31.8 C
Jakarta
Array

Membincang Akidah Aswaja

Artikel Trending

Membincang Akidah Aswaja
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

“Wali songo berdakwah mengislamkan Indonesia dari kekafiran animisme, dinamisme, Hindu dan Budha sehingga masyarakat Indonesia menjadi muslim terbesar di Dunia.” (Halaman: 90).

Begitu kutipan dari tulisan K.H. Luthfi Bashori dalam salah satu anak judul yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Sunni & Wahabi  (Dialog Ilmiah Seputar Amaliyah Ahlusunnah wal Jama’ah). “Semestinya Arif Menyikapi Perbedaan Furuiyah”. Buku ini merupakan kumpulan artikel-artikel pilihan yang diambil dari web resmi pejuang islam yang ditulis beliau, dikemas dengan bentuk prolog dan dialog agar mudah dipahami oleh masyarakat umum. bahasannya menyoroti banyak hal permasalahan aqidah ahlussunnah wa al-jamaah. Hingga sekarangpun mungkin masih asyik untuk diperbincangkan, berdebat masalah bid’ah yang berujung saling tuduh menuduh murtad atau kafir. Gara-gara Tahlilan, Mauludan, Talqin mayyit, Ziarah kubur, serta amalan lainnya.

Mengenal sosok K.H. Luthfi Bashori adalah keturunan Sunan Giri, secara nasab beliau terlahir dari keluarga yang memang teguh dalam memperjuangkan Islam dari masa-kemasa, iya lahir pada tanggal 5 Juli 1965 di Singosari. Dari orang tua KH. M Bashori Alwi dan Qomariyah binti Abdul Hamid. Status dan nasab keilmuan beliau jelas, semenjak umur 18 Tahun K.H. Luthfi Bashori mendapatkan kesempatan berharga untuk melanjutkan pendidikannya di Haramain (Makkah dan Madinah) selama 8 tahun, sejak 1983-1986 beliau menetap di Madinah kemudian pada tahun 1987-1991 pindah ke Makkah dalam bimbingan ulama’ masyhur dan kharismatik, Rahimahullah As-Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki Al Hasani.

Buah karyanya hadir di tengah-tengah kita untuk membantah tuduhan murtat dan kafir kepada kaum Aswaja yakni Sunni Syafi’i yang melaksanakan ibadah amaliyah ahlusunnah wa al-jama’ah seperti yang diajarkan para Wali Songo. Selain itu dalam bukunya juga dijelaskan sifat egoisme Wahabi yang tidak mudah mengalah dalam perbedaan selalu dimunculkan dari setiap sub judul yang ditulis, merasa dirinya paling benar dan semua yang tidak sepaham dengannya dianggap salah. Yang kemudian jurus ampuh yang berbunyi ”Kullu Bid’atin Dhalalah” sering digaungkan disetiap majlis-majlis, dan forum-forum kelompoknya.

Mestinya harus arif menyikapi perbedaan furu’iyah, apalagi kita hidup di Negara Indonesia  yang memang menghargai perbedaan, dan menjunjung tinggi persatuan. Dalam satu baris ke Bhinnika Tunggal Ika an yang menaungi perbedaan antar Agama, Suku, Ras, dan Budaya atas nama Indonesia tercinta. Apalagi sesama umat Islamnya, serasa tidak adil dan kurang masuk akal, jika sampai saat ini kita masih bertengkar dengan umat Islam yang terkotak-kotak, terpetak-petak, dan yang lebih disayangkan kelompok tersebut masih sibuk berdebat untuk melegitimasi kolompoknya agar dikatakan, paling Islam, dan paling benar.

Tersebarnya Islam di Indonesia sendiri kita menyepakati bahwa hasil iktiyar dari para Wali Songo yang menyebar diberapa titik di Nusantra. Meskipun pada sebelumnya ajaran islam sudah ada, tapi tidak sepesat pergerakan dakwah para Wali Songo yang menurut perkiraan dibentuk pada pertengahan dasawarsa 1470-an.

Ini merupakan fakta sejarah yang perlu dicamkan bagi mereka yang mengira Islam baru masuk ke Nusantara pada tahun 1803 M, yang diprakarsai oleh tiga orang haji pembawa ajaran Wahabi asal Sumatera Barat, yaitu; Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piaban, (Baca: Atlas Wali Songo, 2018).

Dari sinilah, Islam Indonesia secara sosiokultural-religius dapat melahirkan budaya baru yang disebut peradaban dan budaya Islam Nusantara. Bagi yang ingin memahami akidah Aswaja dengan cepat dan mudah, Buku ini sangat direkomindasikan, dengan beberapa keunggulan dibandingkan buku akidah lainnya.

Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan, renyah mudah dibaca dan dipahami oleh semua kalangan termasuk masyarakat pelosok pedesaan (badui), tidak seperti kebanyakan buku akidah umumnya. Selain memang kemasan dalam penulisannya yang berbentuk prolog dan dialog seolah mengajak pembaca berdiskusi ringan dari sebuah amaliyah sehari-hari yang cenderung dipersoalkan. Sehingga terbangunlah kerangka berpikir sederhana dan mendasar dari akidah Aswaja yang sebelumnya kurang dipahami secara utuh.

Tulisan dalam buku tersebut juga disisipi contoh-contoh yang pas dan mengena sesuai dengan kondisi saat ini, contoh yang ditulis diuraikan menggunakan pendekatan cerita atau hikayah dari sumber kitab-kitab mu’tabarah. Sehingga masyarakat Aswaja dapat terbentengi akidahnya setelah membaca buku ini secara seksama.

Jangan mengira karena desaint cover buku ini mengilustrasikan sebuah pergolakan pemikiran islam yang sangat berat tentang akidah Aswaja vs Wahabi. Namun kenyataannya tidak, buku akidah ini disajikan dengan kemudahan-kemudahan yang dapat dicerna oleh selera banyak kalangan ahusunnah wa al-jamaah, isi buku ini sangat arif dan renyah. Bahasa dan tuturkatanya bersahabat kepada semua lidah penikmat akidah. Dan…! Selamat Membaca.

Judul : Sunni & Wahhabi (Dialog Ilmiah Seputar Amaliyah Ahlusunnah wal Jama’ah)
Penulis : H. Luthfi Bashori
Penerbit : Pustaka Muba
Tahun Terbit : Januari, 2019.
Tebal : 358 Hlm

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru