31.1 C
Jakarta

Mengembalikan Masjid yang Telah Dikudeta Kelompok Radikalis

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMengembalikan Masjid yang Telah Dikudeta Kelompok Radikalis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sejak masa Nabi Muhammad Saw., masjid bukan hanya menjadi tempat shalat, melainkan pula menjadi majlis ilm atau tempat belajar. Nabi sering menyampaikan nasehat-nasehat di rumah Allah ini. Bahkan, di sanalah juga Nabi beserta sahabatnya melakukan musyawarah.

Masjid pads masa Nabi menjadi media yang berguna untuk umat. Tidaklah benar membicarakan kepentingan duniawi di masjid. Karena, kepentingan semacam itu cenderung bersifat sementara dan pribadi. Hanyalah kepentingan ukhrawi yang diperbolehkan untuk diperbincangkan di masjid.

Setelah Nabi wafat, masjid terus berkembang hingga detik ini. Tidak heran jika di pedesaan di tengah jalan ada orang yang meminta bantuan untuk pendirian masjid. Terlepas dari pro-kontra perilaku orang tersebut, pembangunan masjid memang harus optimal. Sebab, masjid dapat menjadi tempat yang menyatukan perbedaan pemikiran dalam Islam.

Tidak benar penyematan label pada masjid. Semisal, masjid Nahdlatul Ulama (NU), masjid Muhammadiyah, masjid Syiah, dan seterusnya. Semua masjid yang berdiri tegak bukan milik kelompok tertentu, tetapi milik semua umat. Masjid itu rumah Allah, sehingga tidak pantas rumah ini hanya memeroleh asuhan kelompok tertentu.

Allah dengan segala keluasan ilmunya memandang semua manusia sama. Hanyalah kualitas ketakwaan yang dapat membedakan status manusia di hadapa-Nya. Persis seperti yang tertera dalam penggalan ayat Al-Qur’an: Inna akramakum indallah atqakum. Sesungguhnya yang paling bertakwa di antara kamu adalah yang paling mulia di sisi Allah. (QS. al-Hujurat: 13). Bahkan, saking terbukanya terhadap perbedaan, Allah menyebutkan dalam ayat yang lain: Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. (QS. al-Baqarah: 256).

Membatasi masjid untuk kelompok tertentu tidaklah benar dalam Islam. Biasanya masjid yang dikudeta kelompok ini cenderung tertutup secara pemikiran. Kelompok ini kerap kali kita sebut sebagai kelompok radikalis. Karena, kelompok ini hanya membenarkan pemikirannya sendiri dan menyesatkan, bahkan mengkafirkan pemikiran orang lain.

BACA JUGA  Memaknai Mudik pada Tahun Ini

Kelompok yang mengkudeta masjid biasanya menyampaikan dakwah yang ekstrem kepada jamaahnya. Dakwah ini sesungguhnya bukan mengajak orang untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, malahan sebaliknya menjauhkan diri dari Tuhan. Dakwah kelompok ini bersifat provokatif, sehingga mampu memacu andrenalin jamaah untuk melakukan aksi-aksi ekstremis. Semisal, demonstrasi, bahkan yang lebih tragis adalah terorisme.

Kelompok ini sudah menyalahi fungsi masjid yang sebenarnya. Mereka menggunakan masjid untuk memprovokasi jamaah agar melakukan tindakan yang tidak terpuji. Perilaku kelompok ini jelas tidaklah benar menurut Islam. Islam tidak pernah mengajarkan tindakan provokatif kepada pemeluknya. Islam adalah agama yang terbuka terhadap semua keyakinan. Bahkan, saking terbukanya Nabi Muhammad, pembawa ajaran Islam tidak menghina dan menghancurkan tempat ibadah orang non-muslim.

Keterbukaan Islam ini telah mewarnai para pendiri Indonesia. Keterbukaan ini dapat diterjemahkan dengan sikap pluralis yang mampu menerima segala perbedaan yang terbentang luas di negara merah putih ini, mulai perbedaan budaya sampai perbedaan agama. Sikap pluralis ini jelas menentang sikap eksklusif (tertutup) yang dilakukan oleh kelompok radikalis.

Sikap pluralis yang biasanya diwakili oleh organisasi NU, Muhammadiyah, dan Syiah di Indonesia menyampaikan pesan dakwah di masjid tidak melenceng dari fungsi masjid. Kelompok pluralis ini selalu menebar perdamaian di dalam masjid, sehingga jamaah semakin dekat kepada Allah. Jamaah tidak pernah mempersoalkan perbedaan yang terbentang di pelosok Indonesia.

Sebagai penutup, masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad adalah warisan yang paling berharga. Jagalah masjid ini dengan cara digunakan sesuai fungsinya: menyampaikan pesan-pesan ketuhanan dan kemanusiaan secara terbuka. Penting direfleksikan petuah yang disampakan oleh Gus Yaqut: Masjid merupakan sarana terpenting dalam upaya kita merawat moral dan mentalitas masyarakat yang bertakwa sejalan dengan misi kerisalahan Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi alam semesta.[] Shallallah ala Muhhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru