28 C
Jakarta
Array

Menelisik Kejahatan Berjubah Agama

Artikel Trending

Menelisik Kejahatan Berjubah Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Agama Islam menjadi ajaran yang paling banyak diikuti oleh masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi payung yang mempertahankan keutuhan negara secara kultural. Ada oknum yang sengaja ingin menciptakan perpecahan di negeri ini. Mereka menggunakan agama sebagai alat untuk mengadu-domba antar etnis di tanah air. Gerakan teroristik sudah mencul secara transparan, mereka mengelola kekerasan sebagai ‘tontonan’ bagi masyarakat Indonesia lewat media.

Terorisme selalu identik dengan kekacauan dan menimbulkan setigma negatif bagi masyarakat. Permasalahannya adalah gerakan-gerakan kejahatan tersebut mengatasnamakan islam sebagai identitas yang diperlihatkan melalui simbol, salah satunya bendera yang tertulis kalimat tauhid,  dengan percaya diri mereka berteriak kalimat tauhid dan menyuarakan takbir saat berbuat tindakan yang tidak manusiawai. Sehingga kekerasan yang mereka gencarkan terus dilakukan tanpa merasa bersalah, yang ada justru kebanggaan bagi mereka jika berhasil melakukan teror kepada orang lain.

Lebih tidak masuk akal sehat lagi ialah, ketika sukses membuat kekacauan dan menimbulkan kecemasan bagi warga, disaat itu pula kelompok radikalisme yang membawa nama islam  ini merasakan kepuasan dalam dirinya, kondisi ini sangat jelas tidak mencerminkan agama islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammas SAW. Namun, kenyataan yang terjadi saat ini banyak golongan yang terhimpun dalam organisasi yang berlabel islam dan menyuarakan ‘jihad’ dengan bertindak kasar. Secara tidak langsung banyak anggapan buruk bagi islam yang keluar dari pikiran orang-orang nonmuslim atas gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme yang terjadi.

Aktivitas pengrusakan ini selalu terorganisir dalam sistem satu komando yang terlatih. Mereka memiliki organisasi, jaringan, dan kepentingan dalam setiap tindakannya. Respon kemarahan dari masyarakat merupakan yang ditunggu-tunggu, ketika korban berjatuhan membuat mereka dipuja karena dinilai misi telah sukses. Diluar indonesia organisasi ISIS dan Al-Qaeda sudah sangat jelas menjadi isu internasional yang diwaspadai dunia. Stigma negatif kepada islam semakin marak bermuculan di media sampai masuk kedalam pikiran masyarakat dunia karena kekerasan yang dilakukan.

Saat ini mulai terasa gerakan kekerasan yang membawa nama islam di indonesia, mereka berteriak kalimat takbir sambil sweeping lingkungan sekitar, mereka bilang bela agama tanpa akal sadar dengan bentuk keras, sangat tidak sesuai dengan ajaran Rosulullah SAW. Golongan itu kini merasa paling islam, mereka klaim kelompok merekalah yang paling benar dan paling ahli dalam memahami ajaran nabi. Dengan percaya diri menyalahkan ajaran dari kelompok lain yang tidak sepaham dengannya, sampai berani menyesatkan dan mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan mereka.

Motif kampanye melawan kemaksiatan, menghujat pemerintahan yang mereka nilai secara sepihak dengan kata-kata kasar layaknya preman bersorban, sekedar untuk pembenaran tindak kekerasan. Jika aneka tindakan rasis, kasar dan tanpa moral seperti itu yang selalu dimunculkan dengan mengatasnamakan islam, bagaimana orang lain yang diluar islam akan mendapat hidayah, agar bisa terbuka hatinya untuk memeluk agama islam jika perspektif masyarakat nonmuslim menganggap islam agama yang keras, kasar dan senang bertindak diluar batas manusiawi.

Lantas dimana penerapan Islam Rohmatallil’alamiin, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Jika seorang yang melakukan tindakan radikalisme tidak merasa bersalah, melainkan merasa dirinya sebagai pembela kebenaran atas dasar “amar ma’ruf nahi munkar” lalu menghalalkan segala cara untuk bertindak keras kepada orang yang tidak sepaham dengannya.

Kebersamaan merupakan nilai yang sangat indah dalam keberagamanan di Indonesia. Maka kesendirian atas satu kelompok saja merupakan suatu kesunyian yang tidak sesuai dengan kondisi di negeri ini. Karena sejak dulu, bangsa ini dibangun oleh berbagai kalangan dengan perbedaan suku dan agama. Sebagai agama mayoritas, umat islam seharusnya melindungi dan memberikan rasa aman untuk umat agama lain. Bukan justru mencerminkan prilaku yang buruk, apalagi sampai menyalahgunakan atribut dan simbol-simbol islam.

*Oleh: Febi Akbar Rizki, mahasiswa Universitas Islam Malang.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru