutan. Pada intinya, menuangkan ide atau gagasan dalam dunia kepenulisannya adalah untuk disampaikan kepada pembaca. Sharing pengetahuan yang dihadirkan dalam sebuah tulisan  mengajak pembacanya untuk memahami pesan yang disampaikan sang penulis.

Malah lebih dari itu, penulis mengajak pula pembaca untuk melakukan kontemplasi pemikiran yang disampaikan penulis. Tentu saja ini memberi sebuah bukti jika penulis ingin menunjukkan eksistensinya karena ia sadar tanpa pembaca apalah arti tulisan yang dibuatnya. Dengan banyak orang membaca tulisannya maka ia akan mudah untuk mempengaruhi pembaca.

Eksistensi penulis mutlak hadir karena kehadirannya banyak dibutuhkan oleh masyarakat khususnya bagi mereka yang gemar membaca. Keberhasilan seorang penulis karena eksistensinya yang terjaga. Memang banyak sekali penulis yang akhirnya berhenti menulis karena gagal mempertahankan eksistensi yang disebabkan oleh berbagai persoalan yang melingkupi dirinya. Namun perlu diingat pula, sebagai seorang penulis sejati, ia akan selalu tangguh dalam kondisi apapun untuk menghasilkan karya-karyanya. Bukankah kita juga tahu banyak para penulis hebat justeru mampu menghasilkan karya-karya terbaiknya ketika dirinya ada di balik jeruji besi?

BACA JUGA  Mungkinkah Skill Menulis Seseorang Menghilang?

Hal ini jelas sangat menggambarkan jika seorang penulis yang memang memiliki semangat menulis yang kuat dan baginya menulis adalah upaya memenuhi kebutuhan batinnya, maka ia akan terus menulis dan tidak pernah akan mengeluh dalam kondisi apapun.  Seorang penulis hebat takkan pernah melewatkan momentum terbaiknya ketika ada kesempatan menulis. Tak mengherankan jika mereka tidak saja langsung menulis di laptop melainkan jika memungkinkan maka akan ditulis terlebih dahulu di kertas yang kemudian diketik ulang melalui laptopnya.

Penulis kadang tidak peduli dengan kondisi yang terjadi karena kerap ia terus menulis dan hendak menyelesaikan tulisannya. Mengapa hal ini terjadi ? Penulis tak ingin kegiatan menulisnya terganggu sebab hal itu bisa mengurangi ritme kepenulisannya. Di saat menghasilkan karya seorang penulis memang mesti melakukan semuanya secara baik. Kondisi yang baik akan memungkinkan penulis mampu mengalirkan ide dan gagasannya secara baik pula.

Penulis yang Konsisten

Hal ini meski dilakukan secara kontinyu karena di sini penulis secara tidak langsung sedang menjaga eksistensinya sebagai penulis. Terserah berapa lama dia menulis dalam satu hari. Setidaknya dalam satu hari dia mampu menuangkan ide dan gagasannya, serta akan lebih baik lagi jika ia pun menghasilkan karya yang bisa dibaca oleh banyak orang dalam berbagai bentuk.

Karenanya, menghasilkan sebuah tulisan atau karya adalah jalan satu-satunya agar eksistensi kepenulisan mampu dipertahankan. Tentunya hal ini butuh pembiasaan yang terus menerus dilakukan.  Biasanya penulis yang telah mampu memenej kondisi kepenulisannya secara baik maka akan punya waktu khusus untuk menulis. Memang penulis akan menulis karena moodnya juga tetapi sebagai penulis tetap butuh stimulus yang lain juga agar ia tetap memiliki energi agar terus bisa menulis.

Menulis tidak sekedar bermain pada titik pemikiran, sebab menulis juga akan menguras tenaga yang begitu besar karena menulis bisa membutuhkan waktu berjam-jam. Jadi penulis pun harus selalu sehat ketika menulis agar karya-karya yang dihasilkan terjaga. Di sinilah penulis diharapkan mampu mengeola potensi diri dan waktu yang ada agar kegiatan kepenulisan yang dilakukannya menyenangkan dan memberikan kekuatan tersendiri saat dirinya menulis.

Oleh karenanya, bagi seorang penulis maka upaya mempertahankan eksisitensi kepenulisan selama hidup adalah hal yang sepatutnya ia lakukan. Kecuali kalau dia meninggal maka hanya karya-karyanyanya yang bisa dikenang orang. Memelihara eksistensi dirinya sebagai penulis bukan serta merta mendapati tangga popularits kepenulisannya semata, namun lebih dari itu, seorang penulis bisa jadi agen perubahan bagi kehidupan sendiri. Eksistensi penulis bukan bermanfaat bagi dirinya tapi hal itu dibutuhkan pula oleh publik.

Dengan menulis itulah, maka penulis dapat memanfaatkan media tersebut di dalam menyampaikan pesan kepada publik tentang sesuatu yang tentunya hal yang bermanfaat bagi mereka. Sekali lagi, penulis memang butuh eksistensi tetapi eksistensi itu bukan sebuah kemewahan tetapi untuk pengabdian dirinya sebagai penulis yang bsia berbagai kebaikan dengan siapa saja.

Deffy Ruspiyandy
Deffy Ruspiyandyhttps://www.www.harakatuna.com/
Penulis artikel di berbagai media massa cetak dan online, Penulis ide cerita di beberapa TV Swasta, bermukim di Bandung.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru