29.5 C
Jakarta

Menegaskan Kembali Konflik Israel-Palestina Bukanlah Konflik Agama

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenegaskan Kembali Konflik Israel-Palestina Bukanlah Konflik Agama
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Isu Israel-Palestina belum menemukan titik penyelesaian sampai sekarang. Isu ini terus bergulir hingga beberapa orang menggunakan isu ini dengan berlindung di balik agama. Apakah ini dapat dibenarkan jika konflik Israel dan Palestina murni karena agama? Ataukah konflik ini lebih kepada kepentingan politik semata?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya tiba-tiba teringat dengan demonstran yang berteriak-teriak untuk kemerdekaan Palestina. Dukungan mereka terhadap kemerdekaan Palestina bukanlah sesuatu yang keliru. Namun, cara pandang mereka tentang konflik Israel-Palestina ini yang butuh dipertanyakan.

Yang berbahaya jika cara pandang terhadap konflik Israel-Palestina dikatakan sebagai isu agama. Bahayanya dapat memecah-belah antar umat beragama. Bisa jadi akan ada permusuhan antar umat Islam dengan umat non-muslim. Padahal, di Indonesia sendiri agama bukan hanya Islam, tapi beragam.

Ragam agama di Indonesia tidak bakal berdiri dengan sejajar jika tidak disatukan dengan cara berpikir pluralisme. Pluralisme akan menyadarkan seluruh umat beragama bahwa semua agama memiliki kebenaran sesuai sudut pandang masing-masing. Jadi tidak ada monopoli kebenaran di sana.

Maka, satu-satunya cara agar tidak terjebak dalam kesesatan berpikir dalam menyikapi konflik Israel-Palestina, kita hendaknya memahami histori konflik tersebut. Di sana, kata Quraish Shihab, terdapat kepentingan politik di mana Israel berambisi menguasai Palestina.

BACA JUGA  Penjajahan Baru yang Muncul Akhir-akhir Ini di Indonesia

Untuk menyikapi isu politik tersebut, Tan Malaka menyarankan untuk berpikir materialisme. Materialisme tentu berlawanan dengan agama. Materialisme akan membantu kita berpikir logis dalam menyikapi kemerdekaan Palestina dari kolonialisme Israel. Satu-satunya cara yang paling baik adalah perdamaian. Kedua kubu hendaknya menghentikan konflik dan legowo dengan hak-hak masing-masing.

Jika Israel tetap tidak menghendaki perdamaian, maka kita harus menggunakan cara lain, di antaranya, jihad melawan Israel. Jihad ini tidak melulu berupa perang. Tapi, jihad ini bisa berupa kritik lewat tulisan yang menyadarkan Israel bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini keliru. Mereka harus menghentikannya.

Selebihnya, kita hendaknya memasrahkan kepada Tuhan. Karena, Dia yang punya kuasa untuk memberikan hidayah kepada hamba-Nya. Tentu sikap pasrah ini dapat dilakukan jika kita sudah berusaha sekuat tenaga. Tan Malaka menekankan pentingnya doa di sini setelah kita berpikir materialisme serta dibarengi tindakan yang nyata.

Sebagai penutup, kesadaran bahwa konflik Israel-Palestina bukanlah konflik agama, tapi politik, penting ditanamkan dalam benak kita. Agar kita tidak terjebak dalam kebencian yang salah dan tindakan yang keliru. Pahami kembali sejarah konflik Israel-Palestina yang njelimet disertai pikiran yang terbuka.[] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru