32.4 C
Jakarta

Menebar Ukhuwah dan Muhasabah

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenebar Ukhuwah dan Muhasabah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Waktu itu tidak pernah berhenti, terus berotasi sesuai dengan kodrat-Nya dan sang khalifahpun silih berganti mewarnai dunia ini sebagai insan sosial dengan berinteraksi satu sama lainnya.  Tanpa terasa kita sekarang telah berada diawal masa tahun yang berbeda dengan sebelumnya. Kita dituntut untuk meraih hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini. Tentunya itulah insan yang beruntung, termasuk kitakah?

Prosesi interaksi dilakoni dengan berbagai jenjang. Agama menganjurkan kita untuk berteman dengan orang baik dan dilarang berkawan dengan orang tidak baik (orang jahat perangainya) Tentu saja ini sesuai dengan perumpamaan kawan yang baik dan teman duduk yang jahat perangainya seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Pernyataan ini sesuai dengan sebuah hadits shahih berbunyi:“Permisalan teman yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya, dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu, dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).Baginda Rasulullah Saw menerangkan bahwa sahabat dapat memberikan pengaruh positif atau negatif, sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya. Beliau menamsilkam (menyerupakan) sahabat  yang baik dengan penjual minyak wangi, engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits diatas. Disinilah perannya intropespeksi diri atau dalam bahasa agama dikenal dengan muhasabah.

Kata Muhasabah berasal dari akar kata hasiba yahsabu hisab, yang artinya secara etimologis adalah melakukan perhitungan. Dalam terminologi syari, makna definisi pengertian muhasabah adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya. Baik hal tersebut adalah bersifat vertikal, hubungan manusia hamba dengan Allah. Maupun secara hubungan horisontal, yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia yang lainnya dalam kehidupan sosial.
Para ulama juga memberikan perhatian serius tentang muha­sabah. Menurut Imam Al-Ghazali, bahwa Allah Swt selalu memper­hatikan setiap hamba-Nya dan kelak akan mengadili, menimbang dan menghisab setiap amal terma­suk kedipin mata dan getaran hati. Manusia tidak akan selamat dari pertanggungjawaban kecuali de­ngan bermuhasabah. Jika di dunia ini selalu bermuhasabah maka di akhirat akan ringan dalam mengha­dapi pertanggungjawaban.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyr (59):18). Penjelasan diatas juga di perkuat dalam sebuah hadist yang berasal dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi).
Muhasabah akan mewariskan nilai tambah dalam berpikir (basirah), kecerdikan, dan mendi­dik untuk mengambil keputusan yang lebih cepat dan tepat. Selain itu, Muhasabah mampu memper­luas pengetahuan dan itu semua didasarkan pada kemampuan hati untuk mengontrol setiap keputusan ataupun kebijakan yang diambil.
Di antara hikmah Mubahasah, yaitu:Pertama,  Selalu berada dalam Hidayah. Ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Baidhawi  dalam tafsirnya bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin mengoreksi amalan-amalan yang telah ia lakukan. (Tafsir Al-Baidhawi, 1:131-132). Kedua, Mampu Mengobati Qabu. Seseoang yang menghadirkan dirinya untuk mubahasah tentunya qalbu (hati)nya akan selalu mendapatkan nur ilahi. Terlebih seorang qabu (hati) yang sakit tidaklah mungkin hilang dan sembuh melainkan dengan muhasabah diri. Ketiga, Menumbuhkan Sikap Tawadhu, seseorang berusaha setiap waktu dan kesempatan untuk bermuhasabah. Ini dilakukan dengan selalu menganggap diri penuh kekurangan dan tidak tertipu dengan amal yang telah dilakukan.Tentu saja dengan sendirinya akan membuat dirinya tidak takabbur (sombong). Ini seperti yang di lakukan oleh Muhammad bin Wasi’, ia berkata: “Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs, : 37.)

BACA JUGA  Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Keempat, Tidak Membuang Waktu. Muhasabah yang dilakoni oleh seseorang akan memanfaatkan waktu dengan baik.  Fenomena ini seperti digambarkan
oleh Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang Al-Faqih Salim bin Ayyub Ar-Razi bahwa ia terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap nafasnya. Ia tidak pernah membiarkan waktu. (Tabyin Kadzbi Al-Muftari : 263)

Secangkir Kopi Ukhuwah

Persahabatan didunia ini terutama Aceh bahkan Indonesia tidak terlepas dari duduk kopi bareng (kopdar) atau juga sering disebut ngopi bareng. Bahkan dalam agama kopi sangat bernilai dalam dimensi pahala. Hal ini sebagaimana dipaparkan oleh salah seorang ulama ternama Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili. Secangkir kopi dalam kopi bareng itu merupakan media pemersatu sekaligus penjalin kerukunan. Karena dalam ngopi bareng, terwujudlah perbincangan, berkelakar hingga gojlok-menggojlok alias saling ledek. Pokoknya, kalau punya jamaah halaqah qahwah, nanti pas sudah pulang pasti deh kangen kebersamaan itu.

Dalam “ritual” kopi bareng, tentu tak boleh sembarangan celegak-celeguk minum banyak. Karena hanya secangkir, minumnya pun harus sedikit-sedikit sembari ngobrol. Kalau ada yang minumnya agak banyak, ya digojloki dengan komentar, “Kalau haus, jangan minum kopi, Kang.”Fenomena kopdar itu bukan hanya di kalangan masyarakat namu ada juga momen seru dalam secangkir kopi ala santri. Ini biasanya hanya untuk ngopi dalam rangka lobi. Hanya berdua atau bertiga bersama kalangan santri yang dianggap lebih senior. Acara kopi bareng dengan senior, bisa menjadi kesempatan yang diciptakan untuk berbagi permasalahan diri maupun umum untuk mencari solusi. Kepala asrama dengan kepala komplek, ketua kamar dengan kepala asrama, bahkan siswa dengan mustahiqnya bisa ngobrol dan curhat dengan menyertakan kopi, termasuk yang putus cinta, korban haba mameh hingga merajut kembali perjuangan sang jomblowan.

Beranjak dari itu memang kopi sosok pemersatu dan meraut yang hilang atau dalam bahasa kerennya Kopi itu Kompak, persahabatan dan sehati (KOPI). Marilah diawal masa tahun yang baru ini, kita terus introspeksi diri, muhasabah dan menebarkan senyuman kebaikan dan ukhuwah serta menjauhkan diri dari saling mencela menggapai hari esok yang lebih baik dan berkah. Semoga

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi, M. Pd, Penggiat literasi asal Dayah MUDI Samalanga dan Dosen IAIA Samalanga juga Ketua PC Ansor Pidie Jaya

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru