33.2 C
Jakarta

Menanti Hijrahnya Aktivis Khilafah

Artikel Trending

Milenial IslamMenanti Hijrahnya Aktivis Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Semangat kelompok Hizbut Tahrir terhadap ideologi khilafah Islamiyah dan formalisasi syariat tak dapat diragukan lagi. Visi-misinya yang tak mampu terwujud di pelbagai negara, terutama di Indonesia. tampak membuat kelompok mereka tidak bertahan lama hidup di negara Pancasila.

Khilafah tidak hanya dinilai sebagai keyakinan struktural oleh sebagian aktivis Hisbut Tahrir. Namun, konsep tersebut dinilai sebagai keyakinan ideologi yang bakal menjadi pengganti dari ideologi Pancasila. Lalu, bagaimana respon kita terhadap persoalan hubungan agama dan negara?

Hubungan agama dan negara sebenarnya mampu memperkuat sistem dan dasar negara yang belakang ini banyak muncul respon-respon kontradiktif dari kelompok khilafatisme. Khilafatisme merupakan paham tentang bagaimana meletakkan sebuah konsep kepemimpinan berdasarkan syariat Islam.

Kelompok yang mengikuti narasi khilafah memiliki diterminan sosial dan agama. Eks HTI, adalah organisasi masyarakat yang berupa mencari penguasaan atas kekuasaan. Semata-mata politik adalah misi tunggal para aktivis khilafah dengan cara mempolitisasi agama sebagai dalil dan legitimasi kebenaran.

Kata thaghut pun sering keluar dari mulut para aktivis khilafah. Bahkan penkafiran itu terjadi di wilayah persaudaraan umat Islam, sungguh pemikiran radikal memang tak mudah kita tangkal. Sehingga ideologi yang mempengaruhinya sangat cepat seperti mudahnya membolak-balikkan telapak tangan.

Hizbut Tahrir di Indonesia tak lepas dari keagungan khilafah yang kerapkali suka menimbulkan masalah. Setiap aktivis khilafah selalu negara Pancasila dinilai bermasalah, konflik apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia? Yaitu konflik agama yang semakin marak karena perbuatan aktivis khilafah

Aksi, dakwah dan gerakan mereka kerapkali penuh ujaran kebencian dan memecah belah. Perlu kita catat masalah-masalah kebangsaan yang hancur dan persaudaraan serta persatuan yang terpecah karena ulah aktivis kelompok khilafah. Kemampuannya hanya merusak yang maslahah.

Potret Aktivis Khilafah

Sepak terjang sejarah munculnya Hizbut Tahrir di pelbagai negara, khususnya di Indonesia. Awal mulanya memimpikan motivasi penegakan khilafah Islamiyah sebagai ideologi yang paling mereka yakini. Sebuah ideologi transnasional, yang cenderung menebar intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme agama.

BACA JUGA  Propaganda Jihad sebagai Jalan Manipulasi Umat Islam

Mimpi kekhilafahannya semakin memperjelas bahwa para aktivis khilafah menjadi bagian dari kelompok jihadis yang memicu munculnya kaum intoleran, ekstremis, dan radikalis. Sumber agama terkesan membuat mereka terjebak atas kebodohannya sendiri dalam memahami agama dengan kompleks.

Padahal, khilafah sebagai ajaran tentang konsep kepemimpinan dalam Islam tak pernah mengajarkan untuk berbuat kekerasan, dan bersikap intoleran. Pun kekerasan kian banyak terbukti pasca ISIS, Jamaah al-Qaeda sebagai sebuah kelompok masyarakat muncul dengan identitas barunya (Islam).

Secara struktur, kedudukan ideologi Hizbut Tahrir, ISIS, dan al-Qaeda memiliki kesamaan bahwa mereka (ktivis khilafah) dibekali ideologi transnasional. Meksipun eks HTI di Indonesia sendiri tak melakukan kekerasan, tetapi menjadi musuh nyata ideologi negara Pancasila.

Konsep jihad setengah dipaksakan untuk berpikir ke arah revolusi ideologi. Pemahaman yang berlebih-lebihan potensi corak pemikirannya bergeser ke ranah intoleran, ekstrem, dan radikal. Persoalan ini, tentu menjadi bahaya laten yang kapan saja mengganggu ketentraman negara Pancasila.

Pemaksaan terhadap pergantian ideologi negara dapat mendorong api perpecahan suatu bangsa. Para pendiri bangsa dengan susah payah dan daya juang yang amat tinggi merebut kemerdekaan, maka dengan langkanya mereka seolah-olah menjadi aktivis yang paling benar dalam beragama dan bernegara.

Ruang Hijrah

Hijrahnya para aktivis khilafah Islamiyah tentu menjadi harapan semua umat beragama untuk kembali ke jalan pemahaman agama yang moderat. Karena itu, mampu merubah tatanan kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, menjadi lebih kondusif, damai, aman dan tentram.

Toh jika dakwah ekstrem dan radikal yang ditampilkan tak mampu memenuhi misi keagamaannya. Paling tidak, pasca eks HTI dibubarkan oleh pemerintah dapat mendorong kesadaran nasionalismenya semakin kuat, terutama dalam cara pandang keagamaan itu sendiri, sebab itu perihal yang amat krusial.

Daulat kuasa dan daulat negara, menjadi cerminan bagi aktivis khilafah. Mereka seharusnya menyadari dan belajar lebih jauh tentang bagaimana perumusan sejarah Pancasila hingga ditetapkan sebagai ideologi dasar dalam bernegara, dan menjadi pedoman semua umat beragama di Indonesia.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru