32.8 C
Jakarta

Menebas Ekstremisme dan Terorisme Secara Daring

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMenebas Ekstremisme dan Terorisme Secara Daring
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Kontranarasi Ekstremisme Online Melalui Media Islam Moderat di Indonesia, Penulis: Muh. Fudhail Rahman dkk., ISBN: ISBN 978-623-5679-46-4, Tebal: 14 x 21 cm, xiv + 201 halaman, Peresensi: Bagis Syarof.

Harakatuna.com – Cara-cara lama dalam menyebarkan propaganda ekstremisme di Indonesia adalah dengan mengisi kajian-kajian Islam di masyarakat. Kajian tersebut diisi oleh narasi yang menyesatkan, narasi yang bermuatan ekstremisme dan radikalisme. Mereka memberikan paparan sedemikian rupa seolah apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak dan tidak boleh ada penentangan terhadapnya.

Sekarang, cara-cara tersebut sudah jarang digunakan oleh penyebar propaganda ekstemisme. Mereka sudah memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memuluskan rencananya dalam menyebarkan paham ekstrem. Cara baru tersebut adalah menggunakan media sosial, yakni dunia daring, yang tentunya mencakup lebih luas target, tidak menghabiskan banyak biasa, dan tentunya sangat efisien.

Penggunaan media daring sebagai tempat menyebarkan propaganda dapat dimanfaatkan untuk menyembunyikan pelaku penyebaran konten ekstremisme. Lazimnya mereka menggunakan akun yang tidak mempunyai identitas jelas. Sehingga hal tersebut menyulitkan untuk mengindentifikasi siapa penyebar ekstremisme tersebut.

Propaganda ekstremisme daring tidak mungkin dilaksanakan oleh satu orang saja. Pasalnya mereka dapat menampilkan trending sesuai dengan tema yang mereka angkat. Kalau di X, setiap hari ada daftar trending topic yang banyak dibicarakan pengguna pada hari tersebut. Ketika kelompok ekstrem bergerak, maka yang mereka bicarakan bersama akan menjadi trending di platform tersebut dan potensial dibaca oleh lebih besar pengguna.

Algoritma pun berpengaruh bagi para penggerak ekstremis. Algoritma media sosial saat ini menggunakan act of interest. Pengguna media sosial yang mengakses atau melihat konten, kemudian memberikan like, comment, dan share terhadap konten tersebut akan diambil datanya oleh algoritma sebagai acuan untuk menampilkan konten-konten selanjutnya. Hal tersebut akan semakin memudahkan penyebar ekstremisme untuk melancarkan aksinya.

Pada tahun 2020 lalu, misalnya, berdasarkan riset dari Global Terrorism Index (GTI), Indonesia merupakan negara paling terdampak terorisme. Dalam laporan tersebut, Indonesia mendapatkan skor sebesar 4,629. Untuk skala global, Indonesia bertengger di peringkat 37. Dalam laporan riset tersebut, GTI mencatat faktor ekstremisme agama menjadi pendorong utama pelbagai serangan teroris di beberapa negara dunia, terutama di Asia seperti Pakistan, India, Indonesia, dan Filipina (hlm. 103).

Data tersebut membuktikan bahwa pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak boleh tinggal diam terhadap masifnya penyebaran ekstremisme di media sosial. Dalam buku ini bahwa untuk mengcounter penyebaran ekstremisme adalah dengan membuat media tandingan dengan narasi perdamaian, kerukunan, toleransi, dan lain-lain.

Dalam buku tersebut, ada  banyak media yang sudah melakukan kampanye kontra-narasi terhadap ekstremisme secara daring. Misalnya, ada website yang  menggarap program “Jihad Digital Melawan Radikalisme”, yang menargetkan untuk membuat 100 tulisan, 50 video, 50 infografis yang berisi tentang kontra-ekstemisme. Bahkan, sampai terkumpul sebanyak 202 artikel, melebihi target yang sudah dibuat (hal. 148).

BACA JUGA  Menguliti Ayat Jihad serta Kontradiksinya terhadap Terorisme

Seperti kita tahu, harakatuna.com, dalam hal ini, adalah media yang konsisten dalam melakukan kontra-narasi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme secara daring. Media-media kontra-ekstremisme laik kita dukung bersama. Karena hal tersebut bertujuan untuk melindungi beberapa hal negatif yang terjadi apabila ekstremisme terus dibiarkan berkembang di Indonesia.

Dampak Negatif Ekstremisme Daring

Ada beberapa hal. Pertama, semakin banyaknya orang yang terpapar ekstremisme. Setiap orang dapat diradikalisasi secara daring, melalui konsumsi konten-konten propaganda ekstremisme. Tidak menutup kemungkinan, orang terdekat kita terpapar paham radikal atau ekstrem. Oleh karena itu, semakin banyak orang yang terpapar, semakin banyak mereka mempunyai pasukan untuk merekrut lebih banyak orang lagi.

Kedua, gangguan terhadap stabilitas nasional. Seperti kita tahu, tujuan ekstremisme adalah untuk merongrong persatuan dan mengganggu stabilitas nasional. Narasi ekstrem akan membuat orang-orang yang terpapar untuk melakukan aksi teror, melakukan kekerasan, persekusi, dan lain-lain. Hal tersebut dapat mengganggu persatuan dan kesatuan, juga stabilitas nasional.

Ketiga, menimbulkan ketakutan dan kebingungan di masyarakat. Penyebaran narasi ekstremisme tidak hanya dapat menimbulkan orang untuk melakukan aksi ekstrem, tetapi juga menimbulkan ketakutan dan kebingungan bagi masyarakat umum. Narasi ekstremisme berisi tentang dalil agama yang digunakan untuk memengaruhi masyarakat agar berbuat ekstrem. Hal tersebut seakan yang dinarasikan adalah kebenaran.

Kemudian, narasi lain biasanya akan berisi ancaman-ancaman bagi orang yang tidak melaksanakan ajaran ekstremisme, atau tidak mengikuti ajaran ekstremisme. Mereka memunculkan narasi dalil-dalil agama yang berisi ancaman bagi setiap individu yang tidak melaksanakan aksi ekstrem. Oleh karena itu, dapat menimbulkan ketakutan di masyarakat. Itulah mengapa, sesuai dalam buku ini, narasi ekstremisme harus ditebas hingga habis total.

Secara keseluruhan, buku ini mengajak pembaca untuk sadar akan bahayanya ancaman ekstremisme yang semakin gencar menyebar di media sosial. Penyebaran tersebut kalau dibiarkan, akan semakin banyak yang terpengaruh, dan merongrong keutuhan bangsa. Memang sudah ada beberapa media yang secara khusus berisi konten menentang intoleransi, ekstremisme, dan terorisme, seperti harakatuna.com.

Hemat penulis, membaca buku ini menunjukkan bahwa tidak hanya media seperti disebutkan di atas yang harus bergerak menebas ekstremisme dan terorisme secara daring. Lebih dari itu, kontra-narasi ekstremisme harus juga menjadi tugas moral individual, dalam media sosial setiap orang. Intinya, mari gerakkan kontra-narasi dalam berbagai platform yang ada, baik itu X, Instagram, Facebook, TikTok, dan lainnya. Ekstremisme dan terorisme harus ditebas hingga ke akar-akarnya.

Bagis Syarof, S.H
Bagis Syarof, S.H
Alumni Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru