29.7 C
Jakarta

Mengaku Sebagai Jubir HTI di Channel HT Internasional, Ismail Yusanto Nantang?

Artikel Trending

Milenial IslamMengaku Sebagai Jubir HTI di Channel HT Internasional, Ismail Yusanto Nantang?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Pada Sabtu, 29 Rajab 1442 H, atau 13 Maret 2021, dalam momen peringatan seabad hancurnya Daulah al-Khilafah, Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah, Amir Hizbut Tahrir (HT) Internasional berpidato, mengimbau kepada umat Islam umumnya, dan khususnya kepada para pengemban dakwah, untuk mengembalikan al-Khilafah ar-Rasyidah, yakni Khilafah ala HT. Kamis (13/5) kemarin, bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri, Ismail Yusanto pun lalu kembali terang-terangan mengaku sebagai sebagai jubirnya.

Hipokrisi Ismail Yusanto; satu sisi ia menyembunyikan statusnya sebagai kaki-tangan Amir HT Internasional di Indonesia, tetapi di sisi lainnya ia menegaskan tetap akan memperjuangkan khilafah, patut diacungi jempol terbalik atau bahkan jari tengah. Dalam setiap forum diskusi, ia selalu melabeli dirinya sebagai ‘ulama’, ‘cendekiawan’, ‘tokoh Muslim’, dll. Tetapi di forum internasional, ia berani menampakkan identitas aslinya sebagai Jubir HTI.

Acara kemarin, yang ditayangkan secara streaming di YouTube ‘ALWaqiyahTV’, merupakan respons atas polemik di Masjid Al-Aqsha, antara Israel dan Palestina. Para Jubir HT di seluruh dunia menyeru Muslim di negara masing-masing agar tidak diam melihat—dalam bahasa mereka—penindasan atas umat Islam. mereka menyerukan gotong-royong melawan zionis dan menegur umat Islam yang dianggapnya diam melihat kezaliman zionis Israel.

Wahai pasukan umat Islam! Tidak adakah di antara kalian orang yang cerdas? Al-Quds dan seluruh Palestina sedang dibakar zionis Yahudi dan kalian diam saja?,” ujar sang pembawa acara. Kalimat “Tidak adakah di antara kalian orang yang cerdas?” terus diulang-ulang, agar kita semua sebagai Muslim terprovokasi ke dalam tujuan politik mereka: mendirikan khilafah. Surah an-Nur [24]: 55 juga dikutip beberapa kali untuk menguatkan narasi mereka.

Mejengnya Ismail Yusanto dalam konferensi daring bersama segerombolan Jubir HT di berbagai negara semakin menerangkan agenda licik HTI. Salah fatal jika jika kita menganggap mereka telah mati. Apakah Ismail Yusanto sengaja menantang semua pihak di Indonesia, termasuk menantang pemerintah? Apakah ia hendak memamerkan diri bahwa gerakannya masih bebas bahkan tidak terbendung?

Ismail Yusanto dan Kelicikannya

Boleh jadi di antara kita ada yang bertanya: apa salahnya mengaku Jubir HTI? Jawabannya adalah: sangat ber(ma)salah. Ketika Ismail Yusanto mengaku sebagai juru bicara, maka ia secara pasti adalah misionaris HT di Indonesia, yang sampai kapan pun, dengan rintangan apa pun, akan memperjuangkan khilafah ala HTI, yang dalam bahasa Yusanto disebut ‘dakwah yang telah ditetapkan’. Ada kontinuitas propaganda dan indoktrinasi, sekalipun HTI merupakan ormas terlarang.

Memang, narasi khilafah tidak akan bisa diberangus secara total, karena ia merupakan ideologi. Menggembosi ideologi merupakan kerja yang sulit, bahkan mustahil. Namun gagasan Khilafah Rasyidah yang diusung HT Internasional tidak bisa dinarasikan untuk Indonesia. Jika Ismail Yusanto tetap kukuh jadi kaki-tangan HT, maka artinya ia menentang sistem pemerintahan kita yang sah. Karena itu, ia wajib dijebloskan ke penjara sebagai langkah preventif melindungi negara kita.

BACA JUGA  Recap 2023: Terorisme Menurun, Apa Lagi yang Harus Ditakutkan?

Kemunafikan Ismail Yusanto, yakni ketidaksamaan pengakuannya antara di depan publik Indonesia dengan publik internasional tidak saja merupakan taktiknya berkilah lidah, melainkan penantangan kepada Indonesia secara keseluruhan. Ia berdakwah dan loyal pada Amir HT, mendoakan kesehatan dan kemulusan perjuangannya, dan mengaku akan tetap berdakwah. Sementara, larangan dakwah HTI dan penyebarannya tidak pernah ia gubris—YouTube mereka terus memprovokasi umat.

Silat lidah Ismail Yusanto menjadi senjata agar ia aman dari jeratan pemerintah. Ia seolah kebal hukum dan tidak bersalah pada negara, sedangkan aslinya tengah mengeroposkan negara itu sendiri. Kerja tersebut, yang ia sinyalir dakwah, adalah propaganda internasional, yang boleh jadi operasionalnya juga diakomodasi. Ini menarik untuk ditindaklanjuti: apakah eksistensi ideologi HTI, melalui militansi Ismail Yusanto, mendapat dukungan finanasial dari organisasi induknya.

Bagaimana dengan kasus Palestina? Ada bias dalam acara kemarin, karena sebenarnya itu cita-cita personal Abu ar-Rasytah selaku Amir HT. Pengakuan Ismail Yusanto sebagai Jubir HTI tidak lain demi mendapat pujian darinya. Faktanya, di hadapan seluruh rakyat Indonesia, Yusanto memakai baju lain yaitu ‘cendekiawan Muslim’. Lumayan licik, bukan?

Utopia Negeri Khilafah

Pertanyaan bagus yang perlu diajukan adalah, siapa Abu ar-Rasytah dan kenapa di tangannya banyak orang dari berbagai dunia loyal sekalipun di negaranya sendiri dilarang? Indonesia bukan satu-satunya negara yang melarang HT, dan Ismail Yusanto bukan satu-satunya orang yang mempunyai dua wajah: di publik nasional dan publik internasional. Jubir HT Malaysia, dalam video kemarin, juga memberikan pernyataan sikap. Padahal, di Malaysia, HT sangat terlarang.

Untuk menjawab keheranan tersebut, kita perlu memahami sejarahnya. Sebagaimana diketahui, Abu ar-Rasytah merupakan Amir HT ketiga setelah Taqiyuddin an-Nabhani dan Abdul Qadim Zallum. Mereka adalah tiga orang amir yang di tangan mereka, kata pengikutnya, Allah telah dan akan menyempurnakan tiga perkara dalam tiga periode: periode pendirian dan pembentukan kelompok politik; periode aktivasi dan pengumuman; dan periode meraih kemenangan.

Abu ar-Rasytah ada di era terakhir: periode meraih kemenangan. Keyakinan tersebut menguat, bahkan dalam diri Ismail Yusanto. Maka tidak heran ketika loyalitasnya sangat tinggi, yaitu mereka mendapat justifikasi politis dan ideologis. Kemarin juga semarak tentang tegaknya khilafah tahun 2024, dan keyakinan tersebut semakin menghilangkan akal sehat mereka. Utopia negara khilafah sangat digandrungi para anggota HT, apalagi jubirnya, yang memang ingin berkuasa.

Karenanya, menyikapi pengakuan Ismail Yusanto sebagai Jubir HTI dalam acara kemarin, sementara HTI sudah terlarang, perlu ada pemeriksaan lebih lanjut apa saja yang ia dan segerombolannya di Indonesia telah lakukan. Intinya: mereka tidak mati. Maka harus ada penyelidikan lanjut, dakwah khilafah dengan cara apa yang telah Ismail Yusanto sisipkan tanpa kita ketahui. Yayasan pendidikan, misalnya, harus diselidiki. Kalau bukan karena kesuksesan gerakan, Ismail Yusanto tidak akan berani menantang, bukan?

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru