29.7 C
Jakarta

Mendialogkan Kembali Ketuhanan Sebagai Jalan Islam Moderat

Artikel Trending

KhazanahOpiniMendialogkan Kembali Ketuhanan Sebagai Jalan Islam Moderat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saat ini, kita sering mendengar dan menyaksikan adanya ajaran yang menghilangkan esensi Islam dengan menyebarkan doktrin buta, sehingga banyak generasi-generasi baru yang tumbuh dengan tidak mengembangkan potensi alat pemikirannya dan berkutik pada taklid buta semata. Ajaran ini dilontarkan oleh suatu kelompok yang memiliki visi mengembalikan Islam seperti dulu. Adanya ajaran ini berimplikasi buruk pada generasi baru, artinya kelompok ini dengan sengaja melahirkan atau mencetak generasi yang buta akan kelogisan berfikir dan hanya memfokuskan pada teks-teks agama. Bukan hanya itu saja, pada tahap sosial budayanya, generasi yang seperti ini akan menjadikan agama bersifat kaku, artinya tidak berkembang dan tidak solutif, melainkan menjadi problem bagi siapapun yang terkait.

Dalam fakta sosialnya, adanya kelompok yang melakukan penyesatan bahkan pengkafiran kepada sesama muslim hanya berlandaskan pada kebenaran pemahaman kelompoknya. Seakan-akan kebenaran mutlak hanyalah milik kelompoknya dan yang tidak sama digolongkan dalam sesat, kafir, bahkan penghuni neraka, sehingga halal darahnya. Sehingga, dari polemik tersebut memberikan dampak negatif terhadap citra Islam yang kasih sayang seperti teror dan sumber permasalahan.

Islam yang disebarkan oleh kelompok ini merupakan agama yang kaku dan keras. Segala perbedaan ditanggapi dengan urat, hukum kelompoknya, kebebasan kelompoknya, sehingga tidak ada celah untuk mengharagai keberagamaan seorang muslim dengan cara yang berbeda. Hal ini menjadikan setiap perbedaan adalah konflik, segala perselisihan adalah permasalahan, dan segala sudut pandang adalah bencana. Sehingga, esensi agama yang sebagai rahmat menjadi hancur dan tak berfungsi. Hal ini menggambarkan adanya kegagalan dalam pemahaman terkait ketauhidan oleh kelompok ini, karena di dalam tauhid ada perbedaan antara Tuhan dan makhluk, sehingga tidak ada yang sama dengan Tuhan.

Islam dan Tauhid

Tauhid merupakan salah satu ilmu yang diwajibkan oleh Islam untuk dipelajari setiap Muslim yang sudah terkena beban atau mukallaf. Hal ini di sandarkan pada esensinya yang begitu penting, yakni sebagai dasar dan pokok yang memiliki fungsi sebagai landasan bangunan Islam. Sehingga, di dalamnya sangat serat dengan ketundukan seorang Muslim kepada Allah Swt.

Seorang Muslim diwajibkan mengetahui sekaligus memahami makna tunduk kepada Allah yakni dengan mempelajari ilmu tauhid dengan benar. Ilmu tauhid merupakan suatu ilmu yang di dalamnya mengkhususkan pembelajaran pada fokus ketuhanan. Hal tersebut merupakan suatu keharusan bagi seorang Muslim untuk menemukan ketunggalan Allah sebagai Pencipta, mengingat dalam rukun Islam yang menjadi bagian awal seorang yang terkena beban beragama ialah memahami dengan benar makan dua kalimat syahadat.

Adapun isi dari dua kalimat syahadat ialah penyaksian seorang hamba atas keberadaan Allah yang memiliki sifat Esa sekaligus Muhammad Saw. sebagai utusan pembawa risalah Islam. Penyaksian seorang hamba bukanlah hasil dari ucapan seorang ulama yang kemudian diikuti tanpa pemahaman dan bukti yang ditemukan atau dalam istilah lain taklid, melainkan hasil dari penemuan otodidak dengan nalar kritis atas ke-Esaan Allah dengan disertai dalil pembuktian berupa argumen yang kuat.

BACA JUGA  Ini Alasan Logis Kenapa Nasionalisme Itu Wajib

Dalam hal ini, seorang muslim harus memaksimalkan nalar logisnya dalam mempelajari dan memahami agamanya di bidang tauhid. Adapun penyaksian atas Muhammad Saw sebagai rasul yang menerima tugas untuk menyampaikan risalah , baik berupa keimanan, keislaman, dan keihsanan. Sehingga, seorang muslim dituntut untuk memahami makna dari dua kalimat syahadat dengan menngunakan nalar logisnya serta dengan menyelaraskan kitab suci al-Qur’an.

Seorang muslim yang telah memahami tauhid dengan benar, mereka akan menemukan bahwa kebenaran yang mutlak hanya dimiliki oleh Allah sebagai hak kuasa-Nya. Selain itu, juga menanamkan sikap Islam rahmatan lil alamiin dengan kesadaran penuh dan logis. Sehingga, dari hal ini tumbuhlah para pendakwah dengan membawa sekaligus mengenalkan wajah agama yang dibawa Nabi yakni yang menjadi rahmat bagi siapapun dan menyebarkan ajarannya dengan penuh kedamaian dan menjadi solusi bagi setiap perkara. Sehinga, ada ruang yang diisi oleh kebijaksanaan dalam pemahaman terkait tauhid, lazimnya hal tersebut dikenal dengan moderasi.

Moderasi Islam merupakan suatu paradigma yang berupaya berada di antara dua pandangan atau sikap yang berlawanan, sehingga tidak terpengaruh oleh salah satunya dan kemudian berlebihan kepada salah satu diantara dua, atau dalam kata lain memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini pemahaman terkait dengan moderasi Islam bisa dimudahkan dengan pengertian yang sederhana yakni sikap atau paradigma yang mengambil jalan tengah.

Dalam al-Qur’an disebutkan terkait dengan moderasi yang dijadikan salah satu karakter agama yang dibawa Nabi. Hal ini tidak bisa dilepas dari berbagai persoalan yang Islam anjurkan untuk bersikap moderat, sehingga segala persoalan tidak semakin kacau akan tetapi makin jelas titik tengahnya yang solutif. Hal tersebut sesuai dengan persepsi Islam yang di dalamnya berisi risalah-risalah yang mengajak umat muslim untuk moderat dalam berpandangan dan bersikap.

Agama bawaan Nabi mengajarkan umatnya untuk memahami karakter Islam yang bersifat menyeluruh dan dinamis, maksudnya yaitu meskipun dalam perkembangan zaman terdapat berbagai persoalan yang baru dan semakin maju, Islam tidak menghindarinya melainkan bertahan dan menjawabi persoalan-persoalan. Hal ini juga merupakan bentuk sifat dinamis agama yang mampu menghadapi tantangan zaman.

Pemahaman terkait Islam tidak bisa dilepas dengan eksistensi dua kalimat syahadat. Hal ini dikarenakan di dalam dua kalimat syahadat terdapat makna terselubung yang mendasari bangunan agama. Pemahaman dua kalimat Syahadat merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan memahami karakter Islam. Sehingga, dari pemahaman tersebut akan lahir generasi baru yang memahami Islam dengan keilmuan tauhid dan menemukan keagamaan yang tidak bersifat kaku melainkan dinamis dengan keramahan dan kesantunan ajarannya.

M. Khusnun Niam
M. Khusnun Niam
Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru