28.2 C
Jakarta
Array

Memerangi Hoax dalam Surat Al-Ashr

Artikel Trending

Memerangi Hoax dalam Surat Al-Ashr
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

,Agama merupakan salah satu objek yang paling banyak dijadikan sebagai bahan kebohongan (hoax). Hal ini disebabkan sensitifitas agama merupakan isu yang paling seksi untuk dijadikan legitimasi dalam pergerakan arus hoax yang sangat masif dalam dekade terakhir ini. Terbukti melalui ucapan Ibnu Rusyd, beliau berkata, “Jika kau ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah segala hal dengan agama”.

Dalam sejarah Islam, penyebaran fitnah, berita bohong dan hoax merupakan penyebab utama dalam perpecahan. Khususnya yang terjadi dalam internal umat Islam sendiri. Karena itu, kehadiran orang yang gemar menciptakan kabar hoax adalah problem yang harus diperangi melalui dasar-dasar dalil agama yakni al-Qur’an.

Hoax dalam Surat al-Ashr

Dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menyitir tentang perilaku seorang mukmin yang dalam gerak geriknya adalah bentuk ejawantah dari suatu kebenaran, baik dalam ucapan atau tingkah laku, yang jika tidak demikian merupakan bentuk kerugian baik di dunia maupun di akherat. Hal ini, terdapat dalam surat al-Ashr. yang dalam ayat pertamamnya Allah Swt. Bersumpah demi masa, bahwa sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Dan terdapat pegecualian yang terdapat dalam dalam surat al-Ashr ayat 3, Allah berfirman:

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya: Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.

Dalam tafsirnya Ibnu Asyur menafsirkan bahwa, telah ditetapkan suatu hukum yang telah sempurna bahwa manusia dibedakan menjadi dua. Pertama, manusia yang mendapatkan kerugian dan kedua yang yang tidak mendapat kerugian sama sekali. Rugi yang dimaksud ialah kerugian yang amat besar sehingga menjadikannya seorang musyrik.

Sifat yang pertama yang tidak merugi ialah bagi orang mukmin dan yang melakukan amal sholeh. Maka bagi orang mukmin dan melakukan amal-amal sholeh mereka tidak akan mendapatkan kerugian, dengan berperilaku yang sedikitpun tidak meninggalkan kebaikan dengan mengerjakan kebalikannya yakni suatu hal yang buruk. Rugi yang dimaksud ialah kerugian yang amat besar sehingga menjadikannya seorang musyrik.

Kedua, bagi orang yang tidak merugi yakni orang yang selalu berkata tentang kebenaran, nasehat baik, dakwah yang menunjukkan umat Islam pada kebaikan dan Islam yang baik.

Ibnu rusyd, menafsirkan yang dimaksud dengan وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ialah menyampaikan hal yang merupakan bentuk suatu Ta’lim (pembelajaran) tentang petunjuk-petunjuk kebenaran. Dan akidah-akidah yang benar, serta memasrahkan diri untuk memahaminya dengan melakukan yang makruf dan meninggalkan yang munkar.

Dalam kata وَتَوَاصَوْا yang dimaksud adalah seorang mukmin bukan hanya sebagai subjek tapi sekaligus menjadi objek, yang tidak hanya menerima nasehat kebenaran dan berkat benar. Akan tetapi, juga diberi nasehat kebenaran dan perkataan yang benar. Dengan kata lain, jika mendapatkan nasihat atau perkataan yang benar maka akan mematuhi dan mengamalkannya. Dan jika sebaliknya, apabila menerima berita bohong, hoax atau kebencian akan menjauhinya dan melawannya dengan berkata kebenaran.

Agama, Solusi Mencegah Hoax

Dengan kedua sifat tersebut sangat jelas bahwa seseorang mukmin akan dihadapkan pada dua hal yang berlawanan sekaligus menuntut untuk melakukan satu diantara kedua sifat tersebut. Jika melakukan pengecualian tersebut maka dia tidak akan merugi, jika tidak maka dia akan merugi dan menjadikannya seorang musyrik. Dengan kata lain, seorang mukmin yang tidak ingin merugi dia tidak akan berkata bohong, penyebar hoax dan kebencian jika benar-benar memahami isi surat al-Ashr.

Dari penafsiran surat al-Ashr tersebut, dapat dipahami  bahwa perilaku seorang mukmin yang menjaga kesucian agama dari berita bohong bersifat penting, utama, dan mendasar. Seorang Rasul diutus sebagai manusia suci (ma’shum) untuk meneguhkan kesucian agama yang dibawanya dari tuduhan atau prasangka berita bohong.

Dalam al-Qur’an, Allah begitu keras terhadap pembuat dan penyebar berita bohong. Mulai dari melaknat, menyebut tak beriman, melabelinya dengan musyrik dan memastikan tempatnya di neraka. Sebab, berita bohong dalam keberagamaan bukan hanya membuat kesucian agama batal, tapi juga memaksa umat menerimanya meski bertentangan dengan akal.

Imam Syafi’I pernah memberi argumen tentang surat al-Ashr bahwa walaupun pendek surat al-Ashr ini menghimpun hampir seluruh isi al-Qur’an. Kalau al-Qur’an tidak diturunkan seluruhnya dan yang turun itu hanya surat al-Ashr saja. Maka, itu sudah cukup untuk menjadi pedoman umat manusia.

Arif Chasbullah, Penggiat Literasi CRIS Foundation, Surabaya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru