28 C
Jakarta
Array

Menjadi Manusia Moderat

Artikel Trending

Menjadi Manusia Moderat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sangat penting seluruh bangsa Indonesia menjadi manusia yang moderat. Sebagaimana arti moderat adalah selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem sesuai KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), edisi keempat, 2008. Dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa manusia moderat itu merupakan manusia yang cinta damai dan selalu mengedepankan sikap saling mengasihi.

Berkaitan dengan itu, rancangan “Pesan Bogor” pada forum KTT (Konsultasi Tingkat Tinggi) Ulama-Cendekiawan Muslim Dunia pada Wasathiyah Islam (HLC-WSW) menyinggung tentang peradaban modern yang mengalami ketidakpastian dan gangguan dalam skala global. Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang damai, mengasihi, adil, dan agama peradaban, mengakui bahwa paradigma wasathiyah (moderat) Islam sebagai pusat pengajaran Islam, telah dipraktikkan dalam sejarah panjang peradaban Islam, mulai dari masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW hingga era modern.

Dalam forum tersebut merupakan upaya yang sangat baik agar menjadi pelajaran bagi kita menciptakan suasana nyaman, tenteram dan bebas dari isu-isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA).

Penulis ingin mengatakan dalam pertemuan forum KTT di Bogor tersebut menjadi bagian penting bagi seluruh bangsa untuk menjadi manusia yang moderat. Tidak hanya bagi umat Islam saja yang diajak menjadi moderat, tetapi semua agama yang ada di Indonesia harus diajak pula umatnya menjadi manusia yang moderat. Secara keseluruhan, alangkah baik seluruh umat beragama yang ada di Indonesia harus moderat. Jika sebagian umat saja yang moderat, tentu tidak berdampak baik bagi kita.

Menjadi manusia moderat sudah menjadi keniscayaan di negara Indonesia yang plural ini. Karena, sebagai negara yang pluralisme seringkali menjadi alasan kita bertengkar, saling sindir dan merasa paling benar. Dengan adanya manusia moderat lebih menampakkan cahaya kedamaian di tengah pluralisme tersebut.

Jika seluruh bangsa Indonesia adalah moderat, pasti kita tidak sering bertengkar atas nama agama, suku, ras dan antargolongan. Kita juga tak akan bertengkar karena berbeda  pilihan politik. Manusia moderat bagi penulis, tidak melihat kekurangan orang lain, tidak melihat fisik dan tidak mau membesar-besarkan masalah yang ada. Selalu berprinsip, jika bersalah, maka hukum dengan aturan yang ada. Biarkan hukum itu tegak dan menampakkan sinarnya bagi pihak yang bersalah. Manusia yang moderat tidak suka berkelahi, apalagi mengintervensi.

Dapat kita bayangkan, bila semua kita adalah manusia moderat, pasti tidak ada manusia bergaris keras. Pasti tidak ada intervensi dalam bentuk demonstrasi secara terus menerus menuntut seseorang agar dihukum bersalah. Manusia moderat itu berpikiran positif bukan ekstrem. Selalu memikirkan menyelesaikan masalah itu bisa dengan mediasi maupun rekonsiliasi bukan persekusi atau main hakim sendiri. Jadi, ketika semua bangsa Indonesia moderat, maka situasi negara aman dan tenteram.

Oleh karenanya, sangat baik bila kita semua menjadi moderat. Belajar untuk menghargai dan mencintai orang lain dengan tidak membanding-bandingkan. Penulis berpikiran, semoga saja pertemuan forum KTT di Bogor adalah acuan kita semua umat beragama menjadi manusia yang moderat.

            Menjelang pilkada khususnya, seringkali ada gangguan terhadap pluralisme kita. Seperti kasus Ahok contohnya, sebelum digelar pilkada, beragam organisasi kemasyarakatan maupun organisasi agama berduyun-duyun mendemo proses hukum terhadap dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Hal itu sungguh memicu kegaduhan, sehingga keamanan selama masa kampanye terganggu. Masalah itu adalah contoh dimana kita diganggu oleh isu-isu tersebut bahkan semakin membesar.

Ancaman dari media sosial pun dapat mengancam pluralisme kita karena maraknya ujaran kebencian berita bohong dan ancaman radikalisme lainnya yang akan membuat kita terpecah belah.

Dalam pilkada tahun ini pun tak menutup kemungkinan terjadi isu-isu agama yang menggiring terjadinya perpecahan. Sudah terjadi salah satu perpecahan tersebut seperti dalam acara Car Free Day di Jakarta. Itu adalah contoh kita sudah mulai digiring untuk menciptakan konflik, bahkan akan digiring lagi kepada konflik yang lebih besar. Oleh karenanya, menghadapi gangguan-gangguan itu kita diajak menjadi manusia moderat. Manusia moderat selalu menjunjung tinggi toleransi, persatuan dan perdamaian.       

            Semangat menjadi manusia yang moderat sudah saatnya kita gelorakan. Dengan begitu,  persatuan dan kesatuan itu akan jauh dari kata pecah. Manusia yang moderat selalu berpegang teguh pada Pancasila sebagai ideologi bangsa yang menciptakan suasana aman, tenang dan damai. Manusia moderat selalu mencintai tanah airnya dan menjaganya agar tidak hancur oleh bangsanya sendiri.

Tantangan bangsa saat ini adalah banyaknya gangguan yang menggoda keberagaman kita. Bangsa saat ini sudah masuk keambang keretakan persatuan. Bayangkan saja, sesama bangsa saja saling bertengkar. Pemerintah pun sampai kesulitan untuk menyatukannya sampai mendatangkan para ulama untuk ikut memberi masukan bagi kebaikan bangsa. Benar, kata Presiden Soekarno, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

Bangsa kita sendiri adalah lawan kita. Banyak bangsa saat ini ingin membuat kejahatan dan kegaduhan bagi bangsa lainnya. Kita sudah saling bertengkar. Perdamaian sudah jauh dalam diri kita. Oleh karena itu, memutus segala gangguan yang datang dari dalam maupun dari luar negara kita, sudah menjadi wajib dilakukan. Kita harus membawa seluruh bangsa Indonesia cinta akan sesama dan tanah airnya. Cinta akan keberagaman dan persaudaraan. Salah satunya adalah membentuk bangsa menjadi manusia yang moderat.

Oleh: Juandi Manullang, penulis lepas di berbagai media cetak, tinggal di Medan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru