31 C
Jakarta
Array

Mempertahankan Semangat Literasi di Bulan Suci

Artikel Trending

Mempertahankan Semangat Literasi di Bulan Suci
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Bulan Ramadhan dapat disebut sebagai bulan literasi kitab suci (Al-Qur’an). Begitu banyak umat Islam yang berlomba-lomba membaca dan mengkhatamkannya. Suasana Ramadhan yang penuh dengan keberkahan melahirkan lantunan ayat Al-Qur’an yang tidak henti-henti diserukan.

Alunans Al-Qur’an yang indah nan merdu terdengar dimana-mana, di masjid, mushola ataupun di perumahan warga. Apalagi sekolah-sekolah diliburkan pada awal bulan Ramadhan,  naiknyakondisi membuatini  antusias anak-anak membaca Al-Qur’an semakin meningkat tajam.

Umumnya setiap orang mempunyai target tersendiri untuk mengkhatamkan Al-Qur’an. Ada yang membuat target satu hari satu juz, ada yang satu hari dua juz, bahkan ada yang tiga juz di setiap harinya. Dengan sekuat tenaga, mereka berusaha mencapai target yang telah ditentukan.

Kegiatan membaca Al-Qur’an dimaknai sebagai perintah Tuhan kepada hambanya. Padahal akan lebih indah bila membaca Al-Qur’an dimaknai sebagai kebutuhan. Tentu, semua orang tidak hanya melafalkan ayat Al-Qur’an saja, namun akan memahami arti dan menyempurnakan bacaannya. Baik kualitas makhraj, tajwid, maupun pemahaman makna akan dipandang sebagai salah satu kewajiban yang diutamakannya.

Sebagai mukjizat yang diterima Nabi Muhammad saw, Al-Qur’an memiliki banyak pelajaran yang tidak akan pernah habis dimakan oleh usia.

Dalam surat Al-Luqman ayat 27, Allah berfirman “ (Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut) lafal al-bahru diathafkan kepada isimnya anna (ditambahkan kepadanya tujuh laut sesudahnya) sebagai tambahannya sesudah keringnya laut (niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah) yang mengungkapkan tentang pengetahuan-pengetahuan-Nya dengan menuliskannya dengan memakai pena-pena itu dan berikut tambahan tujuh laut sebagai tintanya, serta tidak pula dengan tambahan yang lebih banyak dari itu, karena pengetahuan Allah tiada batasnya. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa) tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi-Nya (lagi Maha Bijaksana) tidak ada sesuatu pun yang terlepas dari pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya.”

Dari ayat tersebut, kita dapat mengetahui begitu pentingnya literasi Al-Qur’an. Bukan hanya di bulan suci saja, namun semua bulan harus dijadikan sebagai perbaikan bacaan dan pemaknaan Al-Qur’an.

Datangnya bulan Ramadhan, akan membawa semangat baru dan lingkungan yang mendukung untuk literasi Al-Qur’an. Hampir semua masjid, mushola, dan rumah setiap saat terdengar lantunan ayat Al-Qur’an. Hal ini akan menjadi motivasi lebih bagi kita untuk membaca Al-Qur’an.

Selain itu, sebagai wahyu Allah, Al-Qur’an mempunyai pengajaran dan pengetahuan yang tidak akan habis untuk dipelajari. Dengan membaca dan mentadaburi artinya, kita dapat menemukan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna.

Sesuai dengan salah satu perannya sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an memiliki jawaban untuk segala permasalahan yang sedang menimpa kita. Oleh karena itu, tidak ada   salahnya apabila kita meluangkan waktu untuk membaca dan mentadaburinya.

Perintah literasi Al-Qur’an secara jelas termaktub dalam wahyu yang pertama kali diturunkan. Kata iqra’ dalam surat Al-Alaq secara tegas memerintahkan kita untuk membaca. Bukan hanya membaca ayatnya saja, namun juga harus membaca segala hal yang terkandung di dalamnya.

Dengan konsep membaca ini, kita dapat melatih kekuatan berfikir dan analisis kita melihat suatu permasalahan. Sehingga ketika mendapatkan suatu masalah, kita akan dapat menemukan solusi terbaik yang dapat diambil. 

Di pondok pesantren saya, bulan Ramadhan tidak hanya dijadikan sebagai literasi Al-Qur’an saja, kitab-kitab klasik karangan ulama terkenal tidak luput menjadi sasaran pembelajarannya. Mulai dari kitab fiqih, tauhid, hingga kitab akhlak diatur sedemikian rupa agar dapat terkaji semuanya.

Di sekitar pondok ada pemandangan yang menyejukkan hati saya. Usai sholat subuh berjama’ah, terlihat ibu-ibu yang masih sehat hingga yang tua renta menyimak kajian kitab kuning dari sang ustadz. Meski mereka sudah tua dan telat untuk mempelajarinya, namun semangatnya mengalahkan kondisi kesehatan dan kemalasan yang ada didalam dirinya.

Alangkah indahnya jika kita bersama-sama menghidupkan bulan penuh keberkahan ini dengan literasi kitab klasik dan kitab suci. Selain mendapat pahala, kita juga akan mendapat tambahan pengetahuan yang tidak akan pernah habis. Semoga kita semua tetap diberikan semangat untuk mempelajarinya hingga akhir masa. Aamiin

[zombify_post]

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru