31.2 C
Jakarta

Membaca Simbol dan Ketakutan Beragama

Artikel Trending

KhazanahTelaahMembaca Simbol dan Ketakutan Beragama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Apa yang muncul pertama kali di dalam pikiran kita ketika melihat perempuan yang menggunakan “cadar”? Apa yang kali pertama terpikirkan ketika melihat seorang laki-laki memakai celana cingkrang dengan jenggot yang memenuhi wajah? Jawaban yang akan saya berikan, adalah perempuan itu teroris, laki-laki itu HTI, Islam garis keras, dan label semacamnya. Inilah yang kemudian saya sebut simbol. Sebuah pemaknaan yang kemudian dilabelkan kepada Islam sebagai sebuah agama yang keras, teroris dan membenarkan perilaku pembunuhan.

Willian Dillistone mengungkapkan bahwa simbol merupakan gambaran dari suatu objek nyata atau khayal yang mengunggah perasaan dan digugah oleh perasaan-perasaan berhubungan dengan objek satu sama lain dan dengan subjek.

Kita tidak bisa memisahkan dari simbolisasi atas kehidupan yang selalu kita jalani dengan berbagai dinamika yang ada. Seseorang anak dilihat sebagai Muslimah karena dia memakai jilbab, seseorang diketahui bahwa ia adalah seorang Kristen karena memakai kalung salib.

Di antara berbagai simbol yang sudah terbangun dalam pemikiran kita, nampaknya kita harus bisa menalaah dan memahami agar tidak terjebak menjadi manusia simbol, sehingga ini berakibat pada kesalahan kita dalam memaknai sesuatu. Sebab ketika kita bisa menginterpretasikan dengan simbol yang diyakini, kitga menganggap hal tersebut sebagai sebuah kebenaran,

Di beberapa bagian, manusia dihargai karena simbol yang melekat dan diciptakan dalam dirinya sendiri. Meski demikian, simbolisme juga yang menyebabkan kerusuhan di beberapa ruang. seperti perebutan kekuasaan (simbolisme keagungan politik), penimbunan kapital atau kekayaan secara berlebih (simbolisme kemapanan), pertumpahan darah karena hanya soal wanita (simbolisme estetis emosional), dan peristiwa salih bunuh membunuh antar manusia karena faktor ras, suku, dan agama.

Lalu, siapa yang menciptakan simbol? Manusialah yang menciptakan simbol, lalu menginterpretasikan sendiri atas simbol yang diciptakan.

Simbol Menyebabkan Ketakutan Beragama

Kalau kita flashback kejadian belakangan ini, menarik sekali untuk kita kaji dengan fenomena yang menyebabkan orang takut sekali beragama dan enggan untuk mengenal Islam lebih jauh. Sebuah ceramah yang disampaikan oleh seorang ustadz millennial. Dalam dakwahnya, ia menyampaikan bahwa tumpeng adalah manifestasi dari ajaran agama Buddha, sebab bentuknya adalah segitiga.

BACA JUGA  Militansi Muslimah Eks HTI dalam Penyebaran Ideologi

Lucu sekali dan sangat tidak masuk akal kalau kita kaji dengan keilmuan apapun. Sebab orang yang tidak waraspun akan tertawa dengan dakwah yang demikian. Apa kejadian ini menyebabkan ketakutan beragama? Tidak, justru ini membuktikan kemunduran umat Islam yang masih tradisional dengan pemikirannya. Ini membuktikan bahwa kita masih tertinggal jauh dengan manusia yang lain yang sudah sibuk dengan berbagai kesiapan menghadapi 5.0, melakukan berbagai inovasi teknologi untuk menjawab tantangan zaman, dll.

Lalu simbol seperti apa yang membuat ketakutan beragama? Kita bisa melihat berbagai kejadian belakangan ini, mulai dari aksi terorisme di Sigi, aksi FPI yang menyebabkan berbagai permasalahan panjang dengan narasi-narasi ketakutan yang digerakkan, dengan tampilan dan wajah Islam yang menakutkan membuat masyarakat awam semakin enggan melihat esensi ajaran Islam yang ramah.

Perilaku Menjadi Manifestasi Diri Beragama

Tanpa kita sadari, pikiran kita terkonstruk dengan berbagai simbol yang kemudian kita yakini sebagai sebuah bentuk kebenaran dan kebebasan memaknai sesuatu. Kita sedang berada di era dimana sesuatu yang kita lihat sudah menjadi bentuk kebenaran tanpa melihat berbagai term lain yang menjadi alasan dalam memaknai sesuatu.

Ungkapan bahwa “orang lain tidak akan melihat agamamu, akan tetapi mereka lihat perilaku dirimu” menjadi titik tolak dari tulisan ini. Orang lain tidak peduli apapun agama yang kamu anut, selagi kamu memberikan sikap dan perilaku yang baik, sesuai dengan ajaran Islam yang ramah dan santun, seperti itulah orang lain memaknai agama Islam.

Barangkali sejauh ini, mengapa Islam selalu identik dengan agama teroris, agama pembunuh, berdasarkan dari sebagian yang mengatasnamakan Islam dengan tampilan diri yang keras, dan membunuh serta perilaku-perilaku tercela lainnya. Sebab Islam yang dibawa oleh Rasulullah tidaklah demikian adanya. Perjuangan menyebarkan ajaran Islam tidak benar jika dilihat dari manifestasi jihad yang memabukkan dan menghalalkan pembunuhan seperti yang dianut oleh sebagian orang.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru