27.2 C
Jakarta

Memburu Ide Sebelum Menulis Tulisan

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMemburu Ide Sebelum Menulis Tulisan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dari mana datangnya ide? Apakah harus kita tunggu kedatangannya seperti kalau kita menunggu seseorang, pacar misalnya? Apakah ide menulis jatuh dari langit dan kita tinggal memungutnya? Apakah ide datang seperti halnya datang dalam mimpi? Apah ide datang setelah kita bertapa di goa, di hutan, di tepi laut, di sungai, atau di gunung?

Ide atau gagasan itu bahan pokok dalam menulis. Ia wujud dari ilham atau inspirasi. Karena ia berupa bahan pokok, menulis memerlukan bahan yang bermacam-macam. Tergantung penulis yang menjadi juru masak atau koki yang mengolahnya menjadi masakan yang lezat, gurih, garing, dan bergizi.

Juru masak yang hebat menguasai berbagai macam resep masakan. Mungkin sang juru masak menguasai resep masakan Nusantara, mungkin resep masakan Timur Tengah, mungkin resep masakan Eropa, mungkin resep masakan China, atau mungkin resep masakan India. Ini hanya sebuah analogi.

Penulis dapat memilih untuk mengembangkan tulisan kreatif, seperti cerita, puisi, dan esai. Selain itu, penulis juga dapat memilih jenis tulisan akademik, seperti opini, tulisan ilmiah populer, artikel ilmiah, skripsi, tesis, atau disertasi. Penulis tinggal memilih jenis tulisan tersebut, sehingga tercapai tujuannya dalam menulis.

Akan tetapi, semua itu tidak mungkin terwujud jika penulis tidak memiliki bahan mentah atau bahan pokok yang akan dikembangkan dalam tulisan. Penulis harus memiliki ide atau gagasan. Apakah ide atau gagasan itu akan datang menghampirinya dengan menunggunya begitu saja?

Mencari Ide Sebelum Menulis

Ide atau gagasan itu harus dicari, tidak ditunggu datang. Ide atau gagasan itu layaknya terkait dengan topik atau tema tertentu. Bagaimanaah caranya? Berikut ini sejumlah cara yang dapat kita lakukan untuk memburu dan menangkap ide yang akan kita tulis

Kita mengingat kembali pengalaman yang pernah kita peroleh dalam kehidupan kita sehari-hari. Berbagai macam peristiwa yang pernah kita alami merupakan bahan pokok menulis berdasarkan pengalaman. Pengalaman merupakan sumber ide yang tidak pernah kering dan lapuk Misalnya pengalaman yang menyenangkan, membahagiakan, menyedihkan, mengharukan, mengecewakan, menggelikan, menertawakan, dan sebagainya.

Ide dan gagasan yang kita miliki karena pengalaman, dapat diekspresikan dan dikomunikasikan kepada pembaca dalam bentuk tulisan akademik dan tulisan krestif. Artikel, cerpen, dan puisi bisa jadi ditulis karena pengalaman yang tersimpan di dalam otak dan hati penulisnya.

Kita melakukan pengamatan secara seksama dan cermat terhadap objek yang akan ditulis. Itu sebabnya, seorang penulis harus memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga segala sesuatu yang berlalu-lalang di depan mata kita tercatat dengan akurat.Kita harus memberdayakan pancaindera untuk menyerap segala sesuatu yang dapat menjadi ide dalam menulis.

BACA JUGA  Mengalami Writer’s Block? Kenali Ciri-ciri dan Tips Mengatasinya!

Seorang penulis harus terampil bereaksi. Seperti yang dikatakan oleh Fletcher (2005: 9) bahwa penulis sama dengan orang lain, kecuali untuk satu perbedaan kecil yang penting. Menurut Fletcher, orang lain berpikir dan merasa setiap hari, tetapi mereka tidak melakukan apa-apa dengan itu. Semua pikiran, perasaan, sensasi, dan pendapat itu berlalu seperti udara yang mereka hirup. Tidak demikian dengan para penulis. Penulis bereaksi.

Cara ini lebih variatif dan bersungguh-sungguh untuk memburu dan menangkap ide dengan mengumpulkan data. Ini dapat dikerjakan dengan melakukan pengamatan yang serius terhadap objek tulisan. Selain itu, kita dapat pula melakukan wawancara, berdiskusi, mengikuti seminar, menyebarkan angket, dan mengadakan jajak pendapat (pooling).

Cara ini lebih sesuai dikerjakan untuk jenis tulisan akademik. Artikel ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang kita lakukan. Penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, dan penelitian tindakan merupakan jenis-jenis penelitian yang mensyaratkan perlunya pengumpulan bahan menuls melalui berbagai cara yang telah disebutkan tadi.

Membaca dan Berimajinasi

Dalam hal ini banyak sumber tulisan yang dapat kita baca untuk mengumpulkan bahan tulisan. Misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, tabloid, jurnal, membaca tulisan berbagai jenis atau genre dari media online dan media sosial, mendengarkan radio, menonton televisi, dan berselancar di dunia maya melalui internet.

Bahan-bahan tulisan jenis tulisan akademik dan tulisan kreatif memerlukan bahan-bahan tulisan yang dapat kita peroleh melalui membaca.Seorang penulis harus memiliki kebiasaan dan kecintaan membaca yang tidak pernah pupus. Membaca merupakan aktivitas yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang penulis.

Cara ini layaknya digunakan untuk menghasilkan tulisan kreatif. Bahan pokok cerita rekaan atau fiksi dapat digali melalui cara berkhayal. Cerita pendek (cerpen), novel, naskah drama, naskah skenario film, dan monolog merupakan tulisan kreatif yang ditulis berdasarkan imajinasi.Bahan-bahan untuk menulis puisi juga dapat diperoleh dengan mengembangkan imjinasi.

Berbagai jenis dan genre tulisan, fiksi maupun nonfiksi, memerlukan bahan pokok yang harus dicari, diburu, dan ditangkap dengan berbagai cara. Cara campuran (miks), eklektik, dan triangulasi dikerjakan dengan melakukan berbagai cara, sehingga menghasilkan tulisan yang berkualitas. Demikianlah.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru