31.7 C
Jakarta

Membaca Ulang Sejarah Perang Badar

Artikel Trending

Asas-asas IslamSirah NabawiyahMembaca Ulang Sejarah Perang Badar
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam sirah nabawiyah, perang Badar digunakan untuk membangkitkan kembali semangat gerakan perjuangan umat muslim. Termasuk dalam sejarah kemenangan Islam atas Konstantinopel tidak dapat dilepaskan dengan semangat perjuangan umat muslim di perang badar.  Hari ini, semangat perjuangan muslim dalam melawan kekerasaan yang mengatasnamakan agama.

Narasi yang dibangun tidak jauh dari perlawanan orang muslim terhadap non-muslim. Sejarawan menyebutkan kronologi terjadinya perang ini. Pada tahun kedua hijriyyah, ketika rombongan Quraisy pimpinan Abu Sufyan bin Harb pulang dari Syam, Nabi bersama pasukannya mencegat mereka. Sementara dalam pencegatan ini Nabi Membawa 313 orang.

Ketika Abu Sufyan mendengar informasi pencegatan ini, ia mengutus seorang utusan untuk menginformasikan kepada orang-orang Quraisy lainnya yang berada di Makkah. Dari informasi ini, akhirnya dikirimlah 950 orang untuk menjaga rombongan dan barang dagangan mereka. Pertanyaan kita adalah apa motif kenapa Nabi melakukan penyegatan ini. Apakah salah Abu Sufyan meminta bantuan dalam hal ini?

Pencegatan Nabi dalam hal ini perlu untuk dipahami dengan baik. Sebab, apabila kita gagal memahaminya maka akan muncul jawaban yang negatif, yakni Nabi ternyata justru melakukan pembegalan. Jelas jawaban negatif ini tidaklah mungkin. Bukankah Nabi melarang untuk mengambil milik orang lain secara dzalim?

Untuk itu, dalam memahami ini kita tidak bisa melupakan berbagai kejadian ketika Nabi dan para sahabatnya masih berada di Makkah sebelum hijrah. Sebagaimana kita ketahui, Nabi dan para pengikutnya mengalami berbagai tindakan diskriminasi bahkan tidak jarang hak-hak mereka yang dirampas. Mereka tidak lupa tentang tragedi-tragedi tersebut. Mari kita gunakan perspektif ini untuk masuk dalam pembicaraan kita terkait perang Badar.

Belajar Pada Rasulallah dalam Menyikapi Perang Badar

Pencegatan yang dilakukan Nabi dengan membawa pasukan-pasukannya dalam hemat penulis adalah dalam rangka untuk menuntut hak-hak mereka yang dirampas pada waktu mereka belum berhijrah. Dengan membawa pasukan yang lebih banyak, diharapkan Nabi mampu menguasai kondisi dan tidak terjadi perang. Namun, apa yang dibayangkan Nabi ternyata meleset. Sebab, gerakan pencegatan Nabi ternyata dicium oleh Abu Sufyan yang akhirnya meminta bantuan kepada orang-orang Quraisy.

BACA JUGA  Amalan Rasulullah Agar Sembuh dari Segala Penyakit

Mengapa mereka meminta bantuan? Satu kemungkinan menurut hemat penulis, karena gaya berfikir masyarakat Arab pada waktu itu adalah akan terjadinya peperangan dan perampasan. Sebagaimana kita ketahui bersama juga, adat yang berlaku pada waktu itu adalah tradisi perang. Sehingga, apabila tidak meminta bantuan otomatis mereka semua akan terbunuh. Mereka belum mengetahui dengan mendalam bahwa Nabi sebenarnya memiliki misi untuk merubah tradisi tersebut dan merubahnya dengan perdamaian.

Diantara yang bisa digunakan bukti bahwa Nabi mengajarkan perdamaian adalah perjanjian Hudaibiyyah, pembebasan kota Makkah (Fath Makkah), atau memerangi Bani Qainuqa’ (Ghazwah Qainuqa’).

Dengan ini, perang Badar adalah peperangan yang terjadi akibat salah paham dari pihak Quraisy dan ekspektasi Nabi yang ternyata meleset. Sejarawan yang menyebut bahwa perang Badar adalah upaya menunjukan eksistensi dan kekuatan umat islam dihadapan orang-orang Quraisy semestinya tidak dipahami untuk menindas apalagi memerangi yang berkeyakinan berbeda.

Khatib Asy-Syarbini dalam Mughni Al-Muhtaj menyebutkan bahwa peperangan tujuannya bukanlah untuk mamaksa non-muslim masuk Islam. Sebab, keimanan seseorang adalah berdasarkan hidayah bukan perang. Untuk itu, perlu kiranya untuk mencari alternatif lain yang lebih baik dari pada perang.

Dalam perang Badar, Nabi dalam posisi terjepit. Tidak ada pilihan lain kecuali melawan dengan pedang. Disini, peperangan Nabi adalah upaya menjaga diri bukan memerangi orang lain. Melesetnya prediksi Nabi, dikemudian hari akan terobati, tepatnya pada waktu pembebasan Makkah atau lebih akrab disebut Fathul Makkah. Wallahu a’lam bish-shawab.

Oleh Ade Pardiansyah

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru