26.3 C
Jakarta

Menag Akan Segera Pulangkan 600 WNI Eks Kombatan ISIS

Artikel Trending

AkhbarNasionalMenag Akan Segera Pulangkan 600 WNI Eks Kombatan ISIS
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta – Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan sebanyak 600 WNI yang sempat bergabung dalam kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), akan dipulangkan ke Tanah Air dari Timur Tengah. Informasi tersebut diterima Fachrul dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Proses pemulangan mereka akan terwujud, kata Fachrul, dalam waktu dekat.

“Sekarang mereka terlantar di sana dan karena kepentingan kemanusiaan minta dikembalikan ke Indonesia. Itu termasuk kewajiban kita bersama untuk mengawasinya dan membinanya. Mudah-mudahan mereka bisa kembali menjadi warga negara Indonesia yang baik. ” ujar Fachrul dalam pidato sambutannya di acara Deklarasi Organisasi Kemasyarakatan Pejuang Bravo Lima (PBL), Discovery Ancol Hotel, Jakarta Utara pada, Sabtu (1/2).

Lalu, apa rencana pemerintah untuk membina kembali ratusan WNI yang secara sukarela pernah meninggalkan Indonesia untuk bergabung dengan ISIS?

600 WNI Bergabung ISIS Demi khilafah

Fachrul menjelaskan 600 WNI yang sempat tergabung ke dalam ISIS itu semula percaya ingin membangun sebuah negara yang mengatasnamakan konsep khilafah di Timur Tengah. Bahkan, pada awal bergabung, mereka sudah membuang dan membakar paspor. Hal itu bisa diartikan mereka sudah tak lagi menyandang status WNI dan membuang identitas resminya.

Namun, usai ISIS berhasil dikalahkan, ratusan WNI itu kini terlantar. Atas nama kemanusiaan, mereka kemudian meminta agar bisa dipulangkan ke Tanah Air. Fachrul pun memastikan ketika ratusan WNI itu tiba di Tanah Air, maka mereka akan dibina. Tidak disebut bagaimana cara membina ratusan WNI yang sudah terpapar paham radikal tersebut.

BACA JUGA  Kelompok Ahli BNPT Nilai Program Ketahanan Masyarakat Efektif Tekan Terorisme

“600 orang yang sekarang tersesat di ISIS di Timur Tengah. Beberapa dulu tergabung di ISIS untuk mendirikan negara yang mereka namakan khilafah. Mereka sebagian besar membakar paspor Indonesia karena merasa sudah dekat ke Tuhan. Sekarang mereka terlantar di sana,” ujar Fachrul.

Menag: Membina Orang Radikal Tidak Mudah

Dalam forum itu, Fachrul menjelaskan proses untuk bisa mencuci otak seseorang agar ia mau melakukan tindakan teror bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Tetapi, untuk membina seseorang agar tersadar dari proses cuci otak itu membutuhkan waktu cukup lama.

“Saya ulangi, dalam 2 jam dia (terorisme) bisa menyulap anak-anak termasuk remaja menjadi penjahat yang luar biasa untuk membunuh orang lain. Tetapi, pada saat kita mengusahakan untuk dia kembali, 2 tahun kita menugasi dia untuk kembali. Jadi, kita bisa dalam 2 jam membuat orang baik menjadi jahat tapi dalam 2 tahun belum tentu membuat orang jahat menjadi kembali baik. Itu yang menjadi perhatian kita bersama, di sekitar kita akan selalu ada orang seperti itu,” ungkap Fachrul.

Bahaya Paham Radikalisme

Fachrul mengatakan dalam waktu dekat ia akan mengundang Kementerian Dalam Negeri bersama dengan BNPT untuk memberi masukan kepada Kemenag dan masyarakat tentang bahaya paham radikalisme. Dengan begitu, setiap warga bisa terhindar dari paham radikal dan menjalankan tugasnya melindungi negara.

“Tanpa rasa belas kasihan, dengan membawa tema-tema agama dan itu sudah luar biasa jahatnya. Itu digaris bawahi oleh beberapa teroris yang lalu ada rekamannya, saya (teroris) membuat orang yang biasa-biasa saja menjadi orang yang siap menjadi pembuat bom bunuh diri bunuh diri dalam waktu 2 jam. Dalam 2 jam dia (teroris) bisa menyulap anak-anak (menjadi pengikutnya),” ungkapnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru