30 C
Jakarta

Menangkal Embrio Radikalisme di Kalangan Millenial

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMenangkal Embrio Radikalisme di Kalangan Millenial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Judul buku: Jejaring Radikalisme Islam di Indonesia, jejak sang Pengantin Bom Bunuh   Diri, Penulis: Bilveer Singh & Abdul Munir Mulkhan, Tahun Terbit : 2012, Penerbit: Publisher Yogyakarta, Tebal: 159 halaman.

Era milenial saat ini gencarnya gerakan radikalisme tentunya ada akar dan ebnang merahnya. Sejarah telah mencatat bahwa faham dan gerakan berbau radikalisme berlandaskan agama khususnya Islam plus ekstrem pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

Tinta hitam sejarah nusantara menyebutkan erbagai pemberontakan pada masa itu terjadi untuk mendirikan negara islam Indonesia seperti DI/TII, NII, dan berbagai perlawanan yang tidak sepakat dengan negara Pancasila. Ironisnya, gerakan radikalisme Islam ekstrem muncul kembali pada era reformasi setelah jatuhnya rezim Orde Baru dan semakin melemahnya ideologi Pancasila sebagai dasar negara.

Paham dan topeng Islam telah memberikan energi yang kuat untuk kaum radikalisme dalam upayanya untuk mengganti ideologi dasar Negara ini yang bernama Pancasila. Semua orang tahu bahwa Pancasila merupakan sebagai dasar negara dan ideologi pemersatu yang bertujuan untuk menjamin kepentingan bersama kehidupan berbangsa dan bernegara kembali terkoyak dengan maraknya isu terorisme yang terjadi sepanjang tahun era millennium (tahun 2000) hingga era yang dikenal millennial.

Buku berjudul “Jejaring Radikalisme Islam di Indonesia, jejak sang Pengantin Bom Bunuh   Diri” ini dengan penjelasan dan gaya bahasa yang mudah dipahami di kemas dalam enam bab. Pertama, penulis mengupas fenomeana yamg berkaitan dengan geneologi etos jihad yang bertitik tolak dari sejarah gerakan radikalisme, poros konspiratif jahat. Kedua dan seterusnya , karya ini dalam bagian ini menjelaskan pemahaman atau teologi syahid seperti teologi teror, doktrin syahid dan jihad magis versus jihad etis.

Bab Keempat, buku ini meguraikan tentang persepsi Indonesia dalam pandangan kaum sarungan yang dikenal dengan santri dan problem internal pada komunitas muslim antara santri liberal VS santri konservatif, tafsir baru generasi santri, dan peta sosial-budaya kaum santri. Kelima, penulis dalam bab ini memaparkan fenomena yang berkaitan dengan politisasi kaum santri. Sedangkan pada bab terakhir penulis menguraikan bagian berbagai upaya dan solusi dalam membendung dan menangkal gencarnya faham radikalisme di  nusantara.

BACA JUGA  Peran Pesantren dalam Memberangus Radikalisme-Ekstremisme

Dalam buku ini penulis juga menguraikan fenomena bom bunuh diri yang terjadi di Indonesia mulai dari Kasus bom bali, bom Mariot, bom kedutaan Australia, dan berbagai bom bunuh diri yang dirancang untuk mengacaukan stabilitas dan keamanan Indonesia menjadi potret buram di negara majemuk ini. Bagaimana seseorang itu menjadi sosok yang berani untuk melakukan bom bunuh diri dengan topeng agama “syahid” ganjarannya menurut versinya akan di jawab di buku yang di tulis dwi penulis handal Bilveer Singh dan Abdul Munir Mulkhan.

Musuh bersama bernama radikalisme dalam buku ini dimaknai sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis bahkan seringkali dilakukan cara-cara kekerasan. Paham dan perilaku demikian menjadi lebih ekstrem jika didasari oleh suatu ideologi dan keyakinan yang bersumber dari ajaran agama.

Negeri kita ini merupakan negara yang majemuk yang terdiri dari beragam etnis, budaya, suku bangsa, dan bahasa, dan agama menjadi pelengkap kemajemukan bangsa Indonesia. Kemajemukan semacam ini tentu saja tidak terlepas dari persoalan konflik dan pertentangan karena perbedaan paham, aliran, kepercayaan, dan keyakinan. Tentunya dengan kemajemukan ini menjadi “boomerang” dan senjata kaum radikalisme dan “surga” untuk kaum tersebut.

Disamping itu, kajian dalam buku yang tebalnya 159 halaman ini juga mengupas paham baru yang telah membunuh banyak ulama di Timur Tengah yang dikenal dengan kaum Wahabi. Bahkan kajian secara spesifik memotret bagaimana gerakan Wahabis, negara islam, dan Masyumi menjadi latar belakang sejarah munculnya jihad ala kaum radikal.

Terakhir, terlepas dari plus minus dalam kajian dan paparan buku ini, tentunya sangat bagus dan menarik menalaah buku ini untuk memahami dan mengenal lebih mendalam sosok kaum radikalisme terlebih era millennial saat begiu gencarnya bendera hitam radikalisme kembali di degungkan dan berkembang dalam masyarakat lewat medsos dan media lainnya.

Setidaknya kita dapat mencegah dan lahirnya embrio radikalisme dalam keluarga dan lingkungan masyarakat kita demi menjaga keuntuhan NKRI dan kebaikan bersama demi hari esok yang lebih baik. Selamat Membaca bukuJejaring Radikalisme Islam di Indonesia, jejak Sang Pengantin Bom Bunuh  Diri”

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru