33.2 C
Jakarta

Menangkal Paham Radikalisme ala TASTAFI

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMenangkal Paham Radikalisme ala TASTAFI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Para alim ulama dan dayah sangat berperan penting menangkal pemikiran dan gerakan radikalisme di lingkungan masyarakat di Provinsi Aceh. Setiap berlangsung majelis ta’lim, zikir dan dakwah selalu dibekali pemahaman tentang Islam yang benar, cara ini tidak langsung ikut mencegah faham radikal dan terorisme di nusantara ini.

,Ddayah yang merupakan lembaga pendidikan Islam di Aceh jauh dari pemahaman radikalisme, malah dayah selama ini aktif mencegah masuknya pemahaman sesat tentang Islam ke Aceh, itu dilakukan melalui majelis ta’lim, zikir dan dakwah

Di dayah, santri diajarkan Tastafi (tasawuf, tauhid dan fiqh), ketiga ilmu ini tentunya akan melahirkan kedamaian dan jauh dari pengaruh hawa nafsu. Dayah merupakan laboratorium memperbaiki segala hal yang tidak baik dan akan melahirkan sosok yang berintegritas secara keilmuan dan akhlakul karimah, jauh dari pemahaman radikal.

Pengaruh pemahaman radikal disebabkan karena tidak memiliki pemahaman dasar agama yang benar, sehingga sangat mudah dipengaruhi dan masuk pemahaman sesat.
Paham radikalisme lahir akibat seseorang yang tidak mempelajari ilmu agama secara utuh dan kaffah. Tidak bisa kita pungkiri bahwa sederet aksi terorisme yang selama ini memang menggunakan simbol umat Islam, namun setelah kita telusuri teroris tersebut memang tidak paham agama, mereka belajar agama secara otodidak dan tidak bersanad” katanya.

Para alim ulama dan dayah di Aceh kerap kali menggelar menyampaikan materi yang berisikan tentang pemahaman radikalisme, terumasuk menyelenggarakan seminar, agar masyarakat di Aceh tidak mudah menerima setiap pemahaman baru yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Tidak hanya dayah yang menjadi corong pemerintah dalam menangkal paham radikalisme, masyarakat secara umum juga memiliki peran penting untuk mencegah hadirnya paham radikalisme di tengah masyarakat. Kegiatan seminar ini salah satu bukti bahwa dayah memiliki komitmen untuk menolak paham radikalisme dan terorisme yang yang mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat.

Menangkal Faham Radikalisme AlaTastafi

Dayah sebagai dunia pendidikan terrua di dunia ini dengan manhaj Aswaja, kita yakin bahwa manhaj Aswaja yang juga menjadi pegangan Tastafi, merupakan sebagai ajaran tawasuth (moderat) antara naqal dan rasionalitas di bidang tauhidnya. Begitu juga tasawuf yang diajarkan oleh Junaidi Al-Bughdadi dan beberapa ulama lainnya sebagai ikutan yang direpresentatifkan dalam bentuk lebih moderat (tawasuth) oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, sedangkan fiqh berlandaskan kepada empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali), maka menjadi lengkaplah ketiga pilar ilmu dalam perahu Tastafi.

Salah seorang Al-Mujaddid era Milenial A-Mursyid Syaikh H. Hasanoel Basri HG (Pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Aceh) melalui tafakur dan pemikirannya sekitar tahun 2010-an , Al-Mursyid mencetuskan dan lahirnya Tastafi (Tasawuf, Tauhid dan Fiqh), tentunya setelah melewati renungan panjang untuk menjawab fenomena di zaman sekarang, beberapa tahun yang silam, dan antusiasnya masyarakat menyambut pergerakan dakwah dan pendidikan ini dengan kolaborasi zikir dan taklim lewat pengajian umum dan terbuka. Ini merupakan satu implementasi petuah dan peuneutouh Allahuyarham Syaikhuna Abon Aziz Samalanga beut seumeubeut, sehingga

Tastafi saat ini bukan hanya berkembang dan menjadi oase dan santapan rohani masyarakat Aceh juga luar Aceh, baik Sumatera maupun daerah lainnya di nusantara bahkan Tastafi juga telah “go internasional”, merambah Eropa dan benua lainnya. Ini dibuktikan dengan diadakannya pengajian Tastafi di belahan negara tersebut baik Denmark, Swedia, Norwegia, dan sejumlah negara lainnya.

Gerakan dakwah yang bernama Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi ini merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam mengkaji, mengembangankan dan menyiarkan Ilmu Agama Islam yang berpaham Ahlusunnah wal jama’ah dalam bidang tauhid, fikih dan tasawuf. Kata Tastafi sebagai singkatan dari Tasawuf, Tauhid dan Fikih tidak menunjukkan urutan posisi bidang-bidang keilmuan tersebut melainkan sebuah singkatan supaya memudahkan penyebutan. Sementara urutan posisi keilmuan tetap merujuk sebagaimana telah diatur oleh para ulama dalam kitab-kitab muktabarah.

BACA JUGA  Dari Nonis Berburu Takjil Hingga Jihad Melawan Radikalisme

Keberadaan organisasi Tastafi ini untuk memperkuat ukhuwah islamiah dan harmonisasi antardayah, balai pengajian, majelis taklim dan masyarakat dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, sebagai bentuk kepedulian sosial dalam menumbuh-kembangkan ketakwaan kepada Allah Swt bagi terwujudnya masyarakat madani.

Tastafi dalam kehidupan sehari-hari berlandaskan pada Alquran, hadis, ijma’, dan qias. Ini diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan penghidupan serta menjalin ukhuwah dan silaturahmi dalam membina dan mengembangkan budaya islami, saling mengenal, tolong menolong, serta bertausiah di jalan yang benar, guna memperkuat dan mewujudkan pola kehidupan bermasyarakat yang islami. Tastafi juga merupakan cerminan keindonesiaan dengan memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam berbagai kegiatan dengan tetap memperhatikan kebhinekaan yang kita miliki.

Bukan hanya itu, Tastafi tidak saja mengurusi dan fokus kepada amaliah dan taklim (beut seumeubeut) juga bergerak di bidang keilmuan lainnya, baik kebudayaan yang bergerak di bidang ilmu pengetahun dan teknologi (iptek), sosial, ekonomi, hukum, maupun tatanan kelembagaan dan managemen dan lainnya dengan maqasidul ammah untuk melahirkan kajian, inovasi, sumbangan pemikiran dan karya-karya nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tastafi berusaha mencegah lahirnya paham yang sesat dan penyimpangan ilmu dan akidah dari manhaj Ahlisunnah wal jama’ah (Aswaja) sebagaimana dibawa oleh rasulullah. Dewasa ini generasi muda dan masyarakat lebih senang mengikuti sesuatu yang baru yang diwarisi oleh pemikiran nonmuslim dan sejenisnya baik sekulerisme, pluralisme maupun leberalisme (sepilis).

Lahirnya penyimpangan tersebut juga di antara banyak sekali cara dan metode musuh Islam dalam usaha menjatuhkan kaum Muslimin dari Alquran sebagai landasan kehidupan sehari-hari. Mereka berusaha keras untuk memasarkan di kalangan kaum muslimin “4S” (sing, sex, sport, smoke) demikian juga “4F” (fun, fashion, food, faith) dengan tujuan agar kaum Muslimin melupakan kitab pegangan utama Alquran, serta tuntunan Nabi saw lewat hadis-hadis Nabawiyyah, dengan tuntunan para ulama lewat pengajian (beut seumeuebut).

Ternyata ghazwul fikri (perang pemikiran) ini dianggap paling efektif oleh musuh-musuh Islam via radikaisme dan sejenisnya, karena itu tidak heran jika umat Islam dewasa ini banyak yang tidak mempelajari agama Islam secara benar dan mendalam bahkan dengan jujur banyak ditemui di dalam rumah tangga umat Islam. Tidak ada solusi dan jawabannya selain dengan menghidupkan pergerakan Tastafi baik di kota, meunasah, masjid, universitas, lembaga pendidikan umum dan lainnya.

Lahirnya Tastafi bukanlah pergerakan dan wadah politik dan Tastafi juga bukanlah milik kalangan dayah juga bukan milik dayah, tetapi milik umat dan masyarakat dan kita semua hanya saja kami mengawal dan menahkodai perahu Tastafi ini di tengah derasnya ombak faham radikalisme dan penyesatan “ilmiah” lainnya di era millenial ini laksana “tsunami” yang menghantam dan mengancam akhlak, moral, agama, akidah dan budaya generasi penerus Islam. Maka dengan semangat dan ruh yang di ajarkan ulama teradahlu, kita berharap Tastafi mampu membumikan Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) dan mewarnai serta menjaga relugasi syariat Islam di bumi endatu ini membasmi faham sesat baik radikalisme, dan lainnya termasuk kejahilan. Amin.

Oleh: Tgk. Helmi Abu Bakar El-langkawi, M.Pd, Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAIA Samalanga serta Ketua PC GP Ansor Pidie Jaya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru