29 C
Jakarta
Array

Memupuk Perdamaian, Menyebarkan Kasih Sayang

Artikel Trending

Memupuk Perdamaian, Menyebarkan Kasih Sayang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Hari raya Idul Fitri dikenal sebagai bulan penuh ampunan. Seorang hamba dianjurkan untuk mendekati penciptaNya untuk memperoleh ampunan Dari-Nya. Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,“Hai sekalian manusia! Taubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali”

Melalui hadits ini kita diajarkan untuk mengakui segala bentuk kesalahan kita dan meminta ampunan. Setiap kata maaf yang kita keluarkan akan membuka sedikit demi sedikit pintu kesadaran. Manusia sebagai tempat salah dan dosa, dan memohon ampunan sudah selayaknya dilakukan oleh manusia. Malah menjadi hal yang aneh jika kita menobatkan diri sendiri menjadi pribadi yang paling suci.

Tidak ada yang lebih berharga daripada mengakui semua kesalahan. Rasa bersalah ini akan membawa kita untuk mawas diri. Tidak mudah menyalahkan orang lain karena diri sendiri dipenuhi ribuan dosa yang terus menerus membayangi. Belum lagi berhadapan dengan sesama, kita sering lupa mengendalikan emosi yang berujung kepada rasa benci.

Penyesalan inilah yang akan membawa kita ke dalam pintu tobat. Tidak lagi menunda untuk bersujud dan memohon ampunan. Hati terketuk dan mulut berikrar tidak lagi mengulangi perbuatan tercela. Dengan diiringi air mata, munculah kalimat istighfar merayu sang Maha pengampun agar membuka pintu maaf selebar-lebarnya.

Jika pertobatan kepada Tuhan telah dilakukan, tidak ada salahnya meminta ampunan kepada sesama. Banyak kekhilafan dan perbuatan salah yang pernah kita lakukan, bahkan sering mengakibatkan kebenian dan permusuhan. Maka meminta maaf dan memaafkan adalah kunci menggalang persaudaraan. Dengan lapang dada dan hati terbuka maafkanlah segala kesalahan saudaramu yang pernah menyakiti hatimu.

Kita harus menyadari bahwa sebesar apapun kesalahan seseorang, tentu tidak lepas dari diri kita yang berperan sebagai bagian sosialnya. Tidak ada api kalau tidak ada asap. Semua hinaan, cacian, serta kata-kata kasar tidak mungkin akan terucap apabila kita tidak berbuat. Jangan tumpahkan semua kesalahan padanya, sadarilah apa yang telah kita perbuat padanya.

Allah telah menetapkan Diri-Nya sifat kasih dan sayang. Bahkan rahmat Allah melampaui atas kemurkaan-Nya. Sangat sulit membuat Allah marah dan sangat mudah meminta ampunan kepada Allah. Sebanyak apapun kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan tidak akan melampaui keagungan dan ampunan Dari-Nya.

Sudah selayaknya sebagai seorang hamba kita mencontoh sang Maha pengampun. Mudah memaafkan sebesar apapun kesalahan yang pernah dilakukan. Tidak terjebak oleh rasa kebencian yang membuat sulit untuk memaafkan dan menjalin persaudaraan. Dekatkanlah dirimu kepada Tuhanmu dengan memaafkan segala kesalahan.

Setelah mengamalkan anjuran Rasulullah untuk saling memaafkan, tugas selanjutnya adalah mengajak semua orang untuk melakukan hal yang serupa. Dalam balutan teknlogi yang semakin maju, budaya mengajak kepada kebaikan tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Bahkan di tempat sekecil apapun dan dalam waktu yang singkat, seseorang dapat menyebarkan pesan perdamaian.

Oleh karena itu, generasi milenial yang digadang sebagai generasi penerus bangsa harus cerdas dan memiliki wawasan tinggi untuk menghadapi pusaran globalisasi. Memanfaatkan segala kecanggihan teknologi untuk membangun dan memupuk persaudaraan kembali. Memang tugas ini akan terasa berat, namun kita tidak boleh mengecewakan para pahlawan yang sudah susah payah merebut kemerdekaan Indonesia.

Sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepantasnya kita mempelajari dan menguasai literasi dan teknologi masa kini untuk menyebarluaskan pesan perdamaian. Kemampuan literasi dan penguasaan teknologi akan sangat berpengaruh untuk masa depan bangsa. Dengan menulis sebuah artikel ataupun membuat video edukasi, yang digunakan untuk mencerdaskan bangsa dan mengajarkan betapa pentingnya nilai-nilai persatuan.

Tulisan dan video yang telah dipublikasikan akan berpengaruh besar terhadap daya pikir penontonnya. Sehingga nantinya pesan saling bermaaf maafan tidak hanya dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dan bisa berdampak kepada perdamaian dunia. Harapannya pembuatan video ataupun tulisan dapat mencegah pertengkaran dan peperangan yang tengah terjadi di dunia maupun pertengkaran di negeri tercinta.

Karena peranannya yang begitu penting, media sosial haruslah dikaji dan dikuasai oleh generasi muda. Dengan pemahaman dan wawasan yang luas, karya-karya yang dihasilkan akan semakin menarik untuk disaksikan. Dengan demikian, penonton akan semakin antusias menyaksikan karya kita, dan semoga dapat berlanjut dengan dilaksanakannya pesan perdamaian yang kita sampaikan.

[zombify_post]

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru